-Sebab setelah hujan, selalu ada seseorang yang datang sebagai pelangi, dan memelukmu-
Kini Sella sedang berada di tengah luasnya lapangan sekolah Garuda Sakti sambil memegang gagang sapu lidi yang akan dipakainya untuk menyapu halaman luar. Maksudnya lapangan.
Dengan tas yang masih bertengger di samping kanan kiri bahunya, tentu jelas, Sella belum naik ke kelas hanya untuk sekedar menaruh tas. Ia sungguh malas.
Sella melirik pergelangan tangan kanannya yang menempel sebuah jam tangan biru muda.
Jam 7.00.
"Huft, nasib gue gini amat. " Sella berkata kepada dirinya sendiri dan mulai menyapu sekitar halaman sekolah.
Sella berdecak sebal karena sampahnya terlalu bejibun yang tak lain sampah daun kering. Daun yang sudah tak pantas lagi berada ditempatnya dan jatuhlah kebawah tanah. Sungguh, Sella sudah sangat amat letih. Lagi, ia melirik pergelangan tangannya untuk melihat berapa jam yang dipakai Sella untuk hal ini.
Jam 7.46.
Siap! 46 menit.
Tentu sekolah masih sepi, karena siswa-siswi Garuda Sakti masih berada di dalam kelasnya untuk belajar. Hanya ada guru yang sekedar lewat saja tanpa melirik Sella sedikitpun.
Sella melanjutkan hukumannya, tetapi ia berhenti menyapu karena mendengar suara yang pasti menuju untuknya.
"Waah, ada seorang seleb sekolah kita lagi dihukum, guys!" ledek orang itu.
Setelah Sella menemukan asal suara itu, betapa terkejutnya bahwa orang itu ialah Kirana dan satu dua temannya yang seperti dayang-dayang gadis tersebut. Lebay.
Genk kakak kelasnya itu, Kirana, menuju kearah Sella dengan langkah yang bisa dibilang sok jalan model. Tepat di depan Sella yang masih diam tak berkutik, Kirana melanjutkan perkataanya tadi. "Sella yang notabenenya siswi baru, yang ternyata SELEB dihukum, loh." Gadis yang sedang memakai bando berwarna kuning itu berkata dengan wajah yang terkesan remeh.
"Bener banget. Kayaknya Kir, kita harus capture ini dan masukin ke semua media sosial. Biar semua orang tau kalo SELEB yang bernama Sella Azazelia telat dateng ke sekolah!" sambung temannya yang Sella tidak tahu siapa namanya.
Kirana tersenyum sinis kearah Sella. "Iyalah! Moy, Siniin hape gue," pintanya kepada temannya yang tak ikut mencemooh Sella.
Temannya itu mengangguk cepat. "I-iya, Kir." Gadis yang bernama Amoy itu langsung mengeluarkan handpone Kirana dari saku seragamnya.
Sella dengan cepat memotong perlakuan Kirana yang sudah bersiap ingin memfotonya. Dan mungkin juga, ingin mempermalukannya. "Maaf ya, Kak. Bukannya saya lancang ataupun gimana, Kakak gak berhak mempermalukan saya dengan menyebar foto saya sekarang. Dan.. apa Kakak haters saya, mungkin?"
Kini, giliran gadis yang bernama Adelia menyahut tak suka. "Heh, murid baru! Lo gak usah songong, ya!"
Amoy kini giliran berbicara. "Adel, Kiran, mending kita gak usah ganggu Sella, ya. Kan kasian dia, dia kan gak punya salah apa-apa sama kita." Amoy menatap Sella merasa bersimpati.
Kirana menatap tajam kearah Amoy, seolah tak percaya dengan perkataan temannya itu yang membela adik kelasnya yang sedang ia bully ini. "Eh, Amoy! Kok lo malah belain dia sih?!"
Kirana, Adel, Amoy.
Amoy hanya menunduk tak berani berkata apapun lagi jika Kirana sudah membentaknya hanya karena ia merasa kasihan dengan adik kelasnya itu yang tidak mempunyai salah apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Novela JuvenilIni semua tentang tangis. Tentang perjuangan seorang perempuan yang melawan sesalnya. Sekali lagi, ini hanya tentang tangis. Membawa kalian masuk ke dalam kisah mereka yang begitu dalam. Menguras air mata untuk jatuh membasahi pipi. Oh, kisah ini sa...