18. Para Penghuni Neraka (1)

39.4K 2.4K 16
                                    

"Bukan demikian! Barang siapa berbuat keburukan dan dosanya telah menenggelamkannya, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 81)

Hari itu adalah mimpi buruk bagi Nazmal. Baru kali ini ia merasakan masalah terbesar. Hal yang ditakutkan Nazmal telah terucap dari lisan istrinya, wanita itu meminta cerai untuk dirinya. Nazmal tak bisa meninggalkan Asfa. Nazmal tahu, sifat Asfa tak mencerminkan istri shalehah. Istri yang menangkan hati, istri yang senantiasa melindungi kehormatan suaminya, dan istri yang bisa menjaga izzah dan iffah-nya.

Nazmal tak mau berpisah dengan Asfa. Karena Nazmal tahu, suatu hari Asfa akan menjadi istri yang shalehah bagi Nazmal. Ia sudah melihat itu semua saat pertama kali mereka bertemu. Asfa adalah penghuni surganya Allah. Asfa adalah wanita terbaik yang Allah titipkan untuknya. Walaupun saat ini keadaan Asfa tidak baik, namun Nazmal bisa membimbingnya agar menjadi yang lebih baik.

Allah telah menuliskan namanya dengan Asfa di lauhil mahfudz, maka dari itu Nazmal sangat bertanggungjawab untuk bisa membimbingnya. Saat kemarin pun Asfa sebenarnya pergi ke taman yang ada di hotel, di saat itu pula Nazmal mengajaknya walaupun dengan usaha yang sangat keras untuk pulang ke Jakarta pada malam itu.

Hingga hari ini Asfa masih marah padanya. Nazmal masih belum berani mengungkit permasalahan hari itu, namun sebenarnya ia sangat ingin membahasnya. Nazmal mencoba untuk mengambil cuti hari ini, padahal seharusnya ia bekerja.

Nazmal memandang pintu yang terkunci di depannya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Sambil mengetuk-ngetuk pintu, ia bergumam, "assalamu'alaikum, dek. Mas mau masuk, boleh?"

Tak ada jawaban di sana. Dan saat sebelum Nazmal mengetuk pintu pun, ia samar-samar mendengar tangisan Asfa. Ini rasanya seperti malam saat hari pernikahannya. Pada hari itu Asfa menangisi Faris yang ia cintai, namun saat ini Asfa menangisi ketidakbahagiaannya menikah dengan Nazmal. Menyadari itu hatinya begitu perih. Ia telah membuat istri yang ia cintai menangis.

Jikalau Nazmal tidak memulainya, mungkin pertengkaran ini tidak akan terjadi. Nazmal tahu Asfa salah, namun saat itu Nazmal salah dalam mengambil tindakan. Jadi, ini semua salah Nazmal. Ia menyebabkan istrinya menangis, dan itu berhasil membuat hatinya begitu perih.

Nazmal mengetuk pintu lagi. "Dek?" sahut Nazmal.

"Dek, ada yang mau mas bicarakan sama kamu, jadi tolong buka pintunya." Nazmal terus-menerus mengetuk pintu Asfa.

Benar-benar belum ada jawaban. Nazmal menghela nafasnya, ia mengusap wajahnya.

"Dekk, to--"

Tiba-tiba pintu pun akhirnya terbuka. Nazmal sedikit terkejut. Namun, apa yang dilihat Nazmal saat ini benar-benar mimpi buruk. Asfa membawa koper dan tas yang ada di kedua tangannya. Nazmal semakin membelalakan matanya.
"Fa? Mau kemana kamu?"

Asfa tetap diam. Apa yang Nazmal dengar sebelum ia mengetuk pintu memang benar. Mata Asfa sembab, dan itu menandakan ia baru saja menangis.

Asfa langsung berjalan tanpa menjawab pertanyaan nazmal, tetapi Nazmal langsung menahannya.
"Fa, denger mas dulu, oke?" ucap Nazmal menatap lekat-lekat mata Asfa. "Fa, mas mohon, Jangan pergi. Mas salah, dan mas minta maaf sama kamu, Fa. Apa yang terjadi dengan kemarin kamu bisa lupain semuanya, oke? Kita bisa jalin hubungan ini dari nol lagi. Mas benar-benar minta maaf dengan kata-kata mas yang membuat kamu sakit hati. Mas enggak mau kehilangan kamu, Fa. Mas sayang sama kamu, Fa. Mas mencintaimu. Jadi, jangan ada kata terlarang itu lagi."

Asfa membalas tatapan Nazmal. Namun, tatapan itu berbanding terbalik dengan apa yang diberikan oleh Nazmal. "Maaf mas, sebagaimanapun usahamu dari dulu, aku memang tidak akan mencintaimu. Tak ada sedikitpun rasaku untuk mencintaimu, mas. Aku bukan wanita shalehah. Jadi, sia-sia saja engkau menikahiku. Carilah wanita lain, mas. Aku pergi."

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang