32 - Gripping

75.6K 4K 38
                                    

Don't copy my story!

-----------------------

Adellia:

Aku menceritakan semua masa laluku pada Brian, walau dia membenciku. Aku percaya jika dia bisa menjaga rahasia ini, dia bukan tipe orang yang mengumbar masalah. Terlihat Brian syok saat aku menceritakan semuanya.

Aku juga sempat tidak percaya jika Sea adalah adik kandungku. Menyesal pernah membuatnya menderita waktu dulu, aku sempat merebut Brian dari pelukan Sea. 

Katakan aku adalah orang paling egois, mungkin kalian akan merasakan sakit hati saat mengecewakan seorang adik.

Brian dari diam saja tidak melakukan pergerakan apa pun. Aku tahu dia sedang dalam masalah besar, penampilannya jauh dari kata baik. Dia sangat berantakan. Aku menghampirinya, dengan kepalaku yang berdenyut nyeri. 

Sungguh dari tadi aku menahan rasa sakit di kepalaku saat ini.

"Jaga kesehatanmu, jika kau sakit siapa yang akan menjaga Sea dan Nyonya Lina?" tanyaku mengelus bahunya. 

Brian tetap diam tidak bergeming.

"Aku harus pergi. Jaga dirimu baik-baik demi Nyonya Amora, terutama Sea," kata Brian dengan pelan.

Brian pergi meninggalkan aku sendiri di sini. Aku menatap kepergiannya dengan nanar, merasa sesuatu akan terjadi pada dirinya. Aku harap keluarganya dan dia sendiri selalu dalam keadaan baik-baik saja.

***

Brian berjalan meninggalkan Adellia, menuju basement mobilnya terparkir rapih di sana. Dia berjalan sendiri tanpa pengawal mendampinginya. 

Di depan sana ada mobil hitam yang melaju kencang hampir menabrak Brian, namun Brian sadar dan menghindar dengan cepat.

Brian menatap mobil hitam itu dengan marah. Di gedung bagian bawah ini hanya ada Brian, di sini begitu sepi sekali. Kaca mobil itu terbuka, di sana ada lelaki yang tidak asing di matanya. Mata hijau itu menatap Brian dengan penuh ambisi, wajahnya yang pucat terlihat datar. 

Brian mengenali wajah itu, dia pernah melihatnya dalam daftar hitam kepolisian.

"Senang bertemu Axton junior," kata pria itu, tertawa dengan keras. Brian menatap pria itu dengan hati-hati.

"Akhirnya kau menunjukan wajahmu, Leon," desis Brian menatap Leon dengan sinis.

"Aku tidak ingin basa-basi, aku tahu kau akan pulang bukan," kata Leon dengan santai. 

Brian hanya diam, dia curiga Leon mengikutinya dari tadi. Jika benar Leon sangat keterlaluan. Brian tidak akan memberikan celah kepada pria tua sialan itu untuk mencelakai keluarganya.

"Aku memang mengikutimu, bahkan aku menginap satu hari di mansion mu. Sangat nyaman sekali." Leon terkekeh sinis, Brian mengepalkan tangannya dengan begitu kuat.

"Aku dengar kau mempunyai wanita cantik bernama Sea? Dia sangatlah menarik, aku ingin memilikinya. Bolehkah kau memberikannya padaku?"

"Tidak akan pernah terjadi! Jangan pernah berani menyentuhnya, kau akan mati," kata Brian dengan keras.

 Wajahnya menandakan kemarahan yang besar, dia tidak suka Leon membicarakan Sea. Dia akan menjaga Sea dengan seluruh jiawa raganya.

"Jangan salahkan aku jika nanti kau mendengar kabar, Sea telah mati di tanganku."

 Leon menjalankan mobilnya dengan cepat, Brian tidak tinggal diam. Dia masuk ke dalam mobilnya, mengejar mobil Leon.

Dia tidak peduli dengan sesuatu yang bisa mencelakakan dirinya. Dia hanya ingin Leon musnah, agar hidupnya tenang dari teror Leon. 

Brian menyalakan semua GPS-nya untuk berjaga-jaga, agar para pengawalnya pun mudah menemukan keberadaan Brian. Tidak ada pengawal pun dia akan mengejar Leon, Brian berniat akan menghabisi Leon dengan tangannya sendiri.

Sampai Brian tidak sadar jika, mobilnya memasuki kawasan gedung tua yang tidak pernah terpakai. Dia kehilangan jejak Leon, Brian mengerang dan memukul stir mobil dengan keras.

"Di mana keparat itu!" Brian mengambil dua senjata api ke dalam saku, dan shotgan di tangannya. Matanya terus menelusuri gedung ini.

DOR!!

Suara tembakan mengenai kaca mobil Brian, namun tidak membuat kaca itu pecah hanya retak saja. Brian tergejolak mendengar tembakan itu, Brian berpikir Leon sedang memancingnya dan menggiring Brian ke sini. Untuk menjebak Brian, bagus sekali rencananya

. Sayangnya Brian sudah menebak itu semua, memang dia sengaja mengikuti rencana Leon yang bodoh itu.

Tanpa sepengetahuan Leon, Brian telah menghubungkan koneksinya dengan polisi, Mr. Geo dan para pengawal lainnya. Brian melihat ke depan mobil dengan santai.

Di sana keluarlah Leon dari tempat persembunyian. Bersama belasan bawahannya, ternyata Leon hanya berani main keroyokan. 

Brian dengan beraninya keluar dari mobil. Menatap mereka satu persatu dengan terkekeh sinis.

"Kau menggiringku untuk membunuhku di sini? Hebat sekali. Tapi sayang mainnya keroyokan, kalau mau satu lawan satu, dengan tangan kosong." Brian berjalan mendekati mereka.

"Kau seperti Ayah sialanmu! Sangat berani sekali. Membuatku, ingin bermain-main dengan anak kecil sepertimu."

"Lihatlah, anak kecil yang kau sebut ini akan mengabisimu," gumam Brian pada diri sendiri. 

Menatap tajam Leon. Pertarungan akan dimulai, sebentar lagi. Brian siap jika dia harus bertaruh nyawa, karena untuk kali ini dia tidak memakai baju anti peluru.

***

"Informasi yang kami dapat, Tuan Brian masih dalam kawasan New York. Namun, bukan menuju rumah sakit," kata Mr. Geo pada Lina yang sedang cemas terhadap Brian. 

Sudah dua jam lamanya dia tidak kembali, padahal dia sudah menghubungi Adellia. Jika Brian telah pulang, tanpa pengawal.

"Temukan posisi Brian sekarang di mana, cepat! Dia sendirian tidak bersama pengawal. Aku curiga dia sedang dalam bahaya. Siapkan aparat polisi, Mr. Geo!" perintah Lina.

Semua yang Lina perintahkan, membuat para pengawal menangguk patuh terhadap Lina. Sea hanya diam sama cemasnya dengan Lina. 

Keberadaan Brian membuat Sea tidak enak hati, dia berharap Brian sudah pulang ke mansion.

"Ku mohon cepat pulang," lirih Sea memejamkan matanya. 

Dia berharap Brian datang dengan keadaan baik-baik saja, dan tidak terluka sedikit pun.


***



Jangan lupa vomment yah,


Instagram: Desycahyaaa

The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang