26 | Fakboi

2.5K 116 0
                                    


"Oh ya satu lagi, jangan pernah blushing di depan cowok lain. Karena gue ngga yakin iman mereka bisa sekuat gue buat ngga nyium pipi lo,"

-Fakboi

Sore ini hujan turun begitu lebat, jam loby Sastra Wijaya menunjukan sudah pukul empat sore. Dan disinilah Rara berdiri menunggu seseorang yang setengah jam lalu ia beri pesan.

"Sorry, lo udah lama?" Rara tersadar dari lamunan, tubuhnya berbalik dan menemukan Lea berdiri disana dengan baju basket nya.

"Ohh, ngga kok. Gue cuma mau balikin jaket yang dulu lo pinjemin ke gue, sorry gue baru sempet kembaliin ke lo," tangan kanan Rara terulur menyerahkan jaket milik Lea.

Sudah berbulan bulan setelah insiden memalukan itu terjadi tapi baru sempat Rara mengembalikannya.

Bukan apa apa, hanya saja Rara memang lupa untuk mengembalikan jaket itu pada pemiliknya.

"Ra, gue mau ngomong sesuatu sama lo," tidak ada uluran tangan yang menyambut jaket itu.

Yang ada kini Lea yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Ra maaf," Rara terdiam.

"Buat?" Lea berhenti mendekat, kedua matanya menatap manik indah milik Rara.

"Buat sikap gue sama lo kemarin," gadis itu kembali terdiam, rasa kecewanya kembali menyeruak.

Ada banyak perasaan yang ingin Rara sampaikan pada lelaki di depannya saat ini, tidakah lelaki di depannya ini tahu betapa kecewanya Rara saat tiba tiba lelaki itu menghindar tanpa alasan.

Tidakkah dia tahu bagaimana perasaannya semalam begitu senang mendapat perhatian kecil lelaki itu dan sayangnya pagi ini Rara kembali dijatuhkan pada kenyataan.

"Ngga apa apa, itu hak lo juga kan buat hindarin gue. Ya meskipun gue ngga tau apa alasannya," gadis itu mengulas senyum, siapapun tahu apa arti senyuman itu.

Senyuman kecewa dan Lea bisa melihatnya.

Hati Lea menddak gusar, disini bukan hanya gadis itu yang kecewa tapi juga dirinya. Entah kenapa egonya begitu besar hingga ia tidak mau mengutarakan apa yang ia rasakan saat ini.

"Apa lo ngga bisa rasain apa yang gue rasain Ra. Apa lo ngga bisa ngerti alasan kenapa gue ngehindarin lo kemarin?!" Rara tersentak mendengar suara Lea sedikit membentak.

"Ra plis, apa segitu ngga pekanya lo sama perasaan gue?" Mendengar itu Rara tertegun, ada makna yang berbeda dengan ucapan Lea tadi dan semoga Rara tidak salah untuk mengartikannya.

"Maksud lo?" Rara bertanya lirih seolah pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya sendiri.

"Arghhhh, lo masih ngga ngerti juga?!" Benar benar membuat frustasi, Lea sudah kehabisan kesabaran.

Bagaimana gadis di depannya ini sangat tidak peka dengan perasaanya. Apa memang semua otak murid pintar hanya didedikasikan untuk pelajaran? Hingga hal sekecil ini gadis itu tidak mengerti?

"Gue rasa guru guru salah nilai jadiin lo rangking satu di sekolah ini ya. Padahal otak lo ngga nyampe sama sekali alias cetek!" Tangan kanan Lea mengusap wajah lelah dengan tangan kiri berkacak pinggang.

Sungguh pose yang sangat tamapan bahkan Rara sempat menahan napas saat melihat bahu dan juga lengan Lea yang terekspos.

"Maksud lo apa ngomong gitu?! Lo nya aja yang muter muter ngga jelas ngomongnya, bisa ngga sih langsung to the point aja kalau ngomong sama gue?" Rara mendengus kesal, apa apaan lelaki itu mengatainya bodoh.

"Liat mata gue," Rara bergeming tidak menggerakan kepalanya untuk melihat Lea disampingnya, sudah kepalang kesal.

"Rara liat mata gue!" Seperti sebuah mantra, kepala Rara kini menoleh saat mendengar suara tegas Lea.

"Apasih?!" Dengan malas Rara menatap mata Lea, dan dengan kurang ajarnya jantungnya berdetak tidak karuan.

"Lo masih ngga ngerti perasaan gue sama lo?"

Tidak ada jawaban dari Rara yang ada hanya gelengan kepala, dan mata bulat yang masih memandang mata Lea.

Lea terpaku, di depannya sangat dekat wajah cantik Rara terlihat jelas. Hidung mancung yang mungil, mata bulat indah milik Rara dan lagi godaan terbesar bagi kaum lelaki manapun, bibir tipis ranum milik gadis itu.

"Ehhmmm, lo emang ngga bisa peka sedikit aja ya?" Lea berdehem menetralkan detak jantungnya sekaligus pikiran nakal yang sempat terlintas dan setelahnya telunjuk lelaki itu terangkat sedikit menonyor dahi mulus Rara.

Niat yang sudah bercokol begitu kuat untuk mengungkapkan perasaannya kini terurung begitu saja saat melihat mata indah milik Rara.

"Ihh apaan si lo, main nonyor aja. Sakit nih dahi gue," bibir mungil gadis itu mengerucut menandakan pemiliknya tengah kesal.

Lea terkekeh melihat tingkah gadis di depannya, sangat menggemaskan. Hingga ide jahil terlintas di otak Lea, tanpa disangka Lea mendekatkan wajahnya ke arah Rara lebih tepatnya samping telinga Rara.

"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisak Lea tepat di telinga Rara.

Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila.

Setelah perasaan kecewa juga kesal yang di berikan sekarang perasaan senang yang ditorehkan.

Setelahnya Lea manarik wajahnya dan

"Jaketnya buat lo aja, siapa tau lo kangen sama gue lo bisa pake jaket gue." Melihat pipi merona gadis di depannya membuat Lea terkekeh.

"Oh ya satu lagi, jangan pernah blushing di depan cowok lain. Karena gue ngga yakin iman mereka bisa sekuat gue buat ngga nyium pipi lo," Lea memang sialan setelah mengucapkan itu dia mengacak rambut Rara dan pergi ke lapangan indoor untuk melanjutkan bermain basket bersama temannya.

Di tempat nya Rara masih terdiam dengan jantung yang tidak baik baik saja, kali ini Lea benar benar membuatnya tidak bisa berkutik.

"DASAR FAKBOI!"

"HAHAHAHAHAHA OF COURSE I AM BABE!" Lea yang masih berjalan belum jauh dari Rara tergelak saat mendengar teriakan Rara untuknya.

Diam-diam Lea berharap semoga semuanya akan baik baik saja, bagi Lea kini hari harinya berubah setelah kedatangan gadis bernama Rara dalam hidupnya yang semula terasa monoton.

Ada perasaan aneh yang setiap kali membuat perutnya tergelitik dan juga jantung yang begitu menggila saat ia berdekatan dengan gadis itu, bukan tidak mengerti dengan apa yang tengah ia rasakan.

Hanya saja Lea belum bisa memastikan perasaannya pada Rara, ia tidak ingin dengan perasaan yang ia miliki membuat gadis itu menjauh karena tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.

Terkadang lelaki memang sepengecut itu untuk mengakui perasaannya.

______________________

Karena lagi sakit aja gue jadi rajin up gini. Kalau author lain rajin up pas sehat kalau gue kebalikannya. Karena cuma pas sakit gue ada waktu nulis, kalau sehat kan gue sibuk ngahahahahaha (sok sibuk).

Oke jangan lupa vote dan comment!!!

LEARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang