40. Izinkan Aku Memilikimu

48.4K 2.2K 104
                                        

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, seorang yang hatinya bergantung kepada masjid, dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh', seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
(HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)


Aku tahu, dari sekian banyaknya makhluk yang Allah ciptakan, hanya aku yang Allah pilih untuk bersanding denganmu. Walau aku tak kuasa untuk menerimamu saat itu, namun akhirnya aku pun menerimamu juga.

Terdengar munafik memang, ketika aku berkoar-koar dan bicara jika aku membencimu, tapi kenyataannya hatiku tak bisa menampik hal itu. Saat aku berpaspasan denganmu, aku mengalihkan pandangan. Namun, saat kau telah pergi, aku merasa ada rasa sesal di hatiku.

Wahai akhi, jikalau Allah memberikan azab kepadaku saat itu juga, mungkin aku tidak akan tahu bagaimana nasibku selanjutnya. Namun, Allah lebih mendatangkan hidayah dan juga cinta kepadaku.

Allah baik ya, akhi? Aku berkesempatan untuk mencintai hamba Allah yang begitu Ia sayangi.

Aku ikhlas, akhi. Walau aku menyebutkan kata ikhlas dalam setiap rangkaian kata-kataku, aku tetap benar-benar ikhlas. Engkau itu sosok yang diidamkan bagiku. Engkau itu rupa yang begitu aku tunggu-tunggukan. Engkau itu asma yang selalu aku sebut dalam aduan pada Tuhanku.

Surat cinta ini untuk dirimu.  Walau surat cinta ini tak bisa disampaikan, namun Allah akan menyampaikan surat cinta ini dalam mimpimu. Biarlah surat cinta ini menggetarkan arasy-Nya Allah, karena aku mencintaimu karena-Nya.

jika engkau bisa aku analogikan, engkau itu bagaikan Malam dihidupku. Nyatanya Malam itu gelap, menyeramkan, mencekam, dan menakutkan. Tetapi, Malam itu sebenarnya indah. Malam adalah tempat di mana orang-orang shalih mengadu pada Tuhannya. Malam adalah saat di mana Allah turun untuk menyapa hamba-Nya.

Jadi, engkau itu Malam yang sangat indah. Malam itu adalah salah satu ciptaan yang Allah pilih untuk menjadi tempat beristirahatnya Hamba Allah. Aku mencintaimu, Malam. Aku mencintaimu atas dasar Allah. Engkau adalah perantara yang Allah pilih untuk mengubah hidupku. Maka apa jadinya jika perantara itu telah selesai dalam tugasnya?

Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan saat perantara-Nya telah Allah ambil?

Wahai Malam, andaikata aku bisa berkata kepadamu, bicaralah pada Tuhanmu bahwa aku masih membutuhkanmu. Bicaralah pada Tuhanmu bahwa imanku belum sepenuhnya sempurna. Bicaralah pada Tuhanmu bahwa aku belum siap ditinggalkan oleh perantara-Nya.

Bicaralah, Malam. Bicaralah jika aku belum sepenuhnya rela ditinggalkan oleh dirimu.

Sakit memang, sangat sakit jika aku menceritakan bagaimana pedihnya hatiku melihat dirimu yang terkulai tak bernyawa. Engkau sudah Allah ambil. Engkau sudah di sisi Allah. Maka, berbincanglah dengan-Nya jika nanti pasangkanlah aku denganmu di Surga Allah.

Jujur, akhi. Aku merasa berat. Aku merasa mencintaimu itu terlalu berat di hatiku. Maafkan aku, maafkan aku yang masih merasa ada bayang-bayangmu di hadapanku. Maafkan aku yang masih merasa genggaman tanganmu di hidupku. Maafkan aku yang masih merasa mendengar lantunan ayat-ayat Allah di hidupku.

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang