16. Serangkai Konflik

1.6K 116 59
                                        

-Kenapa semua harus karena 'cinta'?-

Afgan ft. Rossa - Kamu Yang Kutunggu

Mereka masih berpelukan. Tetapi, memang, hanya Zarka yang merengkuh, tidak untuk Sella yang berusaha ingin menjauh, dan mati-matian meredam emosinya sekarang. Terus menerus Sella menggigiti bibir bawahnya, kepalanya mendongak ke atas menatap langit yang berawan mendung.

"Mungkin, ini terdengar menyakitkan untuk lo. Maafin gue ..." Zarka berbisik lirih tepat di daun telinga kiri Sella.

Masih diam. Tak ada sahutan.

Sampai kapan lo terus meluk gue?

Sangat terasa di leher belakang Sella, Zarka menghela napas panjang. Dan selanjutnya, tubuh Sella menjadi kaku, beku, diam tak berkutik, mulutnya masih diam, bungkam seribu bahasa saat lelaki yang merengkuhnya melontarkan setiap bait-bait indah sajak yang menyentuh hati terdalamnya.

"Izinkan aku memelukmu melalui doa, menyampaikan rasa melalui aksara, menjelaskan rindu melalui jiwa, dan mengambil hatimu melalui ia ..."

"Karena cinta tidak perlu dinampakkan, hanya membiarkan angin menyapa lewat salam, sehingga bisiknya terdengar menderam, bagai mengaung serigala malam ..."

"Pekat merapat menderam sepi, mengapit jemari kukuh sang tangan mungil, mulut tak berjeda mengucap dia, yang namanya masih menjadi rahasia ..."

"Termangu lah aku dalam hari-hari menanti, tak merasa risau menyendiri, hanya berupaya memperbaiki diri, hingga kau kelak dapat menghampiri."

Tepat saat Zarka menyelesaikan sajaknya, kepalanya pun memaksa untuk menoleh ke depan, sedikit menaikkan ke atas dan melihat kekasihnya di sana. Berdiam diri dengan buliran air mata yang bergenang miris membanjiri kedua pipi mulusnya, tubuhnya tak bergerak, tangannya tidak sama sekali mengelap kristal bening yang terus menerus menggenang, dan matanya seolah hanya tertuju pada objek yang dilihatnya. Rachel melihatnya, melihatnya memeluk seseorang yang sebenarnya pun tidak pantas untuknya. Rachel menatap Zarka penuh kesedihan yang terpancar dari bola mata indahnya, mengintip lewat sela hordeng yang terpatri di jendela kamarnya.

Zarka dilanda dilema. Di sisi pertama, Zarka mempunyai Rachel, namun di sisi lain, Zarka mencintai Sella. Tetapi Zarka hanya tidak mau melihat Rachel yang selalu tersenyum ria kepadanya, yang hanya melakukan persandiwaraan semata.

Sella melepaskan pelukan itu secara paksa. Matanya langsung berhadapan dengan mata teduh milik Zarka. "Kenapa sih, gue harus terjebak dalam lingkup perasaan?"

"Seandainya dulu, gue nggak nerima permainan jahannam lo itu, mungkin sekarang, kisah gue nggak serumit ini," lanjut Sella, diam bergeming.

"Maaf."

Hanya satu kata yang mampu dikatakan Zarka saat ini.

Sella tertawa sumbang. "Ya, maaf. Hanya maaf."

Sella berdiri, diikuti pula dengan Zarka. Sempat seperkian detik menatap nyalang orang di hadapannya, akhirnya, Sella pun melangkah menjauh. Tetapi, hanya dengan sederet kalimat, langkahnya sejenak berhenti, mendengarkan apa yang diucapkan oleh Zarka.

"Asal lo tau, Sel, karena jatuh cinta tidak pernah pasti. Cinta adalah cuaca. Yang meski kita duga-duga sekalipun, semua tetap kehendak semesta."

Tubuhnya kembali mematung.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang