Dekat, saling cinta, tapi tidak saling memberitahu itu menyakitkan. Dekat, saling cinta, tapi tidak bersatu itu jauh lebih menyakitkan.
****
"Mba, misi dong. Saya mau lewat."
Terkejap seperti orang bodoh, Sella menyingkir ke kanan, membiarkan seorang pria jangkung melewatinya. Sella merutuki dirinya sendiri karena sudah berbuat hal gila yaitu berdiri diam di depan pintu sambil menatap langit dengan wajah datar.
"Bego bego bego," maki Sella, memukul-mukul kepalanya agak sedikit keras.
"Lo ngapain mukulin kepala lo sendiri?"
"E-eh?"
Zarka menyingkirkan tangan Sella di atas kepala Sella sendiri. "Kayak orang gila lo," komen Zarka.
"Nggak usah ngatain gila bisa?" Sella menekuk wajahnya dan mendorong pintu yang berada di depannya lalu berjalan duluan.
Dan Zarka yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala. Kantung putih bermerek 'Shop X Shop' ia tenteng, di dalamnya berisi kotak berbentuk persegi kecil yang ternyata terisi oleh arloji berkualitas.
"Sel, tunggu," panggil Zarka, sedikit berlari mengejar Sella yang juga berlari.
Akhirnya langkah Sella berhenti tepat di depan motor ninja Zarka. Ia memainkan tali tasnya sembari matanya pura-pura tidak melihat Zarka yang sudah berada di sampingnya."Lo kenapa, sih, Sel? Nggak jelas tau nggak."
Diam. Sella tidak menyahut. Ia lebih memilih memfokuskan memandang orang yang berhilir mudik di depannya.
"Sella ..."
"Apa?!"
Akhirnya, Sella memutar tubuhnya menghadap Zarka dengan raut wajah kesal. Sella saja tidak tahu mengapa dirinya malah menyalurkan rasa malunya tadi dengan menjawab pertanyaan Zarka dengan nada seolah ia marah.
"Gue tanya lo kenapa--"
"Ssstt! Gue nggak kenapa-napa," sela Sella, menyengir malu dan jari telunjuknya menahan bibir Zarka yang hendak berbicara lebih lama lagi.
"Kamu nggak jelas."
"Kamu?" ledek Sella, memasang raut mengejek.
Zarka tersenyum manis dan menatap Sella dalam. Sella sedikit mengernyit melihat tatapan Zarka yang menenggelamkan bola matanya. Keduanya berhadapan lama, dan pula bertatap penuh cinta.
Tumit Sella berdiri, alias Sella menjijit dan memajukan wajahnya ke dekat telinga kiri Zarka. Lalu dengan penuh kelembutan, Sella berbisik, "Hai cowok setia, cowok yang udah nunggu gue lama. Sekarang ... dia-nya udah jatuh cinta. Sella sudah jatuh cinta ..."
Setelah Sella sudah menyelesaikan kalimat yang sedari tadi sudah tertahan di tenggorokannya, wajahnya memanas, dan Sella tersenyum tersipu seraya membuang wajahnya dari hadapan Zarka. Sedangkan Zarka terperangah tak percaya, membatu di tempat.
Waktu? Ini saatnya?
Waktu ini sudah membuktikan. Waktu ini sudah memberitahu. Waktu ini sudah mengizinkan. Terima kasih, waktu. Tidak lupa untuk cinta.
"Kaget ya?" tanya Sella hati-hati.
Mata Zarka berbinar. Sella sudah kembali menatap Zarka sambil tertawa ringan. "I love you," kata Sella.
Bahagialah sampai kamu lupa bagaimana caranya bersandiwara ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...