Lost in Japan- Shawn Mendes
Matahari pagi telah terbit menyambut pagi, tampaknya hari ini sangat cerah.
"Ehhh non udah bangun," suara wanita paruh baya di ruang makan menyapa Rara yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Iya Bi, masak apa Bi hari ini?"
"Maaf non , hari ini bibi nggak masak. Bibi kira non Rara nggak sarapan kaya biasanya," kata Bi Ijah menyesal.
"Ohhh gitu ya udah ngga papa , aku makan roti sama minum susu aja deh, ada ngga Bi?" Tidak biasanya Rara sarapan di rumah mengingat semalam ia belum makan sama sekali apa boleh buat, ia harus mengisi perutnya yang begitu lapar.
Berbicara soal semalam, ia jadi ingat dimana Lea mengantarnya pulang.
Anehnya semalam Rara tidak sadar sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Padahal satu menit yang lalu saat Lea menanyakan alamat rumahnya masih di lampu merah dekat komplek perumahan.
Dan yang lebih ia ingat semalam ia dibuat malu saat lelaki itu mengatakan—
"Tadi aja ngga mau pegangan sekarang meluknya kenceng banget," benar benar Rara sangat malu.
Sebenarnya bukan kemauan Rara memeluk lelaki itu tapi salahkan lelaki itu yang tidak tau diri saat membawa motor, macam orang kesetanan.
"Ini non sarapannya," kehadiran Bi Ijah menyadarkan Rara dari lamunannya.
Dilihatnya segelas susu dan dua potong roti bakar buatan Bi Ijah sangat menggiurkan.
"Makasih Bi,"
Butuh waktu sekitar tiga menit untuk Rara menyelesaikan sarapan paginya.
"Bi Ijah Rara berangkat dulu ya," Rara sudah menyelesaikan sarapannya.
Rara tidak pernah sarapan sebelumnya itu karena dia malas sarapan seorang diri. Mama dan papanya sangat sibuk jadi mereka tidak pernah sarapan di rumah.
"Iya non hati-hati ya,"
Rara berjalan sambil menggendong tas ranselnya keluar dari gerbang rumah.
Seperti biasanya Rara berangkat dengan menggunakan angkutan umum dan menunggunya di halte depan komplek, bukan tanpa alasan.
Gadis itu menganggap angkutan umum jauh lebih ramah lingkungan dan lagi mengurangi kemacetan, jadi tidak ada salahnya bukan kesekolah dengan kendaraan umum.
----------------
Mengingat jarak rumahnya dengan sekolah yang tidak terlalu jauh membuat Rara datang tepat waktu ke sekolah sebelum bel meskipun ia menggunakan angkutan umum.
"Kiri bang," Rara menghentikan angkot di depan gerbang sekolahnya.
Setelah menyerahkan uangnya Rara berjalan memasuki gerbang sekolah, terlihat Pak Mugi yang tengah berada di pos nya tersenyum ke arahnya.
Sepertinya itu sudah menjadi kebiasaan Pak Mugi di pagi hari untuk tersenyum ke semua murid yang baru datang.
"Pagi Ra!" sapa Ravena tepat saat ia melintasi kelas gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...