Bab 44 - Sorot pandang

6.8K 528 21
                                        

Garatim mulai bertingkah jahil lagi, kali ini Garatim iseng mengubah papan tanda wanita dan pria di kamar mandi menjadi tertukar, lantas bagaimana reaksi dari siswa dan siswi SMA Garuda yang salah masuk toilet? tidak dapat di perkirakan bagaimana kelucuannya.

Usai bertingkah, Garatim mengumpat seksama di balik tembok, mereka menutup mulutnya karena tak tahan ingin mengeluarkan tawa sejadi-jadinya.

Dante, cowok itu adalah biang dari semua masalah ini, meskipun sudah berpacaran dengan Arsha, nyatanya tak mengubah sikap Dante yang jahil kepada orang-orang.

Akibat peristiwa ini, Dante dan keenam sahabatnya harus terjatuh ke dalam lubang yang sama yaitu ruang BK.

Sebagai hukumannya, Garatim harus membersihkan toilet sampai benar-benar kinclong dan wangi.

"Vin, isi air nya Vin." perintah Dante memberikan ember kepada Gavin.

"Ok!" sahut Gavin.

"Gak papalah di hukum, yang penting terbebas dari pelajaran pak Tebe." ucap Eza ikhlas.

"Se7!" sahut Ucup.

"Btw, apa kabar sama yang kemaren abis ngedate?" sindir Vano.

Dante merasa tersindir ketika mendengar ucapan Vano, lantas cowok itu langsung menoleh ke arah Vano.

"Sukses." sahut Dante.

"Hm," gumam Eza. "PAJAK NYA MANA NIH HADU," sindir Eza.

"Seliw, balik sekolah kita makan di cafe sebelah, gue yang bayarin." ucap Dante.

Garatim langsung berteriak heboh ketika mendengar ucapan Dante yang akan meneraktir Garatim.

Tapi tiba-tiba saja datanglah Glen yang hadir di tengah-tengah Garatim yang sedang membersihkan toilet.

"Misi," ujar Glen. "Gue mau masuk," ucap Glen jadi canggung dengan Dante.

"Oh, silahkan." balas Dante menyingkir.

Glen pun masuk, ternyata ia masuk ke dalam toilet cewek. Otomatis Glen pun berteriak.

"Anjir Dante bego," serbu Gavin. "Itu papan-nya belum di tuker lagi! Pantesannya aja si Glen teriak teriak!" tawa Gavin.

"Tuker-tuker! Sebelum ketauan Glen!" perintah Dante.

Glen keluar dengan wajah yang pasrah, matanya menatap tajam.

"Lo ngerjain gue?" tanya Glen pada Dante.

"Ngerjain apa?" Dante pura-pura tidak mengerti.

"Lo nuker papan nya ya, gue salah masuk toilet." ucap Glen sedikit kesal namun nada suaranya terdengar frustasi.

"Nuker gimana? Lo liat sendiri, orang bener kok gak ada yang salah." tunjuk Dante.

Glen mengikuti apa yang di tunjukan oleh Dante, ternyata benar jika papan itu tetap pada tempatnta, tidak di ubah sama sekali.

"Lo ngantuk kali," sambung Raya.

"Di kamar mandi cewek ada apa aja?" tanya Ucup penasaran.

Glen menggelengkan kepalanya, "Gak gak, bahaya." dengusnya. "Ada softek,kutang,parfum semerbak,bungkus softek dimana-mana. Gak kuat liatnya." lirih Glen, ekspresi wajahnya sungguh tidak bisa di bayangkan bagaimana lucunya.

Alhasil, Garatim pun tertawa puas setelah mendengar pengakuan Glen yang sudah melihat isi dari toilet cewek.

"Udah lah, gue cabut." putus Glen kemudian pergi begitu saja.

Setelah melihat punggung Glen yang semakin jauh, Dante pun tertawa bahagia melihat orang-orang terjebak di dalam kejahilannya ini.

"Anying Dan ngakak abis!" sahut Vano histeris.

"Bodoh parah ya murid-murid di sekolah ini." ceplos Gege menggeleng heran.

"Titisan kadal ijo, dasar!" pekik Eza.

***

Usai membersihkan toilet hampir satu jam lamanya, kini Garatim harus menjalani hukuman kedua yaitu hormat di lapangan, hukuman kali ini bukan lagi hal yang biasa bagi Garatim, karena jika sewaktu itu Garatim di hukum masih bisa mengenakan seragam, tapi untuk kali ini Garatim di hukum harus mengenakan daster ibu-ibu, sungguh langka sekali.

"Kalian ini nggak ada kapok-kapoknya, iseng terus kerjaanya. Pusing saya mikirin kalian!" seru pak Opan, selaku guru kesiswaan.

"Ya nggak usah di pikirin lah pak, kita aja gak mau mikirin bapak." celetuk Eza.

"Eza Nicholas! berani ya kamu!" sentak pak Opan.

"Maaf pak, Eza emang anaknya begitu, minta di cabulin." ceplos Dante.

"Dante Geraldino! Belajar darimana kamu kata-kata seperti itu, dusun!" amuk pak Opan.

"Dari berita di TV pak, katanya juga bapak pernah nyabulin bu Cece." balas Dante terkesan PD.

"DANTEEEEE! JAGA UCAPAN KAMU! LANCANG SEKALI YA!" pak Opan emosi.

"Maaf pak," tunduk Dante.

"Sekarang, kalian hormat di lapangan! tetap pakai dasternya, jangan di lepas!" peringat pak Opan sangat tegas.

"Atuh kalo di lepas, ntar Ucup telanjang dong pak. Ntar Ucup jadi fenomena alam dong." sahut Ucup.

"Apa hubungannya sama alam Cup, aneh ya punya temen asik tapi sayang gak waras semua." batin Eza.

"GAK USAH KEBANYAKAN WACANA KALIAN, JALANI HUKUMAN! AWAS AJA KALO SAMPE ADA YANG KABUR, BAPAK KELUARKAN KALIAN DARI SEKOLAH INI!" ancam pak Opan.

"Yakin nih bapak mau ngeluarin murid setampan dan selangka kita?" goda Dante.

"Dante!" seru pak Opan lelah berdebat.

***

Bel istirahat pun berbunyi, Arsha, Sherin, dan Cathrine bergegas menuju lapangan untuk melihat fenomena yang kini sedang terjadi.

Saat ini suasana lapangan di padati oleh seluruh siswa dan siswi SMA Garuda, mereka sedang menyaksikan Garatim yang di hukum mengenakan daster ibu-ibu, ini cukup menghibur bagi mereka yang menyaksikannya.

Arsha melihat kekasihnya yang sedang berjemur di bawah panasnya terik matahari, selain  itu yang lebih fatalnya lagi Arsha melihat kekasihnya mengenakan daster.

"Lucu," tawa Arsha sekilas.

"Sha, gue heran sama lo. Kok mauan ya pacaran sama Dante," ucap Sherin tak habis pikir.

"Dia itu sebenernya baik, cumannya ya gitu gak bisa ngilangin sedikit sikap jailnya." bela Arsha.

Ada sebagian siswi yang menatap suka dan ada juga sebagian siswi yang menatap tidak suka.

"Arsha bego banget sih, mauan aja pacaran sama Dante, bisa-bisa reputasi dia ancur kalo pacaran sama Dante."

"Secara Dante kan tukang buat onar, satu sekolahan juga tau siapa Dante. seharusnya dia ngehindarin cowok semacam Dante. aneh, Dante itu cuma menang ganteng doang."

Arsha menoleh, hatinya entah mengapa merasa kesal, sudah pasti jika Arsha tidak terima jika Dante yang merupakan pacarnya di jelek-jeleki oleh orang lain.

"Meskipun sebelum lo tau gimana Dante, lo pernah suka kan sama dia?" skak Arsha kepada lawan bicaranya.

Lawan bicaranya pun bungkam dan tak bisa membalas perkataan Arsha barusan.

***
(

A/N)
Gimana sama part ini?
Part selanjutnya akan di private, jadi follow untuk membaca.

GaratimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang