5. Wanita dan Fitnahnya

53.7K 2.9K 48
                                    

"Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita."
(HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)

Nazmal berjalan dengan begitu tergesa-gesa, untung saja tadi jalanan tidak macet jadi akhirnya Nazmal tidak telat saat sampai di tempat kerja. Ini semua gara-gara Faris yang baru pulang dari Bandung dan tiba-tiba mengajaknya nonton bola tengah malam. Sudah hampir tiga hari lagi Nazmal akan menikah, dan Nazmal sangat tidak menyangka itu akan terjadi.

Saat kemarin pun Nazmal masih sibuk dengan cinderamata, dan sekarang Nazmal akan sibuk mengambil pesanan cincin pernikahan dan membayar catering makanan. Sungguh, dia kira pernikahan itu segampang tinggal menyiapkan mahar, penghulu, lalu saksi. Namun, ternyata pernikahan itu dipersulit oleh Asfa. Wanita itu meminta mahar sebesar 40 juta, cincin pernikahan, tempat di gedung, dan lain-lain yang cukup membuat Nazmal mengusap-usap dadanya. Untung saja tabungan Nazmal cukup mengerti dengan hal itu, jadi ia tidak harus ambil pusing dengan meminjam uang sana-sini.

Nazmal akhirnya sampai di ruangan kerjanya, saat Nazmal membuka pntu, Nazmal melihat sosok baru yang ada di tempat kerjanya akhir-akhir ini. Farida duduk di kursi dekat meja Nazmal, wanita itu langsung berdiri saat melihat Nazmal datang di ruangan kerjanya. Farida tersenyum simpul menyapa Nazmal.

Nazmal memberi balasan dengan tersenyum sekedarnya. "Assalamu'alaikum, ada hal apa Rida kamu ke ruangan mas?" ucap Nazmal langsung ke topiknya.

"Wa'alaikumsallam, maaf mas Nazmal. Rida hanya ingin bertanya, apakah ini undangan pernikahan mas Nazmal? Tadi pagi Rida lihat ada di meja kerja," seru Rida memperlihatkan surat undangan.

Nazmal melihat surat undangan itu. "Ohh iya itu undangan pernikahan mas, kemaren mas nyuruh Udin buat nyebarin undangan di meja karyawan lain, jadi mas gak sempet ngasih langsung soalnya ada urusan mendadak."

Rida terdiam sebentar, namun ia langsung tersenyum tipis. "Selamat ya mas atas pernikahannya, Rida doain supaya lancar."

Nazmal mengangguk. "Aamiin, jangan lupa datang ya Rida, mas tunggu kedatanganmu dengan yang lainnya."

Rida menghela nafasnya pelan. "Ya sudah mas, Rida ke meja kerja lagi, makasih atas undangannya. Wassalamu'alaikum," ujar Rida melenggang pergi meninggalkan ruangan kerja Nazmal.

Nazmal menatap kepergian Rida. Nazmal tau Rida masih menyukainya, entah memamg Nazmal terlalu kepedean, namun itu terlihat dari cara Rida selalu memberi pesan pada Nazmal tiap malam. Dari cara pandangan Rida pada Nazmal pun berbeda, hal itu sering membuat Nazmal beristighfar dalam hati.

Nazmal merasa bersalah terhadap dirinya, gara-gara dia pada masa lalu Rida jadinya menyimpan harapan pada Nazmal. Terkadang kesalahan seorang lelaki pada seorang wanita ketika dia mencinta adalah, ia terlalu memberikan kedekatan atau gombalan tanpa memikiran di masa yang akan datang seorang wanita bisa saja menaruh harapan padanya.
Ini salah Nazmal yang tidak bisa menjaga pandangan, dan bahkan sampai saat ini pula hatinya sedikit bergemuruh ketika melihat wanita shalehah itu. Berulang kali Nazmal beristighfar, ia meminta ampunan pada Allah dengan berharap agar dosanya diampuni.

Namun, entah rasa cintanya itu lebih memilih Asfa dari pada Rida, padahal jika diukur dari segi akhlak, Rida-lah yang lebih unggul. Nazmal mencintai Asfa, ia mencintai Asfa karena Allah. Mungkin saja Nazmal adalah orang pilihan Allah yang bisa saja merubah tabiat Asfa. Semuanya sudah atas kehendak Allah, jika Allah menyetujuinya, maka semuanya akan terjadi. Kun Fayakun.

*************

Asfa memperhatikan baju kebaya yang ada di depannya itu. Ia menatap baju itu dengan tatapan menilai. "Saya gak suka coraknya ... norak!! Kamu bisa ubah, kan? Pokoknya saya gak bakal mau nikah kalau baju kebayanya enggak sesuai harapan," tuntut Asfa yang membuat pemilik butik itu mengangguk lemas, lalu kembali menjait kebaya itu lagi.

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang