Bab 31 - Samar

8K 627 40
                                    

Dante datang ke rumah sakit entah untuk apa, yang pasti dia sendirian. saat ini, Dante sedang berbicara secara empat mata dengan Dokter di ruang kerja Dokter, kelihatan nya sangat serius sekali.

Perkataan Dokter tadi cukup membuat luka di hati Dante, ia tak percaya jika semuanya akan menjadi seperti ini. Cukup Dante saja yang menerima semua rasa sakit ini, orang-orang terdekatnya jangan.

Rapuh, mungkin itulah kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaan Dante saat ini, dirinya masih tidak menyangka.

"Dante, jadi setiap minggu kamu harus datang kemari ya." ujar Dokter.

Dante mengangguk lesu. "Iya Dok,"

🌹🌹🌹

Usai pulang dari rumah sakit, Dante pun beralih menuju sekolah untuk menunggu Arsha yang tengah eskul drum band. Di eskul nya, Arsha berperan sebagai majoret. skill yang Arsha meliki pun rupanya cukup bagus.

Sambil menunggu Arsha, Dante pun telah menyiapkan nasi goreng special khusus untuk Arsha yang telah ia buat sendiri.

"Oh iya, minumnya lupa-" ucap Dante kemudian memilih untuk pergi ke kantin.

Latihan drum band pun telah usai, masing-masing anggota pun di arahkan untuk membereskan peralatannya masing-masing, namun ketika Arsha hendak berjalan, ia terjatuh dan tongkat majoret sukses mengenai kakinya.

"Aw!" Arsha meringis kesakitan.

Tiba-tiba saja ada seorang cowok yang datang membantu Arsha, cowok itu kian terlihat khawatir kepada Arsha. Padahal, Arsha sendiri belum kenal tentang siapa cowok itu.

"Eh, lo gak pa-pa?" tanya cowok itu, selidik punya selidik, cowok itu bernama Glen.

Arsha tidak menjawab, cewek itu masih tetap meringis karena kakinya yang tertimpa tongkat majoret.

Cowok itu duduk bersimpu, kemudian menaikan dagu Arsha ke atas.
"Kaki lo tolong ulurin, gue pijit ya." tawar Glen.

Arsha awalnya melirik kesana-kesini untuk melihat Dante yang ternyata tidak ada, sebenarnya di kondisi seperti ini, Arsha ingin Dante yang selalu ada. Bukan cowok yang tidak ia kenal seperti ini.

"Iya," balas Arsha canggung.

Cowok itu sangat perhatian, padahal sebelumnya Arsha memang tidak pernah mengenali sosok cowok itu.

"Udah, lo jangan terlalu banyak gerak. Duduk disini aja, nanti tongkat nya biar gue yang simpen." tutur Glen.

Arsha hanya mengangguk patuh.

"Kenalin nama gue Glen, lo?" Glen mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Arsha.

"Nama gue Arsha." Arsha meraih tangan Glen untuk berjabat tangan.

"Ya udah, gue duluan ya. Lo hati-hati," pamit Glen.

Arsha hanya mengangguk kemudian duduk selonjor di bangku sambil memijit sendiri kakinya yang tertimpa tongkat majoret.

Dante kembali ke lapangan untuk mendatangi Arsha, namun ia terkejut ketika mendapati Arsha yang tengah duduk selonjor di bangku dengan ekspresi seperti meringis kesakitan. Tanpa basa-basi, Dante segera berlari menghampiri Arsha dengan tangan kanan memegang aqua botol serta tangan kiri memegang tempat makan yang berisi nasi goreng.

GaratimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang