22. Pemeran Utama

1.4K 80 27
                                    

"Untuk kisah cinta yang kita perankan ini, jangan lupakan bahwa Tuhan lah yang menulis skenarionya."

****

Ulang tahun sekolah tinggal menunggu 2 hari lagi. Antusiasme dari siswa maupun siswi SMA Garuda Sakti memang tidak diragukan lagi. Sudah beberapa hari ini, tiap-tiap kelas selalu free class yang tidak lain anggota OSIS bekerja sama dengan jejeran guru-guru untuk membuat kerangka jalannya acara yang pasti akan semaksimal dibuat ramai.

Sama halnya dengan sekarang, lagi-lagi kelas kosong. Sudah 3 mata pelajaran yang tidak dimasuki oleh guru pengajar. Namun, itu semua adalah surga dunia bagi murid zaman sekarang. Lihat saja di kelas XI IPA-3 saat ini. Masing-masing murid melakukan aktifitasnya sendiri-sendiri, tetapi ada juga yang sedang bergosip ria. Biasa lah, perempuan.

"Permisi ..." Kayla--Ketua OSIS SMA Garuda Sakti mengetuk pelan daun pintu IPA-3. Yang mengundang seluruh anak yang ada di kelas refleks hening dan menoleh ke sumber suara.

Kayla menyengir. "Boleh masuk, nggak?"

"Boleh, lah! Masuk aja!" seru Talita--Ketua Kelas IX IPA-3.

Sempat tersenyum sebelum perempuan yang punya wajah memesona melangkah masuk kelas. Tangannya membawa note kertas yang dilapisi papan jalan.

"Umm--selamat siang!" Sebelum Kayla memulai, ia menyapa seluruh murid dengan hangat.

"Siang."

"Siang juga!!"

"Emang ini siang, siapa bilang malem."

"Ke intinya aja, jangan kebanyakan basa-basi!"

Mendengar jawaban yang kurang mengenakkan hati itu hanya dibalas dengan senyuman manis Kayla. Tak apa lah, pikirnya.

"Jadi gini--"

"Dibilangin jangan kebanyakan pembukaan!" sela salah satu perempuan berkuncir kuda yang dikenal akan ketomboiannya, si Amel kang preman sekolah.

Jengkel, sudah pasti. Tetapi Kayla terus tersenyum dan mengabaikan teriakkan Amel tersebut.

"Berhubung ulang tahun sekolah tinggal dua hari lagi--"

"Anjir, lemot. Kita juga udah pada tau kalo ultah sekolah H-2!" Lagi-lagi Amel berteriak yang mengundang gelakkan tawa dari seluruh temannya.

Geraman yang ingin ke luar dari mulut Kayla, ia tahan. Imej yang ia mikiki harus dijaga. Nyela sekali lagi, lo dapet piring! jengkel Kayla.

"Jadi, masing-masing kelas harus ada perwakilan untuk ada yang berpasangan dansa di party sekolah. Di sini, ada yang mau wakilin?"

"Ada!"

Mata Kayla refleks menoleh saat seruan suara seorang perempuan dengan nada antusias.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang