Bab 30 - Benih

9.1K 679 19
                                    

Dante memarkirkan motornya di depan gerbang rumah Arsha untuk menjemput gadis itu dan ikut berangkat sekolah bersama dirinya, pakaian Dante kali ini masih sama seperti biasanya, acak-acakan dan tidak pernah menggunakan atribut, nametag pun tidak pernah ia pasang di seragam sekolahnya.

Tentunya saja jika Dante bertemu dengan Arsha, pasti ia akan berpapasan dengan Aldo, ia yang awalnya sempat terkejut saat melihat penampilan Dante yang urak-urakan, membuat Aldo menyerngit dan tak suka. Aldo benci dengan hal yang acak-acakan, dia suka apapun tentang kerapihan.

"Dan, atribut sekolahnya mana?" tanya Aldo to the point.

"Ilang," balas Dante polos.

"Kenapa nggak beli?" tanya Aldo, lagi.

"Iya kak nanti gue beli di koperasi." ucap Dante.

"Benerin seragamnya," perintah Aldo, bagaimana pun juga dulu ia pernah menjadi Ketua MPK di sekolahnya Arsha sewaktu itu.

Dante menghela nafas gusar, cowok itu memang tidak suka akan kerapihan. Tapi, untuk kali pertamanya Dante memasukan seragamnya serapi mungkin, ia tak mau di nilai jelek oleh calon kakak iparnya.

Arsha yang melihat Dante langsung pangling karena penampilan-nya kali berbeda dari sebelumnya, pakaian terlihat rapi tidak urak-urakan, membuat Arsha menggila seketika. Aura ketampanan Dante pun mulai muncul lagi.

"Kenapa Sha? Liatin nya gitu amat, awas naksir." cibir Dante.

"Tuh kalo lo kayak gini, Arsha makin suka." ceplos Aldo.

Arsha segera melemparkan tatapan melototnya, ia mendengus kesal. "Ih apa sih kak Aldo, gue tuh gak pernah bilang kayak gitu." ucap Arsha.

"Berangkat sekarang, ya?" tanya Aldo.

Arsha mengangguk.

Tiba di parkiran sekolah, Arsha segera turun dari motornya Dante, kemudian menyempatkan beberapa pertanyaan untuk Dante.

"Dan, maksud dari sms kemaren itu, apa?" tanya Arsha to the point.

"Yang mana? Girl friend?" ucap Dante.

Arsha mengangguk ragu, kemudian menjawab iya.

"Terus, kalo gue nganggep lo sebagai girl friend, lo nggak suka?" tanya Dante tiba-tiba.

Arsha diam membatu, gadis itu tak menjawab sama sekali, pikirannya terus melayang dan mengawang.

"Kalo diem tanda nya iya." Dante menyimpulkan.

Dante turun dari motornya kemudian menaruh helm di kaca spion, setelah itu ia segera menggandeng lengan Arsha untuk melintasi area koridor sekolah.

Genggaman nya terlihat cukup erat, membuat Arsha merasa sulit untuk melepaskan genggaman tangan dari Dante, entah apa maksud cowok ini untuk melakukan hal itu.

Seluruh siswa dan siswi menjadikan Dante dan Arsha sebagai pusat perhatian, mereka tak menyangka jika Dante ternyata bisa mendekati cewek, meskipun terlihat badboy dan nakal, tapi sebelumnya Dante memang tidak pernah memiliki hubungan dekat dengan cewek yang ada di sekolah ini.

"Dan, lepasin." ucap Arsha merasa tidak nyaman.

"Oke," balas Dante kemudian segera melepaskan genggaman tangannya dari Arsha.

GaratimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang