Bab 6 - Tahap pdkt

13.6K 1K 33
                                    

Setelah berganti pakaian olahraga, Arsha dan Dante segera memasuki lapangan basket yang sudah terlihat sepi itu, Dante memang benar-benar ingin mengajarkan gadis dengan tampilan natural ini bermain basket demi membantu Arsha untuk memperbaiki nilainya yang di nyatakan remedial oleh pak Anto.

Dante mengambil bola basket yang di letakan di ujung sana, kemudian ia beralih fokus untuk mengajarkan Arsha.

Ia mulai mengatur bagaimana caranya mengajarkan Arsha cara bermain basket dengan simple dan tidak harus membuatnya ribet ataupun bingung.

"Pertama, lo pantulin dulu bolanya ya." jelas Dante begitu lembut.

"Abis itu, yang kedua lo coba untuk dribble bolanya. " ucap Dante,"Dribble itu artinya menggiring bola, " lanjutnya.

"Kalau udah ngerasa pas, baru deh lo shoot ke dalam ring. " ucap Dante begitu membuat Arsha mengerti.

"Coba, ya? " kata Dante meminta.

Arsha mengangguk cepat. "Oke!"

Arsha menangkap bola yang di lempar oleh Dante ke arahnya, setelah itu ia mencoba untuk men-shooting bola ke dalam ring. Dengan mengucapkan kata bismillah akhirnya ia berhasil memasukan bola basket ke dalam ring dengan sempura.

Arsha menatap tak percaya, bahwa dirinya akan berhasil mencetak gol. "YEAYYY! " teriak Arsha histeris dengan refleks ia memeluk Dante.

Dante pun ikut larut dalam suasana yang membawanya tidak sadar seperti ini, "Eh maaf. " ucap Arsha kaku.

"Eh Iya sama, maaf juga. " kata Dante kembali meminta maaf.

Arsha mengedarkan pandangannya menuju arloji yang melingkar manis di pergelangan tangannya, "Udah sore, gue pulang ya? " pamit Arsha berniat untuk segera pulang.

"Biar gue anterin, " ucap Dante.

"Nggak usah, ngerepotin. " tolak Arsha.

"Gak pa-pa, yaudah ayo! " seru Dante yang langsung menarik lengan Arsha tanpa meminta persetujuan dari Arsha terlebih dahulu.

"Y.. yaudah. " balas Arsha canggung.

Sampai di parkiran sekolah, Dante segera menjumpai mobil honda jazz miliknya yang berwarna hitam pekat itu, setelah itu ia segera membukakan pintu mobil untuk Arsha masuk ke dalam. Arsha hanya dapat melemparkan senyuman manis kepada Dante yang telah memperlakukan dirinya seperti tuan putri itu.

Mobil Dante melaju dan melintas keluar hingga meninggalkan jejak dari SMA garuda, keduanya saling terdiam tanpa ada satupun dari mereka yang membuka percakapan. Dante yang sibuk menyetir, sedangkan Arsha yang sibuk memandangi jalanan.

Di situasi yang tidak tepat seperti ini, perut Arsha berbunyi yang menandakan bahwa dirinya sangat lapar.

"Lo laper? " tanya Dante melirik perut Arsha sekilas yang terlihat keroncongan itu.

Arsha mengangguk malu. "Iya..."

"Cari makanan dulu ya? Gue juga laper sih. " ucap Dante yang rupanya sama seperti Arsha, kelaperan.

Dante memberhentikan mobilnya di sebuah angkringan yang berbaur sederhana yang menjual berbagai makanan khas daerah, seperti pecel lele dan lainnya.

Dante memang sangat suka tempat sederhana seperti ini, begitupun juga sama hal dengannya Arsha. awalnya Arsha sempat bingung akan Dante yang ternyata menyukai tempat seperti ini, ia kira Dante adalah sosok cowok yang suka hidup berfoya-foya dan menghabiskan uang dengan cuma-cuma, ternyata pemikirannya selama ini sangat salah.

"Maaf ya gue gak bawa lo ke cafe, tapi jujur aja gue lebih suka tempat kayak gini. " ucap Dante kaku.

"Gak pa-pa, lagian juga gue gak terlalu suka sama cafe, malah lebih sukanya sama tempat yang kayak gini. " tutur nya.

GaratimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang