"Setelah ada kesedihan akan ada kebahagiaan yang menanti"Lewat satu bulan kejadian setelah kecelakaan Satrio. Ternyata musibah itu membawa berkah, sekarang keluarga Bagaskara menjadi utuh.
Iya utuh, lengkap sesuai perannya! Meliana si wanita karir sudah beralih peran sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga.
Meliana berjanji akan menjadi ibu yang baik untuk Rara juga Dano, untuk masalah bisnis Meliana sudah mempercayakan pada tangan kanannya dan mungkin sesekali ia akan mengeceknya.
Tapi untuk saat ini dan seterusnya, prioritas utamanya adalah anak juga keluarganya.
Satrio? Sudah pulih dari kecelakaan yang menimpanya bulan lalu, lukanya tidak terlalu parah. Hanya tulang lengannya yang mengalami retak karena terhimpit jok mobil.
Rasanya Rara baru saja kembali dari tidur panjangnya, mimpi mimpi buruknya selama ini seolah hilang diganti dengan kenyataan yang jauh lebih indah.
Dan ya, Rara sangat bersyukur pada Tuhan untuk hari hari kemarin dan khususnya pada kecelakaan yang menimpa Satrio.
Bukan apa apa, kecelakaan itu membawa hikmah. Keluarganya kembali pada perannya masing masing.
"Pagi semua!" Suara riang Rara terdengar ceria menyapa semua orang.
Hari ini hari weekend, tidak seperti biasanya. Rumah ini ramai, penuh suasana hangat.
Pagi ini adalah hal yang sejak dulu Rara impikan, melihat papa nya membaca koran dengan secangkir kopi dan sang mama yang memasak di dapur. Dan jangan lupa kembaran menyebalkannya yang sudah stay bermain game di ponselnya.
"Pagi sayang, sini sarapan dulu. Pah sarapan dulu yuk!" Meliana memanggil suaminya yang tengah serius membaca koran di ruang keluarga.
"Iya mah,"
"Mah masak apa hari ini?" Tanya Rara dengan senang.
"Ngga usah nanya bisa liat sendiri kan?" Balas Dano yang masih fokus memandang ponselnya.
"Dih sapa lo, nyambung ae kutu anoa!" Kesal Rara.
"Udah udah, sekarang sarapan dulu. Mama masakin tumis jamur kesukaan kamu, dan Dano letakin hp nya dulu. Atau mama suruh papa buat sita!"
"Ck ah bentar lagi menang nih ma,"
"Danooooo!" Kini giliran Satrio yang turun tangan, lelaki paruh baya itu sudah merebut ponsel Dano.
Membuat Dano berdecak kesal, tapi tetap menurut. Rara tersenyum mengejek ke arah Dano seraya berucap kata mampus tidak bersuara.
"Ahhhh!" Dano menendang tulang kering Rara di bawah meja.
"Syukurin!"
Dan terjadilah perdebatan panjang dua anak kembar di meja makan. Suasana yang tidak pernah tercipta selama bertahun tahun kini terwujud.
Diam diam Rara kembali mengucap syukur pada Tuhan, berterimakasih untuk jawaban atas doa doanya selama ini.
Dari arah dapur Bi Ijah mengulas senyum hangat, kebahagiaan keluarga ini juga menjadi doa yang selalu ia panjatkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...