Bab 9 - Tak di sangka

12.3K 932 19
                                    

Arsha hanya tertunduk malas karena harus memperhatikan guru sejarah yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling, ia hanya dapat menatap lesu guru sejarah itu dengan tatapan tidak sukanya.

Belum lagi, kini Arsha duduk sendirian di karenakan Dante dan teman-temannya terkena hukuman skors dari sekolah kurang lebih selama satu minggu.

Satu minggu tanpa kehadiran Garatim, membuat seisi kelas X-5 sunyi,sepi,dan tidak pernah menciptakan kegaduhan.

Semuanya terdiam, dan selalu memperhatikan guru yang sedang menerangkan, berbeda jika kelas X-5 di hadiri oleh Garatim, sudah di pastikan kelas ini tidak akan pernah diam sekalipun.

"Arsha?" panggil pak Tebe.

Arsha tercengang. "Eh, iya pak?"

"Kamu tidak memperhatikan saya yang sedang menerangkan?" celoteh pak Tebe.

Jika saja ada Garatim di kelas ini, pasti pelajaran sejarah tidak akan pernah di jalankan, karena Garatim selalu memiliki ide untuk menarik ulur setiap guru agar bisa memperlambat jadwal pelajarannya.

"Maaf pak," ucap Arsha lesu.

"Ya sudah, awas kamu ya kalau bapak liat kamu malas-malasan lagi!" seru pak Tebe seraya memperingatkan.

"Ih dasar si muser pms." gerutu Sherin berdecak kesal.

🌹🌹🌹

Ketika bel istirahat berbunyi, Arsha memilih untuk mendatangi perpustakaan untuk membaca novel kesukaannya disana, entah mengapa hari ini Arsha sangat merasakan mood yang tidak enak, sedari tadi ia tidak dapat mencerna apapun dari apa yang sudah di terangkan oleh guru.

Ada apa dengan Arsha?

"Arsha," panggil Sherin berlari kecil untuk menyejajarkan posisinya dengan Arsha.

"Iya?" Arsha menoleh.

"Mau kemana?" tanya Sherin.

"Perpus," balas Arsha.

"Ikut dong Sha." pinta Sherin.

"Boleh kok," jawab Arsha dengan senang hati.

Arsha dan Sherin pun berjalan beriringan menuju perpustakaan sekolah, sampai disana mereka berdua segera mengisi buku daftar hadir kemudian setelah itu mencari bangku untuk mereka duduk.

"Sha, suka baca novel?" tanya Sherin terkekeh ketika melihat Arsha membawa novel yang ber-genre fiksi remaja.

Arsha mengangguk. "Iya dong, apalagi kalau tentang fiksi remaja, suka banget!" seru Arsha.

"Loh kok sama kayak gue?" Sherin menyidik heran.

"Seriusan?" Arsha tak kalah heran.

Sherin mengangguk cepat. "Serius, eh udah baca cerita if you know why belum?" tanya Sherin.

"Udah anjir, ceritanya seru banget tau, bikin sedih juga, baper gue, terus ya konflik nya susah di tebak banget deh pokoknya!" pendapat Arsha.

"Iya ya, gue juga sempet nangis loh pas baca novel itu. Kebawa suasana banget kan ya?" sambung Sherin.

Arsha hanya mengangguk setuju.

GaratimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang