9 | Berubah

5.6K 285 5
                                    


"Kalo gue aja yang jadi tokoh cowoknya mau ngga?"

-Lea

"Lea lepasin! Sakit ih," yang benar saja, cekalan Lea begitu kuat bahkan tangan Rara sampai memerah dibuatnya.

"Ehhh sorry kekencengan ya?" Ya elah masih nanya lagi.

"Lo pikir?!" Bukannya merasa bersalah Lea justru nyengir kuda.

"Hehehe maaf gue sengaja," kalian tau, cewek PMS bisa angkat rak buku?

"Minta disantet ya lo," rasanya Rara ingin sekali melempar Lea ke arah rak buku di depannya.

"Calm down babe, oh iya gue lupa kalau lo lagi PMS," what the..!!

"Hah?" Sekali lagi, otak Rara sepertinya sangat lemot. Bahkan kalimat sederhana seperti itu saja dia tidak bisa memahami.

Lea sendiri yang mengucap justru terkekeh melihat ekspresi polos Rara yang minta di tabok pake banget.

Sepertinya Lea punya hobby baru yaitu menggoda gadis mungil di depannya ini. Siapa sangka panggilan yang baru saja ia lontarkan bisa berefek pada pipi mulus Rara. Sangat lucu.

"Kok pipi lo merah gitu? Lo demam?" Diam diam Lea mati matian menahan tawanya saat melihat pipi merona milik gadis di depannya.

Rara yang melihat itu refleks menangkup kedua pipinya.

"Baru pernah ya dipanggil sayang sama cowok?"

"Atau lo mau gue panggil sayang tiap hari juga gak apa apa," tolong beri tahu Lea jika kini keinginan Rara untuk melemparnya semakin kuat.

"Ih apaan si!"

"Hahahahhaha pipi lo makin merah," betapa menggemaskannya Rara saat ini dan Lea sedang mati matian menahan tangannya untuk tidak mencubit kedua pipi merah Rara.


"Apa sih, ngga ya pipi gue ngga merah. Awas gue mau ketemu pacar gue, minggir!" Apa Lea salah dengar?


Rasanya Jantung Lea berdenyut tidak beraturan, entahlah ini sangat aneh.

Bahkan wajah Lea yang tadi tertawa menggoda Rara kini terdiam, pikirannya entah melayang kemana.

'Pacar?'

Rara berlalu dari hadapan Lea, bukannya pergi Lea justru membuntut di belakang Rara mengikuti cewek itu menuju rak novel.

"Jadi lo udah punya pacar?" Astaga!! Mulut Lea tidak bisa dikontrol, bodoh! Lea terus merutuki kebodohan mulutnya dalam hati.

"Udah, banyak malahan," raut wajah Rara tampak serius memilih novel mana yang akan ia ambil.

"Serius!! Yah gue telat dong?" Apa yang dikatakan Lea barusan mengundang perhatian Rara sepenuhnya. Seperti yang sudah sudah, ucapan Lea tidak bisa dicerna oleh otak Rara, pintar-pintar tapi bego.

"Lo ngomong apa sih?! Gue jadi bingung nih mau milih siapa yang mau gue jadiin pacar malem ini," tanpa menanggapi ucapan Lea sebelumnya Rara justru sewot karena merasa terganggu.

Lea yang mendengar ucapan Rara semakin heran, berapa banyak kekasih yang Rara miliki sampai sampai dia bingung untuk memilihnya.

"Hah? Emang pacar lo banyak? Sampe bingung milihnya?" Sungguh Lea tidak mengerti, bisa bisanya gadis yang notabennya sebagai siswa teladan di sekolahnya ini adalah seorang playgirl.

"Pfffttttt, hahahahahaha." Rara justru tertawa melihat ekspresi Lea yang menurutnya sangat bodoh.

Sekarang Rara paham, ternyata Lea menyangka jika dirinya memiliki kekasih nyata, banyak pula.

"Kok ketawa si?"

"Hahahhahha, abisnya lo tuh lucu banget parah. Yang gue maksud pacar itu ini," jari lentik milik Rara menunjuk jajaran buku novel yang ada di rak.

Cukup lama Lea butuh waktu untuk mengerti ucapan Rara, dan setelah ia sadar Lea benar benar malu bahkan ia salah tingkah.

"Lahhh, gue kira cowok lo banyak sampe bingung milihnya." Lea menggaruk belakang tengkuknya yang tidak gatal untuk menutupi salah tingkahnya.

"Ya ngga lah, boro-boro cowok. Gue gebetan aja ngga punya," kini Rara sudah kembali dengan kegiatannya semula.

"Serius? Masih ada kesempatan dong," Lea menggumam tidak jelas, tapi masih bisa di dengar oleh Rara.

"Maksud lo?"

"Ehhh ngga kok, btw segitu ngenesnya lo sampe nove aja dibilang pacar. Keliatan banget jomblonya," mulut Lea memang agak kurang ajar sedikit ya.

"Ye kampret lo, gue emang suka banget baca novel. Apalagi kalo tokoh utama cowoknya tuh ganteng, romantis, care, ya gitu deh pokoknya gue kalo baca novelnya jadi berasa pacaran sama dia," Lea terkejut mendengar Rara yang bicara panjang lebar seperti ini.

Ini pertama kalinya, iya ini first time Rara mengatakan kalimat panjang padanya.

"Ternyata lo suka cerita menye gitu? Gue kira murid pinter kaya lo cuma suka buku buku pelajaran," ini murni pertanyaan Lea, ia kira murid teladan seperti Rara hanya suka dengan buku pelajaran.

"Ya ngga lah, namanya juga cewek pasti doyan baca novel," Rara tetap sibuk dengan kegiatannya.

"Gitu ya? Kalo gue yang jadi tokoh cowoknya mau ngga?" Rara yang semula terfokus sedang membaca sinopsis novel kini menoleh pada Lea.

"Lo? Jadi tokoh cowok kaya di novel novel?"

"Iya." Lea mengangguk semangat menanggapi pertanyaan Rara.

"Ya kali, lo senyum depan cewek aja jarang. Masa iya mau jadi cowok romantis kek di novel novel," Rara terkekeh menanggapi jawaban Lea. Yang benar saja, mana ada cowok dingin seperti Lea jadi cowok romantis seperti tokoh yang selama ini Rara baca di novel. Mimpi yang ada.

"Siapa bilang gue ngga bisa? Kalo lo yang jadi tokoh ceweknya si gue bakal usahain,"

Skakmat

---------------------

Gue up lagi! Bisa minta vote nya? Untuk penyemangat aja:) oke deh are on next chapter hehe:))

Chapter ini sudah direvisi

LEARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang