Kala air mata kamu jatuh, justru aku merasa cinta, seakan setitik butir kristal itu mampu menumbukan setitik cinta di hati.
****
Suasana makan malam di rumah Zarka diselimuti oleh keheningan. Paling hanya bunyi dentingan dari sendok yang beradu dengan piring kaca. Rachel, Zarka, Sella dan Alfi, memasang raut wajah yang berbeda-beda.
"Abis ini gue boleh balik, kan?"
Rachel lah yang ternyata lebih dulu memecahkan keadaan mencekam ini.
"Boleh. Pulang aja, lagipula rumah lo bersebrangan sama rumah gue." Zarka menjawab tanpa mood.
Sella melirik Zarka sekilas namun saat Zarka meliriknya juga, buru-buru Sella mengalihkan pandangan.
"Zarka ... lo anterin gue pulang--"
"Udah pasti gue bakal nganterin lo."
Ada apa dengan Zarka? Nada suaranya seperti sedang kesal. Padahal tadi Zarka bersikap biasa saja, tidak ada apa-apa. Kenapa sejak awal pertama makan bersama, dia menjadi sosok yang menyeramkan di mata Sella.
"Lo marah ya sama gue?" tanya Sella, hati-hati. Rachel dan Alfi menatap bergantian keduanya.
Tetapi Sella pun merasa kesal karena Zarka yang mengabaikan pertanyaannya, dan malah lebih memilih beranjak seraya membawa tumpukan piring ke dapur.
"Zarka kenapa, sih?" bingung Sella.
Yang dilakukan Alfi dan Rachel hanya mengedikkan kedua bahunya.
"Sel," panggil Alfi, melihat Sella yang menunduk.
"Hm?"
"Lo tau nggak kalo besok itu ulang tahunnya Zarka?"
Detik itu juga, Sella mampu menahan pita suaranya agar tidak mengeluarkan kalimat dengan nada melengking yang pasti akan menarik perhatian Zarka untuk kemari.
Rachel pun juga terbeliak kaget. "Sumpah, Fi?!
"Sumpah! Gue nggak bohong. Tanggal lahirnya dia itu sama kayak tanggal lahirnya gue." Alfi berkata serius. "Emang lo beneran nggak tau, Sel? Sama sekali?"
"Enggak." Kepala Sella menggeleng kencang. "Kenapa dia nggak ngasih tau gue? Dia bilangnya cuma lo yang besok ulang tahun," sambung Sella.
Memang benar, kan. Tadi kalau Zarka hanya memberitahu kalau Alfi yang ulang tahun. Tidak menyebutkan dirinya yang sebenarnya pun juga bertambah umur.
Dan Sella merasa kalau dirinya itu tidak ...
****
"Ka!"
Sella terus memanggil Zarka yang berjalan dahulu menuju bagasi. Dengan sedikit kesusahan, Sella berlari.
"Zarka!" sentak Sella, menyerah karena banyak berlari. Saat sentakan keras itu menyapu gendang telinganya, Zarka berhenti namun tidak menoleh ke belakang.
Napas Sella menggebu. Ia berjalan pelan mendekati Zarka.
"Ka! Lo kenapa tiba-tiba ngediemin gue?" Sella sudah berhadapan di depan tubuh Zarka.
"Kenapa? Lo bilang gue nggak jelas, tapi nyatanya lo yang lebih nggak jelas," lanjut Sella, matanya berair.
"Lo--"

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Fiksi RemajaIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...