Hanya kalimat "Lebih baik lo sama Glen daripada gue Sha." yang terakhir Arsha dengar dari mulut Dante, setelah itu ia tidak pernah bertemu dengan Dante lagi, karena sudah tiga hari Dante tidak masuk sekolah, entah apa alasannya. Yang Arsha takuti jika Dante tidak masuk karena ingin menghindar dan menjauhi Arsha secara halus.
Bukan ini yang Arsha mau, di jauhi oleh Dante. Sedih, itulah kata yang saat ini sedang menggambarkan bagaimana perasaan Arsha sekarang. Arsha juga sudah bertanya kepada anak Garatim, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui dimana keberadaan Dante, termasuk Gavin yang tidak tahu menahu dimana keberadaan Dante, cowok itu pergi dari rumah Gavin dari kemarin-kemarin tanpa alasan yang jelas.
Sudah beratus kali Arsha mencoba untuk menghubungi Dante, tetapi tetap saja tidak pernah aktif. Hanya kecemasan dan rasa khawatir yang saat ini terus menggumpal di hati Arsha, hatinya tidak tenang. Karena Dante tidak masuk sekolah tanpa kabar. Kedua orang tuanya pun tidak tahu dimana keberadaan Dante.
"Sha, sabar ya. Kita juga lagi cari tau dimana keberadaan Dante," ucap Sherin.
"Ucup kangen Dante, kelas kita sepi kalau nggak ada Dante disini." batin Ucup memasang wajah sedih.
"Gue juga, kalo gak ada Dante rasanya hambar." timpal Eza.
Sedangkan Gavin hanya melamun dan entah sedang memikirkan apa di dalam lamunannya.
"Pulang sekolah, kita harus ketemu sama orang tuanya Dante." putus Arsha.
Tiba-tiba saja ada salah seorang siswi teman sekelasnya Arsha memanggil Arsha, dan gadis itu pun menyahut.
"Arsha, ada yang nyariin." ucap Gladis, teman sekelasnya.
"Bentar," jeda Arsha kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas.
Tak di sangka, orang yang mencari Arsha tak lain adalah Glen, cowok itu menatap kedua mata Arsha, entah apa tujuan Glen memanggil Arsha.
Glen menghela nafas gusar, kemudian mengatakan. "Sha, gue mau ngomong sama lo, penting." kata Glen.
"Silahkan," balas Arsha.
"Di halaman belakang aja." usul Glen.
"Kenapa gak disini aja?" ucap Arsha.
"Ini terlalu secret."
Arsha pun akhirnya menuruti permintaan Glen yang hendak berbicara secara empat mata bersamanya di halaman belakang sekolah.
Tiba di halaman belakang, Glen pun mempersilahkan Arsha untuk duduk di bangku, setelah Arsha duduk, barulah Glen turut ikut duduk. Glen masih ragu untuk berbicara, rahangnya mengeras, mulutnya sulit untuk mengatakan sesuatu. Tapi, Glen tak mau begini terus, ia harus segera mengatakan yang sebenarnya.
Lidah Glen masih tetap kelu, jantungnya berdetak lebih cepat seperti orang yang sedang di kejar oleh polisi, Arsha yang melihat perubahan ekspresi wajah Glen, langsung menaikan sebelah alisnya.
"Glen, kenapa? Kok kayak ketakutan gitu." sahut Arsha.
"Nggak pa-pa Sha." balas Glen gagu.
Glen segera menarik nafas dalam-dalam, setelah itu ia keluarkan secara perlahan. Glen melirik Arsha, kemudian memegang kedua bahu Arsha penuh tanda tanya.
"Gue suka sama lo," ucap Glen membuat hati Arsha terkejut.
"Ta-" potong Glen saat Arsha hendak berbicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garatim
ComédieKehidupannya terkesan begitu abstrak, tak jarang orang yang ada di sekitarnya mengenal Dante sebagai sosok yang pemurung dan di kelilingi oleh berbagai macam masalah. Dante adalah troublemaker SMA Garuda yang juga memiliki teman seperkumpulan yang d...