"Adanya perpisahan bukan berarti tidak ada pertemuan (kembali) bukan?"-unknown
"Le liatin Pak Mugi!" Lea mendengus kesal saat mendengar teriakan Gaga yang sejak tadi heboh menyebut nama Pak Mugi, sebenarnya ada apa dengan Pak Mugi?
"Apa si njing? Bacot mulu dari tadi,"
"Noh liat gerbang buruan, kayanya dia murid baru deh," pandangan Lea kini tertuju pada gerbang sekolah.
Tepat disana berdiri Pak Mugi dan seorang gadis berambut ombre abu dan biru tua, di tempatnya Lea berdecih.
Bagaimana bisa murid urakan seperti gadis itu di terima di sekolah kakek nya ini?
Manusia memang seperti itu ya? Tidak suka berkaca.
"Cih cabe," Gaga melotot mendengar perkataan Lea, pasalnya gadis yang tengah berbicara dengan Pak Mugi sangatlah cantik.
Apalagi body nya yang begitu WOW untuk ukuran anak SMA, memang dasar mata Lea katarak.
"Anying maneh, cewek cantik begitu lu kata cabe. Orang ganteng mah bebas ya,"
"Sorry, gue bukan penganut cantik soal penampilan apalagi badan." Skak, Gaga terdiam di tempatnya seraya mendengus kesal.
Tapi benar juga kan? Cantik tidak selalu perihal penampilan apalagi bentuk tubuh, kalau definisi cantik seperti itu maka di muka bumi ini hanya segelintir orang yang menyandang wanita cantik, maka dari itu ada yang mengatakan cantik itu relatif.
"Lea!" Lea kembali menghentikan kegiatan menyapunya dan menoleh ke asal suara dan disana Pak Mugi tengah melambaikan tangan ke arahnya, lebih tepatnya menyuruh Lea untuk mendekat.
"Ada apa pak?" Lea mendekat ke arah Pak Mugi dan jangan lupakan gadis berambut ombre yang masih berdiri di sana.
"Tolong bawa Neng Lisa ke TU ya soalnya bapak disuruh foto copy sama Pak Mushola ke depan."
Tidak ada jawaban dari Lea yang ada hanya anggukan dan segera berlalu dari hadapan Pak Mugi tanpa mengucapkan apapun pada gadis bernama Lisa tadi.
"Eh tungguin, kok gue malah ditinggalin!" Lisa berlari mengejar Lea yang sudah hilang di balik loby.
"Bisa ngga si jalannya pelan-pelan?"
"Ih lo budegk ya?"
"Njir, gue dianggurin."
Nihil, tidak ada jawaban sama sekali dari lelaki itu. Tolong beritahu pada gadis ini jika Lea tidak suka orang sksd apalagi banyak bacot.
Di balik punggung Lea, senyum Lisa tersungging. Ada sesuatu yang berbeda dari seorang Lea.
Dari dulu hingga kini tidak ada yang pernah menolak pesona seorang Lisa Fradaninata apalagi sampai tidak mau melirik barang sejengkalpun dan itu sudah tidak lagi berlaku.
Tepat di depannya adalah orang yang baru pertama kali menolak pesona seorang Lisa, atau memang pada dasarnya Lisa tidak semenarik itu sampai Lea mengacuhkannya?
"Lo belok kanan, ada tulisan ruang TU." Setelahnya Lea berbalik arah ingin kembali melanjutkan hukumannya sebelum tangan seseorang merentang di depan wajahnya dan disusul uluran tangan.
"Kenalin nama gue Lisa Fradaninata," sayang sekali uluran tangan Lisa hanya mendapat lirikan dari Lea.
Bahkan itupun terlihat sangat terpaksa, untung saja tidak disentak atau lebih parahnya dipelintir kebelakang oleh lelaki itu.
"Awas, gue mau lewat." Setelahnya Lea berlalu dari hadapan Lisa.
"Sangat menarik," gadis berambut ombre itu terkekeh, ternyata pindah sekolah tidak begitu buruk.
---------------------
Tok tok tok
"Silahkan masuk," suara ketukan pintu mengalihkan pandangan seluruh penghuni kelas.
"Permisi Bu Tuti, saya kesini mengantarkan murid baru." Sontak terdengar misuh misuh setelah Bu Sri menjelaskan tujuannya.
"Ada murid baru? Kalau gitu silahkan masuk," di tempatnya Bu Sri mengangguk dan beralih menuntun seorang gadis masuk ke dalam kelas.
"Beuhhhhh cakep cuk," itu suara Yogi si pembuat onar sekaligus si manis incaran kaum hawa.
"Yoi, mayan nambah cecan," balas Oki.
Dan masih banyak lagi kalimat memuji dari para cowok, jangan tanyakan bagaimana reaksi perempuan penghuni kelas.
Mereka hanya melihat sekilas bahkan ada yang tidak peduli sama sekali, salah satunya Rara.
Ditempatnya Rara masih fokus dengan dua soal yang diberikan oleh bu Tuti sebelum Bu Sri datang.
"Ra ada murid baru," disampingnya Sonya berbisik lirih.
"Iya gue udah denger," hanya itu dan dia tetap fokus pada soal.
"Kalau begitu saya permisi dulu Bu,"
"Terimakasih Bu Sri. Perhatian!!" Ketukan spidol di papan tulis kini mengalihkan seluruh pandangan termasuk Rara.
"Hari ini kalian mendapat teman baru, silahkan perhatikan ke depan saya beri waktu untuk perkenalan dan tidak ada acara tanya jawab. Pertanyaan kalian bisa disimpan untuk nanti saat jam istirahat."
Setelahnya Lisa berjalan ke arah depan kelas tepat mengambil letak center papan tulis.
"Lisa, Lisa Fradaninata. Pindahan dari SMA Pelita Bandung." Kedua mata Lisa menatap lurus tepat di bangku barisan belakang.
Tidak ada yang tahu arti tatapan itu, tapi tidak dengan Rara yang kini tengah mematung di tempatnya.
"Baiklah, silahkan duduk di belakang Rara. Rara angkat tangan kamu," tidak ada respon dari Rara, gadis itu masih berkutat dengan pikirannya hingga akhirnya Sonya yang mengangkat tangan.
"Nah itu di belakang Sonya," semua kembali pada fokus masing masing.
Rara terdiam, masih belum kembali dari keterkejutannya. Melihat itu Lisa menyunggingkan senyum.
Tepat langkah Lisa berjalan di samping meja Rara tubuhnya membungkuk.
"Long time no see Fa-dillah." Dan tidak ada yang mendengar kecuali Rara.
"Baiklah ibu lanjutkan, siapa yang sudah menemukan jawaban dari soal tadi?"
"Ra lo ngga jawab? Ra, ra!"
"Eh, kenapa Soy?"
"Lo ngelamunin apa si? Itu lo ngga jawab? Lo kan udah nemu jawabannya," Rara terdiam sejenak mencerna apa yang Sonya maksud.
"Eh ngga deh, gue masih ragu sama jawabannya."
Rara kembali terdiam, tubuhnya seolah kaku dan lagi suasana hatinya tidak lagi setenang tadi. Hanya satu yang Rara harapkan semoga semuanya baik baik saja.
-----------------------
Jadi siapa Lisa? Ada yang kenal? Ada yang tau? Atau mau nebak siapa Lisa? Comment di bawah!
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...