2. Isi Hati dan Air Mata

5.4K 588 604
                                    

-Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan yang tak tertahankan-

Salshabilla - Malaikat Baik

Sella memandangi pemandangan malam dari balkon kamarnya. Indah. Itu yang dideskripsikan Sella sekarang kepada sang langit malam hari ini. Dengan bintang yang bertaburan cerah, bulan purnama yang bersinar indah itu membuat Sella ingin sekali mendeskripsikan semuanya melalui puisi.

Ia terkekeh. "Emangnya gue bisa apa bikin puisi?"

"Tapi kalo dipikir-pikir asik juga kali ya." Sella mengangguk-anggukan kepalanya bertanda bahwa oke, ia akan belajar membuat puisi.

Sella mengambil selembar kertas HVS dan tidak lupa mengambil sebuah bolpoin hitam dan kembali ke balkon kamarnya.

Ia mencoba berpikir sesekali melihat ke arah atas langit untuk memikir apa yang pas untuk di tulis di dalam puisinya nanti. Tak lama, ia mendapatkan ide sebanyak gudang.

"Ah, ya! Gue kan sering belajar bahasa sastra, masa gue gak jago, sih? Oke Sella, lo bisa." Sella terus bergumam kepada dirinya.

Perlahan tapi pasti, tangannya menari-nari diatas kertas putih tersebut. Memulai satu-satu bait puisi dengan rapi. Hari ini, malam ini, detik ini, menit ini, Sella ingin mencurahkan semuanya kepada puisi yang ia buat.

Kamar ini terasa sunyi

Kamar ini begitu sepi

Hanya Bintang yang menemani

Hanya cahaya Bulan Purnama yang menerangi

Ku matikan lampu kamar ini

Ku buka jendela kamar ini

Lalu ku tulis puisi ini

Yang mengungkapkan sebagian isi dari hati

Haaii Bulan Purnama

Malam ini aku sedang mengeluh

Aku sedang merindukan masa lalu

Yang seakan hilang di telan waktu

Masa laluku adalah sahabatku

Yang dulu berharga bagiku

Yang dulu sangat menyanyangiku

Tapi... yang mungkin sekarang sudah melupakanku

Aku ingin bertemu dengannya

Aku ingin tertawa bersamanya

Aku ingin memeluknya

Aku ingin menangisi cerita hidupku di atas bahunya

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang