41 | Perubahan

2.2K 121 4
                                    


Play- FML [Arizona Zervas]

Sudah dua hari sejak kecelakaan yang menimpa Satrio, entah harus sedih atau harus bersyukur.

Banyak terjadi perubahan selama dua hari ini, keluarga yang dulunya tidak pernah berbincang kini berada di satu ruangan dan saling berbincang hangat.

"Sayang, besok kalian ada penerimaan rapot kan?" Tanya Meliana di tengah canda tawa Rara juga Dano yang sedang membicarakan sesuatu.

"Iya mah, kenapa?"

"Biar mamah yang ambil rapot kalian berdua ya,"

Demi apapun, seumur umur ini untuk pertama kalinya Meliana mau repot-repot datang ke sekolah. Dan Rara sangat senang mendengarnya.

Biasanya Rara mengambil sendiri atau Bi Ijah yang mewakili orang tuanya, ya semiris itu.

"Mama serius?" Tanya Rara meyakinkan.

"Iya, mama serius. Tapi nilainya bagus bagus kan? Mama ngga mau malu kalau nilai kalian jelek." Canda Meliana.

"Rara jamin nilai Rara pasti bagus kok mah,"

"Mamah mana tau Ra kalau lo selalu dapet paralel satu di sekolah,"

Tidak ada nada sarkas ataupun niat menyindir, tapi ucapan Dano sukses membuat tatapan Meliana meredup.

Wanita itu merasa bersalah, memang benar selama ini ia tidak tahu menahu soal prestasi anaknya di sekolah.

Rara berdehem mencoba menetralkan suasana. Ia tidak ingin Meliana terus merasa bersalah toh hubungan keluarganya kini sudah membaik.

"Maafin mamah Nak,"

"Mah, udah jangan di bahas lagi. Pokoknya besok mamah yang ambil ya, aku ngga mau tau pokoknya mamah harus dateng ke sekolah."

Satrio mengulas senyum, diam diam lelaki itu bersyukur. Ternyata hubungan keluarganya bisa di perbaiki.

Selama ini Satrio sadar akan ketidak harmonisan keluarganya. Ia seorang maniak kerja begitu pula dengan istrinya dan selama ini Satrio bingung harus memulai memperbaikinya dari mana.

Satrio terlalu sibuk untuk sekadar menyelesaikan masalah keluarganya. Dan kini Tuhan memberinya jalan keluar melalui musibah yang menimpanya.

"Oh iya Ra, cowok yang tadi kenalan sama Papa siapa tuh?" Suara Satrio membuat semua perhatian terpusat pada lelaki yang tengah berbaring itu.

"Eh-ehmm,"

"Pacarnya pah," suara Dano menyahut cepat, Rara mendesis mencibir Dano yang sangat ember.

Rara takut jika Papa nya akan melarang—

"Pacar? Anak papah berani pacaran sekarang?" Mampus, jika Dano yang sang kakak saja protektif bagaimana dengan ayahnya.

"Iya pah," jawab Rara takut-takut.

"Kalau gitu besok suruh kesini, biar papah interogasi dulu. Dia cocok atau ngga buat anak papah,"

Meliana tersenyum, suaminya masih tetap sama. Satrio memang cuek tapi jiwa protektifnya tidak hilang sejak dulu dan inilah sifat yang menurun pada anak lelakinya.

"Pah,"kini suara Rara berubah merengek dan dengan sangat menyebalkan Dano justru terbahak disebelahnya.

"Mampus, makan noh. Pacar lo suruh siap siap kena bogem bokap," bisik Dano tepat di telinga Rara.

Plakkk

"Anjing sakit woy!"

"Danooooo mulutnya mau mamah lakban?"

LEARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang