"Bahagia itu sederhana, sesederhana bagaimana cara kita membuat kebahagiaan itu sendiri"
-Rara
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu tapi Rara juga belum beranjak dari tempat duduknya.
Sonya pun sudah pulang juga lima menit yang lalu.
"Aduh ko perut gue sakit banget ya," Rara merintih kesakitan.
"Apa gue telepon supir aja ya," tidak ada pilihan lain selain ia meminta tolong pada supir keluarganya untuk menjemputnya saat ini.
Hal ini jarang sekali Rara lakukan, setiap hari ia berangkat dan pulang dengan angkutan umum. Entahlah, Rara lebih suka dengan sesuatu yang ramah lingkungan.
"Sekali kali deh," gadis cantik berambut sebahu itu memutuskan pergi keluar kelas sambil mengambil ponselnya untuk menghubungi Pak Joko supirnya.
"Halo pak tolong jemput saya di sekolah ya , perut saya sakit banget soalnya," Rara meringis kesakitan sambil mendengarkan jawaban dari seberang sana.
"Oke pak jangan lama-lama ya,"
Rara mematikan ponselnya dan kembali berjalan menuju pintu gerbang.
10 menit....
Tin tin tin
Sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti tepat di depan Rara yang sedang berdiri di pintu gerbang seorang diri.
Rara yang mengetahui siapa yang ada di mobil itupun langsung masuk ke dalam tanpa meminta izin pada sang kemudi.
"Ayok pak jalan, perut saya sakit banget nih," ringis Rara dalam mobil.
"Ehmmm....." sang pengemudi hanya bergumam menanggapi Rara.
"Cepet pak saya mau pul...." tenggorokan Rara seperti tercekat ketika mengetahui siapa yang kini sedang duduk di kursi pengemudi.
"Lo... astaga kapan lo pulang?!" Rara langsung memeluk sang pengemudi dari belakang karena posisinya yang kini sedang ada di belakang. Dan yang dipeluk hanya tersenyum manis.
"Ihhh gue kangen banget sama lo," tidak ada balasan dari yang bersangkutan, lelaki tampan yang kini duduk di depan kemudi hanya tersenyum seraya mengusap tangan Rara yang setia melingkar di lehernya.
"Gue juga kangen sama lo, sini dong pindah depan emang gue supir lo apa," tanpa aba aba Rara melompat dari arah belakang berpindah berada di samping lelaki itu, persis seperti anak kecil.
"Kebiasaan deh," kata cowok itu pada Rara yang sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rara.
"Ih gimana ceritanya kok bisa lo pulang dari Perancis, emang oma sama opa kasih izin lo ke sini?" Rara terus saja bertanya pada cowok tampan yang ada di sampingnya.
"Mereka udah izinin gue, lagian gue....." cowok itu menggantungkan kalimatnya.
"Apaan? Lo kenapa?" Tanya Rara terllihat sedikit panik.
"Gue mau pindah ke Indonesia aja, sambil nemenin kembaran gue yang nyebelin," mendengar hal itu membuat Rara bersorak senang, sungguh ini berita bahagia!!
"What!!!! Serius lo astaga gila seneng banget gue," Rara memekik keras.
"Brisikkk tau Ra!!" Teriak Dano, ya dia adalah kaka lelaki Rara yang baru pulang dari Perancis.
"Bodo yang penting gue seneng banget!" Dengan gerakan cepat Rara mencium pipi kiri Dano dari samping.
Dano hanya tersenyum senang mengetahui adiknya sangat gembira mengetahui kepindahannya ke Indonesia.
Meskipun Dano terkesan cuek tapi ia sangat menyayangi apa yang ia miliki, salah satunya yaitu Rara. Menurutnya Rara adalah harta yang paling berharga baginya.
Dano sangat posesif terhadap Rara, tetapi Rara tak pernah mempermasalahkan ke posesif an dari kaka nya, karena menurutnya itu merupakan salah satu cara Dano untuk mengungkapkan sayangnya pada Rara.
"Aduhhh!" Rara memekik kesakitan.
"Ehhh lo kenapa Ra?" Dano sangat panik ketika mendengar adiknya itu kesakitan ditambah wajah pucat milik Rara.
"Nggak, gue nggak papa kok. Biasalah cewek hari pertama,"
"Yakin lo ngga papa?" Dano menghentikan mobilnya karena khawatir dengan Rara.
"Kok berhenti si, gue ngga papa kok," Rara tersenyum mencoba meyakinkan Dano jika dirinya baik baik saja.
"Ya udah kita langsung pulang lo istirahat ya," Dano mengecup puncak kepala adik kesayangannya itu. Dan Rara hanya mengangguk sambil tersenyum manis.
--------------_
"Udah gih mending lo istirahat," Dano membuka pitu bagian penumpang.
"Nggak ah gue masih kangen sama lo tau," Rara melingkarkan tangannya di pinggang Dano.
Inilah sifatnya, sangat manja pada Dano, walaupun terkadang seperti kucing dan tikus.
"Ckk dasar manja, ya udah yu gue temenin lo istirahat," Dano mendengus kesal.
"Bener loh ya. Janji," kini tangan Rara bergelayut manja pada tangan Dano saat masuk ke dalam rumah.
"Tapi makan dulu, biar ngga sakit ya," Dano menghentikan langkahnya di ruang makan.
"Ngga mau, gue cape pengen tidur aja," kata Rara menuju kamarnya, benar benar plin plan.
"Gini aja lo ke kamar dulu tiduran , nanti gue nyusul bawain makanan buat lo," kini Dano seperti ayah yang sedang menasehati anaknya.
"Iya iya deh," Rara menuju kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya itu.
Tok..tok..tok
"Masuk aja pintunya ngga gue kunci," teriak Rara dari dalam kamarnya.
"Nih makan biar ngga sakit," suruh Dano.
"Taruh dulu, gue mau ke toilet sebentar," Rara meninggalkan Dano yang hanya mengangguk menuruti apa kata adiknya itu.
-------------------
Tangan gue ampe pegel banyak bgt yang gue revisi, maaf ya kalo masih ada typo. See you next chapter. Please minta votenya dong buat penyemangat. Sebenernya gue mau lanjut cerita ini dan ngga slow update tapi respon kalian bikin gue lemes. Segini aja dulu dadah.
Chapter ini sudah direvisi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...