-I feel if i'm not to live anymore without you-
Sella lantas menoleh dan mendapati seorang cowok yang tengah menatapnya dengan raut wajah yang sedikit kaget. Sella hanya menatapnya tanpa ekspresi, alias datar.
Sella tersenyum kikuk. "Gak. Gue gak pa-pa."
"L-lo Sella, kan?" tanya Daffa, seraya membulatkan matanya.
Sella menaikkan sebelah alisnya, tapi ia tetap menjawab pertanyaan cowok di sampingnya ini. "Hmm. Kenapa?"
Sella beralih meraba-raba kepalanya yang sudah berlumeran jus. Dasar Kirana gila!
Dengan rasa percaya diri dan wajah yang sudah sangat berbinar, Daffa mengangkat tangan kanannya bermaksud ingin berkenalan. "Kenalin, nama gue Daffa Alvaro. Just call me Daffa."
Sella hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanpa membalas jabatan tangan Daffa yang masih menggantung di udara. "Lo udah kenal gue, kan?"
Daffa mengembalikan tangannya agak sedikit kecewa. "Yalah! Saingannya Zarka, kan?"
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Ucapan Daffa cukup membuat Sella kembali mengingat perbuatannya kala itu. "Gak jelas lo. Saingan apa coba." Sella berusaha santai.
"Lo kan sama-sama fam-"
Belum sempat Daffa berkata lagi Sella sudah lebih dulu melangkah pergi meninggalkan Daffa yang berdiri menatap kepergiannya.
Kok dia gitu? tanya Daffa dalam hati.
"Katanya Zarka, si Sella pernah nyaingin dia, tapi kok Sella..--tau ah." Sejenak ia melupakan dialog kala itu dengan sahabatnya, ia lebih memilih mengejar langkah kaki Sella. Berniat SKSD.
Sella kembali menoleh ke belakang ketika mendapati Daffa yang mengejarnya. Sebentar, ia memberhentikan jalannya dan menunggu sampai Daffa menghampirinya.
Saat Daffa sudah berada di sampingnya, Daffa terlihat sedikit meringis karena melihat jus yang ada di kepala Sella.
"Kepala lo kenapa?" tanya Daffa.
"Nggh-ini ulah Kirana," jawab Sella yang awalnya agak sedikit ragu.
Daffa membelalakan matanya tak percaya. "Wah lo jangan ngaco, deh. Setau gue, Kirana itu orangnya friendly terus dia baik."
Sella memutar bola mata malas. "Ya itu setau lo. Setau gue enggak."
Daffa melirik lagi ke arah kepala Sella, ia cukup tak tega melihat perempuan yang di-bully ini. "Tapi serius lo? Gue masih gak percaya, deh."
Sella berdecak kesal. "Ck, terserah lo deh. Udah ah gue mau balik."
Tanpa menunggu jawaban dari Daffa, ia berjalan cepat ke arah parkiran. Sella ingin segera pulang, mandi, dan yang paling penting adalah membersihkan jus yang sudah mulai lepek di kulit rambutnya.
Daffa tak mengikuti Sella lagi, ia hanya akan memberitahu Zarka bahwa ia baru saja mengobrol ringan dengan seorang Sella Azazelia, cewek yang ia kagumi.
"Yuhuuuu!" Daffa bersorak kesenangan.
****
Zarka keluar dari kamar mandi kamarnya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil putihnya. Ia sempat menghela napas panjang lewat mulutnya. Kali ini Zarka hanya memakai kaos oblong coklat yang tertera di tubuh kekarnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Zarka meletakkan handuknya di besi yang di khususkan untuk pakaian kamarnya. Lalu ia berjalan ke atas kasurnya dan segera meraih handpone miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...