-Sahabat adalah malaikat yang mengangkat kita ketika sayap kita lupa caranya terbang-
Hari ini, tepatnya hari Senin, Sella dikejutkan dengan kedatangan Rachel di sekolahnya. Sekarang, ia hanya menatap nanar pemandangan di depannya. Dimana Rachel yang baru saja masuk dengan seragam khas sekolah Garuda Sakti, berdiri di hadapan murid sekelas dengan senyum manisnya. Sebenarnya, Rachel mengetahui keberadaannya atau tidak, sih?
"Hari ini, kita kedatangan lagi murid baru di kelas ini. Baik, silakan perkenalkan dirimu nak." Bu Metha memandang ramah Rachel.
Rachel mengangguk patuh. "Haii semuanya ..."
"Haaaaii ..." jawab murid sekelas terkecuali Sella.
Kini, bisa Sella lihat, senyumnya semakin lebar. "Perkenalkan, nama saya Rachel Alexanderia, kalian bisa panggil saya Rachel."
Zarka yang sebelumnya belum terlalu menyadari keberadaan Rachel, kini, dia memasang tampang terkejut yang seperti Sella lakukan tadi.
"Nama gue Rachel."
Cewek itu yang tak sengaja menabrak tubuhnya saat di acara Agatha kemarin, kini bersekolah disini? Sekelas pula.
"Terima kasih Rachel, sekarang kamu bisa duduk disamping Naya." Perintah Bu Metha masih ramah.
Sudah di ketahui jika memang Naya lah yang duduk sendiri, dan tidak ada alasannya kan kalau tempat duduk disampingnya di tempati Rachel?
"Naya yang mana ya Bu?" tanya Rachel bingung.
"Gue Naya!" sahut Naya bersemangat.
Hanya dalam hitungan detik, Sella yakin pasti Rachel akan melihatnya karena memang posisi Sella yang tidak duduk di pojok dan tempat Rachel yang di pinggirnya itu akan memudahkan Rachel yang terus menganggu pikiran Sella.
Seperti sekarang saja, saat Rachel sudah berhasil duduk di kursinya, ia lantas menoleh ke arah kanannya dan seketika wajahnya berubah seratus persen terkejut kaget.
"Selllll--"
"Ssshhtt!!" potong Sella tajam.
Tak ada yang menyadarinya karena semua murid sudah tenggelam dalam materi pelajaran Bu Metha dan itu membuat Sella merasa beruntung saat ini.
****
Saat ini, di kelas IPA-3 hanya ada Sella, Naya, Rachel yang sedaritadi hanya di selimuti dengan keheningan panjang. Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 7 menit yang lalu, dan Sella sungguh sangat malas ke kantin hari ini mengingat karena ada sosok kehadiran yang sangat ingin dijauhinya hanya untuk sekarang.
"Sel, kantin sih, gue udah laper banget niih," protes Naya karena tidak betah dengan suasana awkward sekarang ini.
"Gue boleh ikut gak?" pinta Rachel tiba-tiba.
Sella mendongak menatap keduanya dengan malas. "Apaa-"
"Boleh kok, boleh banget. Ya kan, Sel?" potong Naya yang akhirnya meminta persetujuan Sella.
Tanpa menunggu jawaban Sella, Naya sudah menarik pergelangan tangan Rachel dan Sella cepat hingga membuat keduanya hanya saling menatap satu sama lain dengan pandangan yang berbeda jauh.
Sella masih sinis. Sedangkan Rachel tersenyum manis.
Tapi jauh beda di dalam lubuk hati Sella yang terdalam, ia merindukan senyuman sahabat lamanya itu. Kapan terakhir Sella melihat senyum semanis itu dari seorang sahabat?
Dan tapi jauh beda di dalam lubuk hati Rachel yang terdalam, ia sangat tidak pernah melihat wajah sinis yang sahabat lamanya keluarkan sekarang. Dulu, tidak pernah sedikit pun Sella memasang tampang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Roman pour AdolescentsIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...