Dua hari meninggalkan sekolah, membuat seisi kelas XI-5 hampa tanpa kehadiran Dante di kelas, membuat suasana kelas menjadi sepi dan sunyi, tepat di hari Dante kembali masuk ke sekolah, ia di sambut tragis oleh mata pelajaran matematika, sejujurnya Dante berniat ingin kabur lagi dari pelajaran killer yang satu ini, namun sayang nyawa Dante belum secara keseluruhannya terkumpul.
Cowok itu masuk dengan santainya, dan tak lupa mengucapkan salam ketika di ambang pintu, ada apa dengan Dante?
Usai mengucapkan salam, Dante berjalan menghampiri bangkunya dan sudah tentu dirinya akan berpapasan terlebih dahulu dengan Arsha.
"Lo kemarin gak sekolah?" tanya Dante yang langsung duduk di bangkunya.
"Enggak," kata Arsha.
"Kenapa? " tanya Dante lagi.
"Kecapean mungkin." ucap Arsha.
"Kecapean mikirin gue ya, cie." Dante mengambil kesimpulan sendiri.
"Dih. " Arsha menaikan sebelah alisnya.
Bu Ajeng, sang guru killer matematika, perlahan mulai menampakan batang hidungnya, mulai menatap ke setiap sudut kelas, terutama Garatim.
"Garatim, tumben kalian masuk di pelajaran saya?" sahut bu Ajeng.
"Oh jadi gitu, yaudah yuk kita semua bolos aja!" seru Dante mengajak keenam sahabatnya untuk bangkit dari kursi.
"Ayo Ayo," ucap Gavin menggendong tas ransel nya untuk pergi dari kelas.
"Masuk salah, bolos apalagi, cowok selalu salah ya." timpal Vano purik.
"Emang ya kalo mrs. Always right!" kata Gege.
"Hayu udah kita keluar aja," ajak Eza ripuh sendiri.
"Eh tunggu gue belum pake sepatu!" jeda Ucup yang masih sibuk memakai sepatu.
"EITTTT! mau kemana kalian?" bu Ajeng menghadang.
"Watados amat sih bu, tadi katanya tumben kita ada di kelas, berarti kita semua gak di anggap kan? Oke." Dante frustasi.
"Watados tuh apa?" tanya bu Ajeng.
"Wajah tanpa dosa," ceplos Eza.
"Walah iya emang ibu mah gak pernah buat dosa kok." bu Ajeng membenarkan diri.
"Kalo bukan guru, udah gue sepak dah!" Dante kesel sendiri.
"Terserah ibu," ucap Vano.
Sedangkan murid yang lain hanya bisa mentertawakan Garatim dan bu Ajeng yang tengah berdebat itu, melihat wajah Dante yang kesal, membuat Arsha gemas tak kuasa.
"Ayo guys! Kita mah apa atuh, mau tobat tapi selalu di salahkan!" batin Gavin.
"Najis alay," sindir Cathrine pada Gavin.
"Bu, kita mah mau tobat eh ibunya malah suudzon kayak gitu," ucap Raya.
"Aku mah apa atuh." sambar Ucup yang baru saja selesai memakai sepatu.
"OKE." putus bu Ajeng.
"Saya yang salah, kalian harap kembali ke bangku masing-masing, saya minta maaf sama Garatim, istirahat saya akan traktir bakso untuk kalian semua di kantin!" ujar bu Ajeng membuat vano tergiur.
"Nah-" ucapan Vano di potong oleh Dante.
"No! kita gak matre bu, sekadar beli bakso doang mah bisa. Kecuali, ibu beliin kita semua iphone 7 black terbaru! Baru kita maafin," rupayanya Dante terlihat lebih matre daripada Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garatim
HumorKehidupannya terkesan begitu abstrak, tak jarang orang yang ada di sekitarnya mengenal Dante sebagai sosok yang pemurung dan di kelilingi oleh berbagai macam masalah. Dante adalah troublemaker SMA Garuda yang juga memiliki teman seperkumpulan yang d...