"Lo harus berubah jadi seseorang yang nggak dikenal oleh seorang Sella."
Zarka refleks mematung. Bahkan bibirnya tak mampu mengeluarkan sepatah kata apapun, ia terlalu kaget dengan kalimat yang dikeluarkan Kirana untuknya. Sedangkan Claura dan Adelia hanya bisa saling tatap, entah apa yang mereka saling bagi lewat tatapan tersebut.
"Gimana?" tanya Kirana, melirik Sella lalu beralih memandang Zarka dengan tampangnya yang licik.
Lidah Zarka kelu untuk merespons. Ia masih saja diam tak menyahut.
"Kenapa diem? Hm?" Wajah Kirana berubah menjadi raut meledek.
Mata Zarka menatap ke arah Sella. Seperti ada benda berat yang memukul hatinya hingga hatinya hancur berkeping-keping. Ia tak sanggup melihat kekasihnya terduduk lemah tak berdaya seperti itu.
Hanya yang perlu Zarka tahu bahwa, egonya memilih untuk menjawab pertanyaan Kirana dengan jawaban 'Enggak', namun hatinya masih tak karuan.
"Apa lo rela cewek lo kenapa-napa? Jawab, Zarka, sebelum lo terlambat," ujar Kirana, marah karena Zarka yang tak kunjung bersuara.
Zarka masih diam. Sedangkan Kirana sudah menampilkan sebilah pisau mengkilat dari tas yang ia bawa, sontak Zarka maupun Claura dan Adelia terbeliak kaget.
Sambil memutar balikkan pisau yang ia pegang, Kirana berucap, "Yakin nggak mau jawab?"
Mengapa lidah Zarka tak mendukung bibirnya untuk bersuara?
"Oke kalau emang lo nggak setuju sama perkataan gue," sinis Kirana, "jangan nyesel, ya, Zarka Raynando."
Kirana mendekat ke arah Sella dan berjongkok menyerong di samping kanan tubuh Sella. Pisau yang ia pegang dengan perlahan tertumpu di leher jejang milik kekasih Zarka. Lalu, pupil mata Kirana mengarah ke Zarka.
"Siap menerima kenyataan, Zarka Raynando?"
Claura membekap mulutnya ketakutan. Perempuan berparas cantik itu menatap punggung Zarka dari belakang dengan tatapan panik, kesal karena Zarka masih enggan untuk bersuara.
"Hey, Sella, you--"
Baru saja Kirana ingin menggoreskan ujung pisau di leher Sella, suara Zarka sukses memberhentikan aksinya.
"Stop. Tindakan lo bisa gue laporin polisi sekarang juga." Zarka berkata tenang namun menusuk.
Bukannya takut dan segera membuang pisau yang mengilukan mata, Kirana malah tertawa keras layaknya orang tidak waras.
"Lo mau laporin gue ke polisi? HAHAHA! Nggak takut!"
Zarka kembali diam, entah mengapa ia seperti sedang perang dengan iblis.
Tak mau ingin terlalu lambat, tangan Kirana yang masih menggenggam pisau tajam kembali membuat Zarka yang melihatnya merasakan rasa sesuatu yang membuat amarahnya naik berlipat-lipat.
"OKE, GUE BAKAL TURUTIN PERMINTAAN LO."
Detik itu juga, dengan samar, mata Sella terbuka pelan dan pisau yang ingin digoreskan di bagian leher Sella, Kirana urungkan dan ia lempar jauh ke arah kanan tubuhnya.
r e g r e t
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...