Brian:
Aku membawa Sea menuju butik yang sangat terkenal, butik milik Amora. Aku akan membelikannya sebuah baju yang bagus dan tentunya berkelas. Untuk menjadi sekertarisku nantinya, aku tidak ingin memiliki sekertaris yang sangat dekil. Aku juga pilih-pilih jika memilih sesuatu, kecuali Sea. Aku menerima kekurangannya. Agar besok dia bekerja denganku terlihat berkelas dan anggun tentunya.
Aku tertawa dalam hati, ini terlalu cepat. Dan dengan mudahnya aku membawa wanita asing ke dalam kehidupanku, aku adalah orang pemilih akan sesuatu. Apalagi tentang wanita, aku ingin mencari wanita yang benar-benar sesuai seleraku, dan tidak mudah mendapatkannya dengan waktu singkat. Tetapi berbeda dengan Sea, begitu mudahnya aku tertarik tanpa mengenal lebih lama. Aku menyukainya, entahlah, mungkin besok-besok aku akan bosan dengan dirinya.
"Kenapa kau membawaku ke butik tuan?" tanya Sea di belakangku. "Het jawablah pertanyaanku, untuk apa kita kemari?!" tanyanya dengan gertakan. Lihatlah dia manis sekali.
"Bukankah kita bekerja besok?" tanya Sea dengan kesal.
"Memang," kataku singkat.
"Tapi Tuan, apa hubungannya dengan kau membawaku ke butik?"
"Jangan panggil aku tuan! Panggil aku Brian," kataku memegang tangannya. Aku tidak suka dia berada di belakangku, "Jangan berjalan di belakangku. Kau seperti pengawal saja."
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Brian." Sea menatapku dengan kesal. "Lagi pula aku akan jadi sekertarismu, tidak sopan seorang pegawai memanggil dengan sebutan nama langsung. Dan harusnya aku tahu diri, berjalan di belakangmu berarti aku menghormatimu."
"Aku akan membelikan baju untuk nanti kau pakai, kerja ditempatku."
"Kau tidak perlu susah payah, mencarikan aku pakaian. Aku punya pakaian kantoran, kau pikir aku miskin?" aku hanya tersenyum sinis mendengar celotehan Sea.
"Memang, aku tahu itu. Tapi ini bukan untukmu, tapi untukku. Aku ingin mempunyai sekertaris yang sesuai dengan keinganku."
"Kalau begitu aku mengundurkan diri?! Lagipula aku bisa mengganti jas sialanmu itu!"
"Aku akan pergi sekarang dan membatalkan untuk jadi sekertarismu!"
"Hei! Kau tidak mendengar apa yang aku ucap—,"
Aku sudah tidak tahan mendengar ucapannya. Aku langsung mencubit hidungnya sampai di memekik karena terkejut, lucu sekali wajahnya. Setelah itu aku langsung mengusap wajahnya yang merah entah dia marah atau malu, tetapi dia menggemaskan seperti anak remaja. Beruntung sekali bertemu dengan wanita ini. Akhirnya wanita ini tidak berceloteh tidak jelas.
"Sekali lagi kau memprotes ucapanku. Aku tidak akan segan untuk menciummu." Ucapanku tidak sepenuhnya benar, aku masih waras untuk menciumnya dalam waktu dekat. Aku tahu aku gila, tapi tidak akan sampai melakukan tindakan di luar batas.
Sea menatapku dengan mata yang menajam, aku hanya memasang wajah mengancam. Dan sekarang lihatlah dia, dia tidak mampu mengucapkan sepatah kata apapun.
***
Brian sedang duduk melihat Sea yang sedang memilih baju di sana dengan Amora. Dia memperhatikan Sea tanpa memperdulikan sekitarnya. Brian berandai-andai, jika dia ke butik tidak membeli pakaian untuk Sea kerja. Mereka sedang fitting baju pernikahan, lucu sekali Brian sampai memikirkan hal yang sejauh itu. Tapi semoga menjadi kenyataan.
Brian bertekad membuat Sea jatuh kepelukannya membuat Sea jatuh cinta padanya.
"Brian, aku sudah memilih bajunya." Sea membuyarkan lamunan Brian, dia langsung membayar baju yang harganya selangit itu. Lalu menghampiri Amora untuk mengambil bajunya.
"Kau sangat dermawan, Brian. Membelikan pakaian untuk sekertaris barumu." Amora tersenyum memberikan pakaian Sea. Brian hanya tersenyum saja menanggapi ucapan wanita tua itu.
"Aku tidak ingin mempunyai sekertaris yang dekil, Nyonya Amora."
"Baiklah, terimakasih sudah membeli pakaianku. Selamat bertemu lagi tuan Brian."
Amora memeluk Brian dan berpamitan. Setelah itu Brian mencari keberadaan Sea yang tiba-tiba saja menghilang. Dia mencari Sea dan akhirnya dia melihat wanita itu sedang berada dikawasan yang terpajang banyak gaun, seperti gaun pernikahan. Dia melihat gaun yang disimpan di dalam kaca, bisa diketahui gaun itu sangat mahal.
Tangan Sea memegang etalase kaca itu, Brian menatap Sea dengan bingung.
"Kau ingin gaunnya?" tanya Brian menghampiri Sea dengan matanya yang tidak lepas dari gaun.
Sea hanya terkekeh pelan menatap Brian dengan aneh.
"Kau gila, untuk apa aku membelinya? Ini gaun pernikahan. Aku tidak akan menikah."
"Apa kau mempunyai pasangan? Kekasih?" tanya Brian membuat Sea terdiam mendengar pertanyaan Brian. Dia memang tidak mempunyai pasangan, hanya saja dia memiliki ikatan dengan seseorang.
"Aku tidak punya teman lelaki, apalagi mempunyai pasangan."
"Baguslah kalau begitu, ayo kita pergi dari sini." Brian menuntun Sea pergi dari sini, menuju mobil. Di luar sana pengawalnya sudah menunggu kehadiran tuannya juga Sea. Sea heran mengapa harus ada pengawal menemani mereka? Dia pikir tidak ada yang akan membahayakan dirinya juga Brian.
Setelah di dalam mobil, dering suara ponsel terdengar. Brian meraih saku celananya, melihat siapa yang menelponnya. Dilihat nama Galen ditertera di sana. Brian mengumpat pada Galen, bukannya dia sedang ada urusan pekerjaan? Mengapa dia menghubunginya terus. Dasar di mana-mana mengganggu saja. Brian mengangkat telpon dari Galen.
"Halo! Kenapa kau selalu saja mengganggu waktuku?" tanya Brian dengan begitu kesal. Sea mengerutkan dahi melihat Brian marah-marah seperti itu.
'Kau baru saja mengangkatnya Brian! Mengapa kau marahi aku?'
Sea hanya diam saja tidak memperdulikan Brian yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Dia menatap jalanan kota tidak terarah.
'Aku tadi ke kantormu, tetapi kau tidak ada. Apa kau masih di sana? Aku hanya ingin pergi ke lapangan tembak, apa kau mau menemaniku?'
"Kau seperti wanita saja, aku mempunyai urusan!" Brian langsung mematikan sambungannya.
Sea hanya diam melihat Brian terlihat kesal.
"Maaf, anggap yang tadi itu tidak terjadi sama sekali," kata Brian hendak menjalankan mobilnya. Tetapi dering ponsel membuat Brian kembali terhenti, dia terlihat jengah dengan deringan itu. Lalu dia mengangkat telpon itu. Galen selalu membuatnya sangat jengkel.
"Ada apa lagi?!" tanpa sadar Brian berteriak, membuat Sea tergejolak kaget.
[Maaf tuan, saya ingin memberitahu. Nyonya Lina pingsan dan sekarang dibawa ke rumah sakit.]
Itu bukan suara Galen tetapi Mr. Geo. Mata Brian membulat mendengarnya, dengan cepat Brian langsung menacapkan gas. Sea terlihat bingung apa yang terjadi dengan Brian.
"Katakan di mana pengawalku membawa Ibuku pergi?" tanya Brian dengan tajam.
"Brian kita mau ke mana?"
"Kita ke rumah sakit sebentar, Ibuku sedang sakit. Aku tidak mengantar kau terlebih dahulu maaf," kata Brian, dia tidak bisa mengantar Sea terlebih dahulu mungkin nanti dia akan menyuruh anak buahnya. Ibunya paling utama, Brian tidak ingin meninggalkan wanita yang berharga dalam hidupnya. Walau sebentar saja.
***
Jangan lupa komen dan votenya yah gais.
See u
Instagram: Desycahyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]
RomanceSea Glyora mendapatkan kesialan saat sedang berada di Culture Espresso. Dia bertemu dengan Brian Axton Dallen, CEO Axton Company. Dia tidak sengaja menumpahkan cappucino mengenai jas mahal Brian. Brian Axton Dallen, orang paling kaya raya di dunia...