30. Kembali

38.6K 2.1K 1
                                    

"Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. Dan barang siapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 23)

Asfa memasukkan sesuap nasi pada seorang anak kecil. Ia sangat senang melihat tingkah lucunya, membuatnya gemas.

"Arya, aaaaaa," ucap Asfa sambil menyodorkan nasinya pada mulut Arya.

Arya melahap makanan itu. Asfa tersenyum.

"Tante Asfa, makanannya enak. Makasihhhhhh," seru anak itu dengan lucunya.

"Iya Arya, sama-sama sayang." Asfa mengusap lembut Arya.

Asfa sangat menyukai anak kecil, terlebih Arya. Arya ini anak lelaki daru saudara sepupunya, Jihan. Arya baru berumur 5 tahun namun dia sangat lucu sekali samapi Asfa pun tak sanggup memberikan anak itu pada Jihan.

"Tante Asfa, Arya mau wortelnya."

"Kamu suka wortel?" tanya Asfa antusias.

Arya mengangguk semangat. "Iya, tante. Kata bunda wortel itu sehat."

Asfa tersenyum lebar, lalu memberi wortel yang diinginkan Arya.

"Arya, kata bunda udah hafal surat Al-Fajr, ya?" tanya Asfa antusias.

"Iya dong tante Asfa, kemaren Arya baru nyelesaiin hafalannya."

"Wahh yang bener? Coba Arya tes sama tante," seru Asfa.

Arya merafalkan surat Al-Fajr. Walaupun bacaan dalam segi tajwidnya masih ada yang salah, namun bagi anak sekecil Arya sangat bagus untuk bisa menghafalkan ayat-ayat Allah.

Allah SWT berfirman:

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
"dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 20)

كَلَّآ إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا
"Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 21)

وَجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
"dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris,"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 22)

وَجِاىٓءَ يَوْمَئِذٍۢ بِجَهَنَّمَ  ۚ  يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسٰنُ وَأَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰى
"dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 23)

يَقُولُ يٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى
"Dia berkata, Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 24)

فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ ۥ ٓ أَحَدٌ
"Maka pada hari itu tidak ada seorang pun yang mengazab seperti azab-Nya (yang adil),"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 25)

Asfa tersenyum tipis. Ia mengerti ayat-ayat yang dirafalkan Arya. Tak sangka ia meneteskan air matanya. Ia merasa menjadi hamba yang kufur. Apa yang terjadi jika ia tidak pernah bertaubat? Apa yang terjadi jika ia terus bermaksiat dan mendurhakai Tuhannya?

Apakah ia akan diberi azab? Naudzubillahimindzalik.

Namun, Asfa takut. Ia manusia yang sangat berdosa. Apa yang ia lakukan sewaktu dulu pasti buruk di mata Allah. Ia salah, dan durhaka. Ia menduakan Allah sampai mencintai seorang makhluk yang melebihi dari rasa cinta kepada-Nya. Ia durhaka sampai mampu meninggalkan Allah dengan mendekati seorang hamba-Nya yang lemah.

Asfa mengeluarkan beberapa tetesan air mata. Namun, seketika Arya menyekanya.

"Tante Asfa kenapa? Hafalan Arya salah ya?" ucap Arya dengan polosnya.

Asfa ikut menyeka air matanya. Ia menggeleng, "engga kok Arya. Hafalan kamu bagus banget buat tante, kamu pinter sayang," seru Asfa langsung memeluk Arya.

"Kalau bagus, kenapa tante Asfa nangis?"

Asfa tersenyum. "Hafalan kamu buat tante inget sama Allah, Arya. Kamu buat tante terenyuh, makasih ya Arya."

Arya mengangguk mengerti. "Tapi kok bunda enggak pernah nangis ya, tante?"

Asfa tertawa pelan. "Mungkin bunda nangis pas kamu enggak ada, Arya."

"Ohhh, berarti bunda juga nangis? Arya mau nanya ah." Arya langsung berlari menuju Jihan yang berada di ruang tamu.

Asfa mengikuti Arya dari dapur ke ruang tamu sambil membawa piring makanan Arya.

Ruang tamu cukup ramai. Ada keluarga dari tante Asfa berserta anak dan cucunya, juga tak lupa keluarga besar ayahnya kecuali Nazmal yang sedang bekerja. Mereka semua datang karena sedang ada acara keluarga sekalian Farhah yang sebentar  lagi akan kembali lagi ke Kairo karena merasa was-was dengan kejadian yang terjadi di Aceh itu.

"Bunda, kata tante Asfa bunda suka nangis terenyuh ya kalau denger hafalan Arya?" ucap Arya membuat gelak tawa.

Jihan tertawa. Ia mengelus anaknya gemas dan memeluknya.

"Bunda ih jawab," gerutu Arya.

"Iya sayang," ucap Jihan.

"Ohh gitu." Arya mengangguk, lalu berlari kehadapan Asfa.
"Tante, kata bunda iya."

Asfa tersenyum.

"Mas, tuh kayaknya anakmu udah harus cepet-cepet punya momongan," sahut Hafsah pada kakaknya, Firdaus.

Firdaus mengangguk. "Tuh Fa, kamu kan tau ibu dan ayahmu ini baru punya satu anak yang sudah nikah. Cobalah buat ngebahagiain lagi, contohnya biarkan ayah sama ibu gendong cucu."

"Iya, Fa. Mbak juga enggak sabar gendong ponakan." Hasna menggoda Asfa dengan diselingi Farhah yang menyikut tangannya.

"Ihh mbak Hasna, bentar lagi juga mbak Hasna mau dilamar kan sama mas Fauzan?"

"Apa sih kamu, Far. Jodoh aja belum tentu."

Farhah terkekeh. "Iya maaf, mbak."

"Tau nih mbak Farhah, mbak Farhah aja tuh nikah sama ikhwan yang di Al-Azhar. Pasti kan ada yang ngeyakinin hati, tau kan ikhwan Al-Azhar pada shaleh-shaleh," ucap Asfa  ikut menyerang Farhah.

Farhah salah tingkah. "Asfa ya, mulai deh," ucap Farhah malas.

Asfa tertawa. "Ya maaf, mbak. Kan Asfa ngasih solusi gara-gara mbak suka ngepost di Instagram tentang nikah gitu."

Farhah memajang muka asemnya. "Tau ah, mbak males. Kamu mah suka main ngegep orang."

"Iya mbak, maafin Asfa yaa," ucap Asfa masih terkekeh.

"Iya, Fa, iya."

"Makasih mbakku." Asfa memeluk Farhah.

"Oh iya, Fa. Mbak kan mau ke Kairo, kamu mau ikut gak sama mbak Hasna, ibu, sama ayah ke sana sambil jalan-jalan gitu seminggu, kalau gak kamu ajak juga mas Nazmal ke Kairo-nya," seru Farhah.

"Ihh mau ikut, mbak. Jadi kayak jalan-jalan sekeluarga ke Kairo? mau, mbak," ucap Asfa antusias.

"Beneran mau ikut?"

Asfa mengangguk. "Iya mau, coba nanti tanya mas Nazmal dulu, dia pasti mau ikut."

"Iya tuh, pasti mas Nazmal mau."

"Ihh mbak, kita harus bikin list wisata yang bakal kita datangi kesana."

"Enggak usah, Fa. Biar mbak aja yang jadi tour guiding di Kairo."

Asfa tertawa dan yang lainnya pun ikut tertawa.

Hari ini Asfa sangat senang berkumpul dengan keluarganya. Sungguh, nikmat Allah ini tidak akan pernah ia sia-siakan.

Bersambung...

Bogor, 15 Muharram 1439 H

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang