"Sepertinya Tuhan senang sekali mempertemukan kita"
-Lea
Pukul 07.00
"Rara bangun udah pagi!!" Sudah terhitung empat kali Dano berteriak sambil menggedor pintu bercat putih milik Rara.
"Gila ni bocah, anak perawan jam segini belum bangun, Rara bangun woyy!!" Dano menggerutu kesal, panggilannya sejak tadi tidak direspon sama sekali.
Ternyata pintu kamar Rara tidak dikunci jadi tanpa menunggu lagi, Dano masuk ke dalam kamar adiknya tanpa izin.
Betapa terkejutnya Dano melihat adiknya tidur hanya menggunakan tank top.
Tubuhnya yang putih mulus itu terekspos melihatkan lengan Rara yang langsung menimbulkan naluri laki laki manapun yang melihatnya.
"Astagfirullah, untung adek gue," Dano menetralkan keterkejutannya, astaga sadar dia adek lo woyy.
"Ra bangun woyyy!" tangan kanan Dano menepuk pelan pipi kanan Rara.
Sudah sangat lama Dano tidak melihat wajah berantakan adiknya ini, ahh rasanya rindunya selama bertahun tahun ini sudah terobati.
"Rara ayok bangun, udah siang," ternyata membangunkan Rara dari tidurnya butuh tenaga ekstra.
"Hmmmm, masih ngantuk bang," bukannya bangun Rara justru masuk kembali ke dalam selimut.
"Gue hitung sampai tiga, lo belum bangun gue ceburin lo ke kolam renang," habis sudah kesabaran Dano menghadapi adiknya.
"Satu....dua....tiga," masih tidak ada respon, tanpa pikir panjang Dano mengangkat tubuh mungil Rara dan membawanya ke halaman belakang.
"Heh! Bang turunin gue, astaga abang laknat lo!!!" Bukannya takut Dano justru tertawa terbahak melihat Rara berontak di gendongannya.
Byuuuuurrrr....
"Anjing!! Dingin woyyy!!" Suara tawa Dano semakin keras melihat adiknya mengumpat dalam air dengan wajahnya yang sudah memerah.
"Mampusshhh hahahahhaha, makannya jangan ngelawan sama gue,"
"Bangke lo bang!" Wajah Rara merah padam menahan marah, rasanya ia ingin menenggelamkan wajah tampan kakak nya itu.
-------------------
"Rara jangan ngambek lagi ya, gue minta maaf hehe,"
"Haha hehe haha hehe, ngga lucu. Awas minggir gue mau pergi!"
Ini dia kelemahan Dano, dia paling tidak tahan jika adiknya itu sudah marah. Dano gemas sendiri melihat Rara yang terus menatapnya sinis.
Sudah berkali kali dia minta maaf atas kejadian tadi pagi, tapi bukan Rara namanya jika langsung memaafkan.
Rara adalah tipe orang yang sulit memaafkan, jadi ya begitu sekali marah pasti lama sembuhnya.
"Ehh lo mau kemana?"
"Berisik! Bukan urusan lo," Rara meraih kunci mobilnya di atas nakas samping tv tanpa melihat ke arah Dano yang jelas jelas duduk di depan tv.
"Astaga Ra, gue kan udah minta maaf. Pokoknya lo ngga boleh pergi sebelum maafin gue," Dano sudah kehabisan kata kata, sangat sulit membujuk adiknya itu.
"Maksa banget! Iya gue maafin, sekarang minggir!" Rara berlalu dari hadapan Dano yang sejak tadi menghalangi jalannya.
"Untung sayang," Dano hanya bisa mengelus dada, dia harus ekstra sabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...