Mikha Tambayong - Temukan Jawabannya [ play the music ]
-"Kau tau apa yang membedakan kita? Kau melihat ku dengan kedua mata mu--Aku melihat mu dengan perasaan ku."-
Saat ini, Zarka sedang duduk di tepi ranjangnya dengan tangannya yang memainkan spiner berwarna yang dibelinya. Sudah sedari tadi ia hanya memutar-mutarkan mainan itu dan matanya yang menatap lurus kedepan itu yang artinya ia tengah merenung.
Cowok berumur enambelas itu hanya memikirkan hal yang terus menghantuinya sekarang. Bisa dibilang, Zarka sedang bingung entah kenapa.
Ini hari ke lima
Ini hari ke lima.
Ini udah sebentar lagi, batin Zarka terus berucap.
"Arrggh!" kesal Zarka frustasi dan langsung melempar spiner nya ke sembarang arah.
Zarka merebahkan tubuhnya di atas kasur dan kedua tangannya yang menumpu kepala belakangnya. Matanya beralih menatap balkon yang sudah sore hari dan diperlihatkan bentangan langit sore yang sudah sedikit berwarna ke orange-an. Sejenak ia kembali mengingat kejadian tadinya saat di sekolah bersama Rachel.
Saat Zarka sedang ingin meraih buku favorite-nya di rak perpustakaan, sebuah tangan menyentuh ujung jemarinya dan setengah buku yang ingin diambil oleh Zarka.
Tangan yang mulus sangat terasa di kulit tangan Zarka karena tangannya yang disentuh seseorang. Sedikit cela memudahkan Zarka untuk melihat siapa yang hendak ingin memiliki buku kesukaannya juga.
Setelah Zarka sudah bisa melihat, ia sedikit terkejut karena Rachel yang langsung menatapnya yang juga tak kalah terkejut.
Hanya dalam hitungan detik, mereka sudah menarik tangannya masing-masing. Rachel yang mengerjap-erjapkan matanya dan Zarka yang menatap Rachel sedikit bingung.
"Eh? Sori," ujar Rachel langsung seraya tersenyum kikuk.
Zarka masih menatap Rachel disebrangnya yang juga melihatnya dengan hati-hati. "Lo mau bukunya?"
Awalnya, Rachel sedikit tak enak hati karena ia yang belakangan dari Zarka yang sudah lebih dulu mendapatkan buku kesukannya. Jadi, Rachel hanya menggeleng. "Eng-enggak, kok. Itu buat lo aja."
"Bener?" Zarka memastikan.
Rachel mengangguk. "Iya, bener."
Segera, Zarka meraih buku yang sempat terhalang tadi dan menepuk buku yang berjudul 'PSIKOLOGI PENDIDIKAN' itu lalu berkata, "Yaudah, gue duluan."
Hendak pergi, suara Rachel menghentikan langkahnya. "Lo Ar--Arka, tunggu." Rachel berjalan mendekati Zarka yang sudah berhenti jalan.
Suasana perpustakaan saat ini sedang sepi, hanya ada mereka berdua saja, omong-omong.
Arka?
Barusan, Rachel menyebut Zarka dengan sebutan---Arka?
"Gue suka lo, Arka."
Rachel secepat itukah menyukai dirinya? Bagaimana bisa? Padahal mereka kan baru lama mengenal, tapi Rachel sudah tertarik dengannya? Uh-oh.
"Gue suka lo, Arka." Zarka memperagakan ucapan Rachel tadi pagi.
Astaga.
Zarka barusan menyebut namanya dengan sebutan Arka? Sejak kapan orang di dekatnya menyebutnya seperti itu? Rachel memberi julukan tersendiri?
Jujur, awalnya Zarka sangat amat kaget mendengar pengakuan Rachel saat itu. Tidak menyangka saja, perempuan itu mengatakan yang seharusnya dikatakan oleh laki-laki?
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...