"Punya kaka posesif itu nyebelin tapi gue sayang."
-Rara
"Lea!! Kamu ini kerjaannya telat terus, orang ke pasar aja berangkatnya pagi. Lah kamu yang mau ke sekolah berangkatnya siang, jangan mentang mentang ini sekolah punya kakek kamu jadi kamu bisa seenaknya ya!" sudah sekitar 15 menit Lea mendengar ocehan dari guru BK nya Pak Aryoto.
Rasanya telinga Lea sangat panas, hari ini ia datang terlambat karena semalaman ia bermain game. Ini kebiasaan lama Lea, entah kenapa kebiasaan itu datang lagi.
Akhir akhir ini Lea merasa stres dan kepalanya sering sekali terasa pening. Lea juga tidak tahu kenapa, tidak seperti biasanya ia merasa seperti ini.
"Aduh pak, saya kan udah bilang semalam saya main game jadi saya kesiangan bangun. Ya udah si pak, biasanya saya juga langsung dihukum. Udah deh pak, saya capek dengerin bapak marah marah terus," tidak ada selain Lea yang seberani ini berbicara dengan Pak Aryoto guru BK ter killer di SMA Sastra Wijaya.
"Aduh sudah sudah, saya pusing denger kamu yang ngelawan terus. Sekarang lari keliling lapangan dan kamu tidak boleh masuk pelajaran sampe jam istirahat pertama," Pak Aryoto berlalu meninggalkan Lea.
Bagi Lea ini namanya rejeki bukan musibah, ia tidak perlu repot repot mengikuti pelajaran Ekonomi. IPA kok ada ekonomi, bagi Lea ekonomi sangatlah menyulitkan.
Yang benar saja, anak IPA belajar ekonomi. Memang tidak jauh berbeda dengan mata pelajaran seperti matematika, tapi itu bukanlah basic anak IPA dan Lea sangat tidak suka dengan mata pelajaran itu.
"Dari tadi kek, pake marah marah segala. Dasar botak," Lea mendengus keras saat guru BK nya itu sudah pergi.
Lea menuju lapangan utama, dia berbuat salah dan sekarang ia harus bertanggung jawab. Bukankah itu yang dinamakan lelaki? Berani berbuat berani bertanggung jawab.
Lea memang nakal dan urakan, tapi tanggung jawab bukan hal main main bagi Lea. Jika memang ia bersalah maka ia pasti bertanggung jawab.
Tetapi untuk sesuatu yang bukan kesalahannya tentu saja Lea tidak akan pernah mau bertanggung jawab.
Lea adalah pribadi yang keras, apa yang dianggapnya benar akan ia lakukan dan apa yang dianggapnya salah itu hal mutlak yang tidak akan pernah ia lakukan.
Kata ayahnya lelaki itu berani berbuat berani tanggung jawab. Apa yang ayahnya tanamkan sejak kecil, menjadi pedoman Lea hingga sekarang.
Sudah empat putaran Lea berlari, kepalanya terasa pening dan kunang kunang. Tidak biasanya Lea seperti ini, bahkan biasanya Lea kuat lari lapangan sepuluh kali putaran.
Tepat putaran ke lima tubuh Lea sempoyongan tidak jelas di pinggir lapangan.
"Lea lo ngga papa?" Lea mendongakkan kepalanya melihat siapa yang sedang memegang bahunya.
"Rara? Gue ngga papa cuma agak pusing," Rara membawa Lea untuk duduk di bangku bawah pohon.
"Mending lo ke UKS aja, muka lo pucet banget." Ini bukan Rara sekali, Rara adalah tipe orang yang tidak peduli sekitarnya.
Dan sekarang Rara rela meninggalkan pelajarannya untuk membantu Lea. Niat awalnya keluar kelas adalah untuk ke kamar mandi tapi ia melihat Lea yang akan terjatuh sempoyongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...