35. Bertemu

1K 50 29
                                    

Semacam ada pertikaian antara hati dan logika. Di saat kau menambahi pemeran dalam kisah ini.

****

Di dalam sebuah kamar, ada dua orang yang tengah tertawa ria dengan lawakan yang diciptakan mereka sendiri. Mereka ialah Sella dan Rachel. Kini keduanya sedang berada di rumah Rachel, lebih tepatnya di kamar Rachel.

"Gilak, lu waktu itu nggak liat, sih," cerita Rachel sambil tertawa, di tangannya ada boneka teddy yang ia peluk.

Sella pun juga ikut terbahak. Ia juga tidak henti-hentinya mengemil keripik yang di genggamnya. "Hahahaha. Kayaknya itu orang kesambet jin tomang kali, yak," canda Sella, matanya menyipit karena mulutnya mengeluarkan tawa.

Rachel makin tergelak mendengar candaan yang dilontarkan sahabatnya itu. Sesekali, di sela tawanya, Rachel memandang Sella yang tertawa lepas.

"Gue seneng, lihat lo seneng."

Saat itu juga, Sella memberhentikan suaranya. Ia refleks menatap Rachel yang tiba-tiba juga ikut berhenti tertawa.

"Maksudnya?" tanya Sella, mengernyit.

"Yaaa, gue seneng lihat lo kayak gini. Umm ... seakan-akan lo itu nggak ada beban," jujur Rachel, ikut menatap Sella dalam.

"Emangnya gue ada beban apa?"

"Lo itu cewek kuat. Gue tahu itu." Rachel menerawang iris hitam gelap Sella dengan pandangan yang sulit diartikan.

Sella terdiam seketika. Kepalanya jadi tertunduk, dan kantung putih yang berisikan keripik singkong keju Sella taruh di atas kasur milik Rachel.

"Jangan kasihanin gue, Chel," ucap Sella tanpa sadar. Ia menahan isakan yang hendak terdengar.

Entah mengapa rasanya sekarang Sella ingin menumpah ruahkan rasa yang sudah lama menggenang di hati dengan air matanya yang berbicara.

"Lo bisa cerita sama gue. Lo nggak perlu merasa sendiri, Sel. Tanpa lo sadari, banyak orang di sekeliling lo yang sayang dan peduli sama diri lo." Rachel refleks membawa tubuh Sella ke dalam pelukannya.

Darah Sella berdesir hangat, dan setitik air berharga kembali jatuh di kaus yang dikenakan Rachel saat ini. Lalu sekitar lika detik Sella terdiam, ia terisak kecil dan tangannya yang bebas membalas melingkar di pinggang Rachel, sahabatnya.

"Bukannya kita saudara?"

Deg. Kalimat itu ... kalimat yang mengingatkan Sella betapa harmonisnya persahabatan mereka.

"Maafin gue kalo gue punya banyak salah sama lo," bisik Rachel.

"Lo nggak perlu menjadi yang paling kuat jika nyatanya lo nggak. Lo nggak perlu menjadi paling lemah jika nyatanya lo kuat." Rachel menyambungkan ucapannya dan langsung menguraikan pelukannya dengan Sella.

Senyum Rachel mampu menembus senyuman Sella yang ikut terbentuk. Sella sendiri merasa bahwa dirinya tidak pantas lagi disebut seorang sahabat yang berguna.

"Lala-nya Achel itu cewek strong, nggak gampang nangis."

Sella masih diam, mendengarkan bait per bait kalimat Rachel yang meneduhkan jiwanya.

Sambil mengelap jejak air mata Sella di pipi, Rachel berkata, "Gue tau kok rasanya jadi seorang lo. Rasanya sakit merelakan seseorang dan juga merasakan sakitnya kehilangan seseorang."

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang