Pak Rahman, selaku kepala sekolah di SMA garuda, memberikan instruksi kepada seluruh murid kelas XI, untuk berkumpul di lapangan, karena akan ada pengumuman yang sangat penting sekali dan tentunya cukup menggembirakan.
"Eh pada keluar di suruh pak Rahman, ada pengumuman katanya. " teriak Sherin di dalam kelas.
"Ahelah, lagi asik main uno," keluh Raya yang tengah asik bermain uno bersama Garatim.
"Ntar aja lah kita nyusul," ucap Dante.
"Gak bisa, soalnya penting!" tegur Sherin.
"Sepenting apa sih? sepenting Gavin yang masih gagal move on dari Cathtine?" ceplos Eza.
"Lah apanya gue gablag?" kata Gavin tidak terima.
"Dasar mulut cabe, asal nyablak aja!" seru Cathrine pada Eza.
"Ucup masih mau main uno," kata Ucup yang semoga ucapannya kali ini tidak di salahkan.
"Kali ini gue setuju lagi sama Ucup, masih betah elah," keluh Gege memelas.
Sherin menghela nafas berat, kemudian ia terpaksa maju menghadapi Garatim. "Cepetan ih keluar!" perintah Sherin menarik baju Dante dan yang lainnya secara bergantian.
"Iya pada keluar dong, kata pak Rahman infonya penting banget." timpal Arsha.
"Nah kalo Arsha yang minta, baru gue nurut." ucap Dante kemudian mengajak keenam sahabatnya untuk keluar dari kelas dan pergi menuju lapangan.
"Ayo keluar!" seru Dante mengajak.
"Yah--"
Sampai di lapangan, seluruh siswa dan siswi kelas XI di bariskan oleh pengurus osis di lapangan, setelah itu pak Rahman mulai angkat bicara.
"Mau ngomong apa sih si botak?" gumam Dante menggerutu.
"Iya nya nih dasar, ngeganggu main uno aja!" timpal Gavin.
"Ceburin ke hati bu Ajeng aja lah paleng gue," ceplos Eza.
"Anjir asal wkwk," ucap Dante seraya menahan tawa.
"Yuk lah kalo mau ceburin si botak ke hatinya bu Ajeng, gue dukung!" kompor Vano melirik ke arah pak Rahman yang tengah berdiri di atas podium.
Ucup menepuk pundak Dante sembari memberi kode keras, namun sayangnya Dante dan yang lainnya tidak sadar akan hal itu.
"Dan.." panggil Ucup dengan menepuk pundak Dante.
"Apa sih Cup," balas Dante acuh.
"Liat ke belakang." bisik Ucup memberi kode.
"Apaan sih--"
Dante tertunduk malu karena begitupun juga dengan Eza yang telah menggosipkan bu Ajeng dan pak Rahman, ia tak sadar jika sedari tadi ada bu Ajeng yang menatap nya intens di belakang, cowok itu segera berbalik badan dan bersikap sok manis.
"Eh ibu," sapa Dante sok manis.
"Eh ibu cantik banget.." ucap Eza kaku.
Sedangkan bu Ajeng memberikan tatapan melototnya yang menurut Garatim menyeramkan itu, lalu bu Ajeng segera menjewer telinga Dante,Eza,Vano,dan Gavin yang telah menggosipkan dirinya dan pak Rahman.
"Kalian bagus ya, ngegosipin guru! Siapa tadi yang mau kalian ceburin ke hati saya?" tanya bu Ajeng meng-introgasi.
"Enggak bu, bercanda kok tadi." Dante masih mengelak.
"Oh udah berani belajar bohong?" kini jeweran dari bu Ajeng semakin kencang, hingga sukses membuat telinga Dante,Eza,Vano,dan Gavin merah merona.
"Aw bu sakit bu," rengek Eza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garatim
ЮморKehidupannya terkesan begitu abstrak, tak jarang orang yang ada di sekitarnya mengenal Dante sebagai sosok yang pemurung dan di kelilingi oleh berbagai macam masalah. Dante adalah troublemaker SMA Garuda yang juga memiliki teman seperkumpulan yang d...