10. Syukur dan Nikmat

43.1K 2.8K 38
                                    

Catatan author:
Assalamu'alaikum warahmatullah..
Untuk para akhi/ukhti pembaca cerita ini, ada pengumuman bahwa kira-kira cerita ini di publish per part kurang dari 1000 ya. Mohon maaf karena saya selama satu tahun ini akan cukup sibuk.

===============

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)


Asfa menatap bajunya sedikit risih. Tadi pagi Nazmal memaksanya memakai baju yang panjang dan sopan. Padahal Asfa sangat ingin memakai dress maroon yang baru saja ia beli minggu kemarin.

Menurut Nazmal baju itu kurang disukainya, padahal Asfa tahu jika Nazmal itu tipe laki-laki yang menyukai akhwat-akhwat berkerudung panjang.

Asfa melirik restaurant yang ada di depannya. Ia sedang janjian dengan Rumi, temannya yang sudah beberapa minggu ini tidak bertemu. Asfa menengeladahkan matanya mencari sosok Rumi, karena ia tahu Rumi pasti pelanggan yang berbeda dari pelanggan yang lainnya.

Asfa menangkap sosok Rumi. Rumi memakai baju biru dengan cukup anggun duduk di bangku yang dekat dengan kasir. Asfa tersenyum lebar, lalu menghampirinya.

"Ya ampun Rumi udah lama gue enggak ketemu lu," seru Asfa langsung cepika-cepiki dengan Rumi.

"Iya, Fa. Maaf ya Fa waktu kemaren engga bisa ketemuan soalnya ada tamu mendadak," ucap Rumi dengan penuh penyesalan.

"Iya Mi santai aja. Tapi gua ngerasa garing banget pas udah nikah, udah jarang main sama lu lagi jadi rasanya hidup gua gitu-gitu aja," celoteh Asfa sambil menulis pesanan makanan.

"Emang Nazmal kenapa? Dia enggak seperti yang lu bayangkan?" tanya Rumi.

Asfa berjengit jijik. "Dihh amit-amit ngebayangin dia. Serius Rum, gua enggak cinta sama dia. Gua enggak bahagia sama dia."

"Hushh ah enggak boleh ngomong gitu. Dia udah jadi suami lu, Fa. Lu harus berbakti sama dia," tatar Rumi menasehati Asfa.

"Gua gak cinta sama mas-mas brewokan yang bernama Nazmal itu, Mi. Gua akui dia good lah, shaleh, lumayan ganteng, enggak kere-kere amat lahh, tapi gua enggak suka sama brewoknya itu, Mi. Ya Allah, gua lebih suka yang berkumis tapi lucu. Nah ini kumisan engga, janggut aja dibanyakin. Liatnya aja gua geli, apa jangan-jangan gara-gara gua nyapu enggak bersih yah?" celoteh Asfa tak ada habisnya.

"Bersyukur Fa, masih mending ada yang mau nikah sama lu. Cinta akan datang karena terbiasa."

"Terbiasa apanya? Nih ya Mi, gua ceritain. Gua ketemu mas-mas itu cuman beberapa jam, jam 6 pagi dia berangkat kerja, ehh jam 8 atau jam 9 malem baru pulang. Gimana terbiasanya? Malah satu hari pernah tuh engga pernah sekali pun ketemu dia gara-gara pas pagi gua bangun jam 7 pagi, dan gua tidur jam setengah 8 malem," curhat Asfa yang membuat Rumi tersenyum.

"Jadi lu maunya dia luangin waktu berdua buat lu gitu?" goda Rumi.

"Suudzhon banget lu mi. Mana mau gua berduaan sama dia, nanti malah disuruh ngehafal Qur'an 30 juz. Surat Al-Bayyinah aja enggak hafal gua."

"Syukuri Fa. Allah itu sudah memberikan yang terbaik untuk lu, Fa. Malah banyak sekali perempuan yang mengidam-idamkan lelaki shalehah, tapi lu seakan-akan tidak bersyukur," tatar Rumi membuat Asfa menghela nafas.

"Males ahh sama lu Mi, ujung-ujungnya dakwah lagi." Asfa menghuapkan sesendok makanan yang dipesannya.

"Gua ngasih tau gitu juga karena gua sayang sama lu, Fa. Lu kan sahabat gua dari SMP. Gua cuman enggak mau nanti lu masuk neraka gara-gara durhaka sama suami, makanya gua ngingetin lu."

Asfa mendecak. "Iya dahh terserah lu, Mi. Bingung gua lama-lama."

Rumi hanya bisa menghela nafas lelah. Ia sudah sangat kenal dengan tabiat Asfa, jadi ia harus mempunyai kekuatan hati yang teguh agar bisa menasehati Asfa. Rumi meraih jusnya. Ia mengangkat sedikit cadarnya, dan meminum jus itu lewat sedotan.

"Mi, besok gua maen ke rumah lu yah. Bosen di rumah, nonton TV mulu."

"Engga bisa, Fa. Besok ada tamu," sergah Rumi.

"Di rumah lu ada tamu mulu, kayak penjabat aja lu, Mi."

Rumi menggaruk tengkuk yang terbaluti kerudungnya itu gugup. Ia sebenarnya sudah lama ingin curhat masalah ini pada Asfa.

"Fa!!" sahut Rumi pada Asfa yang sedang asik makan.

"Hemmm??" deham Asfa yang masih mengunyah sisa makanannya.

"Gua mau cerita nihh, tapi jangan kaget yahh," ujar Rumi memberi aba-aba pada Asfa.

"Kenapa?"

"Sebenernya waktu seminggu yang lalu ada yang ngelamar."

"Ngelamar siapa mi? Kak Citra? Pantes sihh kemaren dia berduaan sama lelaki di mall," seru Asfa menyeruput minumannya.

"Ihh, Fa!! Kak Citra mahh udah nikah kali, kan waktu itu gua udah bilang dia nikah di Kairo sama suaminya itu, cuman lu gak diundang gara-gara kejauhan," jelas Rumi yang membuat Asfa bingung.

"Terus siapa yang nikah?"

"Gua di jodohin Fa sama anaknya temen pakle. Kira-kita bakal nikah 3 bulan lagi."

"Lahh?"

"Serius Fa, tapi Alhamdulillah dia itu shaleh, dan gua begitu bersyukur dengan nikmat apa yang Allah berikan pada gua berupa lelaki shaleh," ucap Rumi dengan begitu bahagia.

Syukurilah dengan apa yang Allah berikan. Janganlah mencoba-coba untuk kufur dengan nikmat apa yang Allah berikan, karena sesungguhnya Allah pasti memberikan yang terbaik bagi hambanya.

Allah SWT berfirman:

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 13)

Bersambung....

Terimakasih untuk yang setia membaca cerita ini. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis cerita karena sejatinya saya hanyalah manusia yang tak luput dari dosa

Bogor, 22 Syawal 1438 H

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang