[A/N] : Vote ya sayang.
"Lagi-lagi Tuhan bermain takdir"
"A-apa?! Kecelakaan?" Ponsel dalam genggaman Rara jatuh ke tanah.
Kaki gadis itu kini terasa seperti jelly, tubuhnya luruh tidak bertenaga setelah menerima telepon dari seseorang.
"Ra! Lo kenapa?" Sonya juga Ravena panik bukan main.
Wajah Rara pucat pasi, hanya air mata juga isakan yang keluar dari bibir gadis itu.
"Soy panggil Dano sekarang!" Tanpa menunggu lama Sonya berlari menghampiri Dano ke tenda laki laki.
Hari ini mereka masih di Bandung, KBO belum selesai dilaksanakan, rencananya hari ini mereka akan melakukan outbound sebagai penutupan acara.
Tapi tiba tiba Rara mendapat telepon entah dari siapa dan sekarang keadaan gadis itu benar benar mengenaskan.
"Ra, Lo kenapa Ra?" Tanya Ravena semakin panik.
"V-ven," ucapan Rara terhenti saat gadis itu menangis tersedu-sedu, tubuhnya bergetar hebat.
Ravena merengkuh tubuh Rara erat, mengusap bahu sahabatnya berharap dapat menenangkannya.
"Ra! Lo kenapa?" Dari arah belakang Rara Dano berlari cepat menghampiri Rara yang ternyata sudah pingsan.
"Bang Rara pingsan!" Suasana semakin panik.
Dano dengan cepat menghubungi Lea, kini harapan satu satunya adalah Lea karena hanya lelaki itu yang membawa mobil pribadi ke area perkemahan.
"Halo, dateng ke tenda Rara. Dia pingsan, gue butuh bantu—" belum sempat menyelesaikan ucapannya Lea mematikan sambungan.
Membuat Dano mengumpat pelan.
Tidak butuh waktu lama Lea datang menghampiri Rara yang sudah berada di gendongan Dano.
"Bawa ke mobil gue sekarang," Lea yang sudah tahu situasi bergerak cepat.
Dano mengangguk dan membawa Rara ke mobil Lea untuk menuju rumah sakit terdekat.
"Gimana dok keadaan adik saya?" Dano menghampiri seorang dokter yang baru saja keluar memeriksa Rara.
Di ruang tunggu hanya ada Dano dan Lea, sebenarnya Ravena juga Sonya memaksa ikut tapi dilarang oleh panitia karena tidak ingin menambah panik peserta lain.
"Tenang, keadaan pasien baik baik saja. Pasien hanya syok ringan, sekarang sudah boleh ditemui. Tapi tolong jangan terlalu mendesaknya dengan banyak bertanya karena pasien bisa merasa tertekan."
"Makasih dok,,"
Dokter itu mengangguk— "Mari, saya permisi dulu."
Dengan tergesa Dano juga Lea masuk ke dalam ruangan Rara.
"Hikss, hiks." Isakan pilu pertama kali menyapa pendengaran kedua lelaki yang baru saja memasuki ruangan.
"Bang!" Rara turun dari ranjang berlari memeluk Dano.
Bahkan gadis itu lupa jika tangannya tengah di infus.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Ficção Adolescente"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...