Sea sedang berada di halaman kantor tempat dia bekerja. Pikirannya masih terpaku dengan kejadian di ruangan Brian. Sungguh keterlaluan, perlakuan Brian kepada wanita tadi. Ya walaupun Sea menyimpulkan jika wanita itu tidak benar juga.
Hanya saja dia mendengarkan skandal antara Brian dengan sekertarisnya yang lama membuat Sea bergidik ngeri. Dia memandang rerumputan bergoyang, menatap sinar matahari yang menyilaukan. Sea memutuskan untuk menunggu Brian di sini, dia tidak ingin mendengarkan perdebatan pria dan wanita itu.
"Kenapa aku harus terjebak dengan pria gila itu? Hidupku begitu penuh dengan pria gila," gerutu Sea menundukan kepalanya menatap kakinya yang memainkan rerumputan begitu asik.
Sampai dia merasakan seseorang berada di depannya, menghalau sinar mentari yang menyengat wajahnya. Sea mendongkak melihat jika Brian yang berada di depannya. Menatap dirinya tanpa senyuman, tatapan itu datar.
"Kenapa kau di sini?" tanya Brian, tidak dijawab oleh Sea yang masih memandangnya heran.
"Apa?" tanya Sea balik, dia langsung berdiri dan sedikit mendorong tubuh Brian agar tidak telalu dekat dengannya. "Aku hanya tidak ingin mengganggu percakapanmu dengan wanita tadi di kantor tentang skandal kau dulu," lanjutnya dengan memutar bola matanya.
"Oh ada yang menguping pembicaraanku ternyata," kata Brian dengan tersenyum ke arah Sea dengan mengejek. Sea langsung gelagapan layaknya maling yang baru tertangkap oleh si korban.
"Hei pintu ruanganmu tidak di kunci tadi! Lucu sekalu kau," kata Sea dengan pembelaan. "Bagaimana orang tidak tahu pembicaraan kalian. Dasar pria gila!"
"Terimakasih pujiannya, belum ada sekertaris yang memujiku seindah itu."
"Telingamu memang bermasalah, Tuan," kata Sea dengan menekan kata terakhir yang diucapkannya. Setelahnya dia melihat ke arah Brian dengan sedikit mengangkat kepalanya. Memang tinggi Sea tidak kurang, dia seperti wanita Amerika pada umumnya. Heran saja Brian begitu tinggi hingga dia terlihat pendek di depannya.
"Aku mendengarkan percakapan kalian, maksudmu apa tentang Maria?" tanya Sea kepada Brian yang mengembuskan napasnya jengah. Jujur dia tidak ingin membahas masalahnya dulu bersama Maria, hanya saja dua orang sudah mengungkit kejadian itu di hari yang sama.
"Jangan bahas ini, cari topik lain."
"Tapi ini juga topik yang ingin aku bahas. Aku tahu Maria sekertarismu terlibat hubungan di luar pekerjaan denganmu. Dan inti dari pekerjaan ini, aku tidak ingin menjadi Maria yang kedua aku—,"
"Tidak akan! Kau tidak akan menjadi dia," kata Brian dengan cepat dan penuh ketegasan. Sea tercenung mendengarnya dengan dahi berkerut. "Itulah kesalahan masa lalu, jangan diungkit kembali."
"Lalu kenapa kau menarikku menjadi sekertarismu?" tanya Sea penuh ketegasan.
"Karena aku membutuhkannya," kata Brian murni tanpa kebohongan.
"Bukan karena jas mahalmu atau ada rahasia yang lain?" tanya Sea kembali, dia masih menatap curiga Brian. "Jika benar aku ingin mengundurkan diri, ayolah hanya jas murahanmu itu aku harus bekerja. Aku bisa membelikanmu besok," kata Sea dengan kesal.
"Bukan karena jas, tapi aku ingin mencari sekertaris. Bisa membuat kerjaku semangat, membuat aku berubah dengan kebiasaan buruk, lalu bisa menemaniku saat aku lelah bekerja."
"Apa?" tanya Sea, Brian mendekatkan diri kepada Sea, hingga wanita itu mundur beberapa langkah dan duduk kembali di kursi taman. Brian tidak menyerah dia terus mengikis jarak keduanya, dan pria itu berbisik di telinganya.
"Setidaknya kau akan menjadi penyemangatku nanti, dan aku tidak akan menghentikanmu bekerja di sini. Kalaupun itu keinginan terbesarmu," gumamnya.
"Oke-oke kita sudahi topik ini, sekarang kapan aku bekerja?" tanya Sea mencoba mencairkan suasana, dan hal itu membuat Brian terkekeh dengan tingkah lucunya. Dia langsung menggandeng tangan Sea ke dalam kantor dan banyak mata memandangnya dengan terkejut juga takjub. Mereka terlihat begitu cocok, dan sebagian menatapnya tidak suka.
Sea sudah menduga arti tatapan itu, mereka akan berpikir dirinya sekertaris baru. Dengan kurang ajar merebut CEO paling mereka dambakan, tidak tahu kenyataan yang sebenarnya mereka tidak sadari. Bukan dirinyalah yang menggenggam Brian, tetapi pria itu yang menariknya. Sejak tadi Sea mencoba melepaskan tangan Brian dan akhirnya pria itu melepaskan tangannya saat masuk ke dalam lift khusus untuknya.
"Kenapa kau menggenggam tanganku, aku tidak ingin digosipkan mempunyai skandal denganmu!"
"Tentunya menatap dirimu penuh minat, aku tahu arti tatapan pria di sana, aku juga lelaki normal. Dengan menggenggam tanganmu seolah aku memberikan peringatan kepada mereka."
"Kau bisa melakukan sesukamu, aku sudah tidak peduli."
"Termasuk aku memperkenalkan kau kepada orang kalau kau ini kekasihku?" Brian tersenyum picik, senyuman yang mungkin akan dibenci olehnya. Sea menghunusnya dengan tatapan tajam.
"Pria gila!"
"Iya itulah aku, terimakasih pujiannya calon Nyonya Axton."
***
Jangan lupa komen dan votenya
See u gais
Instagram: Desycahyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]
RomanceSea Glyora mendapatkan kesialan saat sedang berada di Culture Espresso. Dia bertemu dengan Brian Axton Dallen, CEO Axton Company. Dia tidak sengaja menumpahkan cappucino mengenai jas mahal Brian. Brian Axton Dallen, orang paling kaya raya di dunia...