"Ketakutan terbesar adalah terulangnya masa kelam dalam hidupmu"
-unknown
Suasana kantin angkatan kelas 11 siang ini terlihat sangat ramai. Terlihat semua bangku di ruangan itu hampir terisi penuh, padahal kantin di sekolah ini terbagi menjadi setiap angkatan.
Di tengah keramaian suara gitar dan nyanyian absurd terdengar begitu keras dengan Gaga sebagai gitaris dan Reno penyanyi dadakan.
Entah kenapa Rara sedikit kecewa, apa yang ia cari tidak ia temukan. Kehadiran Lea tidak ia temukan di keramaian kantin padahal biasanya lelaki itu tidak pernah absen untuk mengisi perutnya.
"Anjir ramai banget Ra! Mana gue laper banget lagi." keluh Sonya.
"Namanya juga kantin, gimana sih lo!" Sonya semakin bersungut saat melihat Rara meninggalkannya sendirian.
"Bu Pur pesen opornya dua sama teh anget dua ya," keduanya menuju meja di pojok kantin setelah memesan dua porsi opor dan teh hangat di kedai bu pur.
Brakkkkkk
Di tempatnya Rara menoleh ke asal suara begitupun dengan Sonya, dilihatnya di pintu masuk seorang gadis berambut ombre tengah berhadapan dengan Fabian kakak kelas 12 IPS 5.
"Eh Ra, si Lisa kenapa tuh?" Gadis itu menggeleng tanpa suara.
"Lepasin gue!" Itu suara Lisa, tangannya tengah di cekal oleh Fabian.
Siapapun yang melihat pasti tahu cekalan Fabian tidaklah main main, bahkan wajah Lisa sampai meringis menahan sakit.
"Ngga sebelum lo mau balikan sama gue!" suasana kantin mendadak hening saat mendengar suara Fabian.
"Gue ngga akan sudi, lepasin gue Fab!" masih tetap pada pendiriannya, Fabian menggelengkan kepalanya bahkan ia kini bersiap menarik tangan Lisa dan menyeretnya keluar kantin.
Tapi tidak setelah sebuah tangan menghalangi keduanya.
"Kalau dia ngga mau jangan dipaksa goblok," suara itu, Rara tahu pasti siapa pemiliknya.
"Dia," Lisa bergumam saat melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.
Dia lelaki yang sama seperti pagi tadi, lelaki yang mengantarnya mencari ruang TU.
"Ngga usah bacot lo, urusin urusan lo sendiri!" Suara Fabian naik satu oktav.
"Lepasin dia," wajah lea mendatar.
Suasana kantin kini semakin hening bahkan atmosfer terasa kian menegangkan, setelah lama si bad boy cucu yayasan tidak membuat ulah kini berbuat ulah kembali.
Tidak ada yang berani menjamin semuanya akan baik baik saja.
"Ra, liat itu Lea," di samping Rara Sonya berbisik lirih.
Tidak ada jawaban apapun dari Rara, gadis itu masih terpaku dengan apa yng ia lihat saat ini lebih tepatnya lelaki di depan sana yang tengah bersiap baku hantam dengan seorang Fabian Mahendra.
"Bacot lo!" Dan setelahnya bisa ditebak, keduanya terlibat baku hantam.
Tepat di dekat keduanya Lisa mematung, ia bingung harus bersikap bagaimana. Saat ini yang dilihat gadis itu adalah sosok Lea yang tengah mengarahkan tinjuannya ke wajah mantan kekasihnya.
Ada perasaan berbeda saat ia melihat kedatangan Lea, entahlah Lisa tidak mengerti apa yang tengah ia rasakan. Sejenis perasaan senang.
-------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
LEARA
Teen Fiction"Gue udah pernah bilang kan, jangan mainin bibir lo atau gue bener bener khilaf kali ini," bisik Lea tepat di telinga Rara. Dan boom wajah Rara seketika memanas merah padam, sialan Lea benar benar membuatnya gila. Setelah perasaan kecewa juga kesa...