27. Aku Dengar Dia Jatuh Cinta

1.2K 62 13
                                    

"Aku mendengarnya. Sangat jelas."

****

Judika - Cinta Satukan Kita (ehehe)

****

Pertama kali yang tertangkap di mata Sella adalah sosok lelaki yang menubruk dirinya erat. Kepala Sella tertoleh sedikit untuk melihat siapa pemilik pelukan ini. Betapa terkejutnya saat Sella melihat wajah Zarka yang terpejam. Zarka bisa ada di sini?

Bau yang pasti menurut semua orang ... menjijikkan, menerpa cepat indra penciuman Sella. Ini jujur, sangat bau, membuat Sella sedikit mengeluarkan lidahnya serta matanya yang berubah menyipit. Dengan pelan, Sella memindahkan tubuh Zarka agar tidak berada di tubuhnya. Setelah berhasil, akhirnya pun Sella berdiri.

"Lo udah sadar ternyata." Suara berat milik Zarka berhasil membuat Sella yang hendak melangkah kembali berhenti.

Tubuh Sella membatu di tempat. Tidak berani menoleh melihat ke belakang, di mana Zarka yang tengah mengamati lekuk tubuhnya.

"Kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Zarka, ikut berdiri menghampiri Sella yang meringis gugup.

"Seharusnya gue yang nanya. Kenapa lo bisa ada di sini? Me ... meluk gue--"

"Gue yang pertama nanya. Jadi jawab," balas Zarka, tenang.

Sella membuang napasnya kasar. Terpaksa, ia tolehkan wajahnya menatap Zarka. Tampang Zarka datar, namun terselip beribu perasaan khawatir.

"Nggak penting, Ka. Lo nggak perlu tau kenapa gue bisa ada di sini." Sella melirik arloji merah marunnya. Jam 13.23. "Gue mau izin pulang."

Lagi, Zarka memberhentikan langkah Sella. "Gue ikut."

Kenapa, Ka ... kenapa lo bikin gue kayak gini ...

Tidak membalas. Sella hanya bungkam seraya melanjutkan langkahnya menuju kelas untuk mengambil tasnya yang berada di dalam sana.

Termasuk Zarka.

****

Terlalu terbirit-birit, hingga nyaris, Adelia tersandung jika saja ia tidak menyeimbangkan tubuhnya. Adelia mengetuk dadanya kencang, ditambah napasnya yang terengah-engah.

"Kenapa, Del?" tanya Amoy, memperhatikan Adelia yang berdiri dengan wajah yang letih.

Adelia menarik satu kursi di sebelah Kirana dan langsung mendudukkan bokongnya di atas kayu yang terbentuk persegi.

"Kalian mau tau nggak?!"

Kirana refleks melotot. Suara melengking Adelia sukses menyita kefokusan murid yang berada di sekitar kelas. "Nggak usah pake teriak bisa?"

"Hehe. Maaf ..." Adelia hanya bisa menyengir tanpa dosa.

"Lanjut. Ada apa?" Sepertinya penasaran, Kirana menarik kursinya sedikit lebih maju mendekati Adelia yang tampak bersemangat.

Butuh waktu tiga detik untuk mengumpulkan suaranya agar tidak terbata saat mengucapkan, Adelia menghela napas panjang.

"Tadi gue liat di gudang ... Zarka ada di sana. Dia ... meluk Sella ...," ujar Adelia, melirik kedua temannya yang diam menatapnya intens.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang