33 - Ignorance

71.3K 4K 39
                                    

DON'T COPY MY STORY!!!

***

Brian menatap semua anak buahnya dengan tajam, mereka semua terkapar dengan tembakan dari Brian bertubi-tubi. Termasuk dengan Leon, yang tertunduk lemah.

Salah satu dari mereka tadi menembak Brian, hampir saja dia terkena peluru. Namun dia bisa menghindar, Brian sangatlah cerdik dalam urusan seperti ini. Brian akan mengakhiri teror ini, dia yang memulai maka dengan terpaksa Brian yang mengakhiri.

Brian berjalan mendekat ke arah Leon, menendang kepalanya dengan keras. Leon yang masih di tengah kesadarannya menatap Brian dengan sayu dan tersenyum.

"Kematian menantimu," kata Leon dengan lemas, Brian hanya terkekeh. "Bukankah kematian yang menantimu bukan diriku."

Brian mengarahkan pistolnya tepat pada dada Leon, hingga terdengar suara tembakan dua kali begitu nyaring. Brian memang kejam dalam menghabisi musuhnya, dia tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Semuanya sudah berakhir Leon meninggal dan semua teror telah berakhir. Tepat dengan kematian Leon, para polisi datang dengan anak buahnya. Mereka menangkap Leon dan anak buahnya. Para polisi memang bekerja sama dengan Brian, menuntas kejahatan. bahkan diberi izin untuk membunuh lawan jika keadaan sedang genting. Karena itu untuk menjaga dan menyelamatkan nyawanya.

"Tuan baik-baik saja?" tanya Mr. Geo. Brian hanya menganggukan kepalanya. Pakaian Brian sudah kusut dan kotor. Bahkan bercak darah menghiasi jas dan kemeja putih Brian. Semuanya telah berakhir, sekarang Brian lebih baik pulang.

Dia menaiki mobilnya, diikuti mobil para pengawalnya yang mengikuti Brian dari belakang. Dia akan kembali dengan Sea dan Lina. Hidup bahagia tanpa ada gangguan lagi dari musuh. Brian menacapkan gas pedalnya, menambah kecepatan. Mobilnya melaju cepat meninggalkan mobil pengawal di belakangnya begitu jauh.

Saat Brian mengetahui ada mobil yang jauh di depannya. Dia menginjak rem mobil, namun mobil tidak mau mengurangi kecepatannya. Atau berhenti. Brian dengan panik terus menekan rem itu dengan penuh tenaga. Usahanya sia-sia tidak berhasil. Matanya tidak sengaja, melihat sebuah tulisan di bawah dashboard.

'Kematian menantimu, selamat bertemu di dunia yang berbeda Axton.'

"Bajingan kau pria tua!" teriak Brian marah.

Brian menggeram frustasi, ternyata para pengawal dan Leon hanya mengalihkan fokusnya. Tanpa dia sadari salah satu dari mereka sedang memutus rem mobilnya. Brian kecolongan.

Dadanya berdegup kencang, dalam hati dia berdoa. Brian tidak ingin menabrak orang yang tidak bersalah. "Maafkan ak, aku mencintaimu, Sea," lirih Brian.

Dengan cepat dia membanting setir dan menabrak pembatas jalan begitu keras. Hinga depan mobilnya hancur total. Brian sudah siap dengan keputusan yang dia ambil, mobil yang dia tumpangi hancur berat. Dengan asap yang mengempul memenuhi jalanan.

Mobil Mr. Geo berhenti tepat di depan mobil Brian. Mr. Geo dan para pengawal menatap mobil itu dengan nanar. Tanpa dia sadari Mr. Geo meneteskan air matanya. Tuannya yang dia anggap anaknya sedang meregang nyawa.

***

Sea berjalan dengan cepat diikuti dengan Mr. Geo, Lina masih ada di rumah dirawat asistennya. Dia belum juga sadarkan diri dan mana mungkin Sea membawanya kemari

. Di ujung koridor ada Joshie dan Adellia. Sea mendekat ke arah mereka. Adellia yang menyadari seseorang datang, dia berdiri menghampiri dan tidak disangka itu Sea.

"Bagaimana keadaan Brian?" tanya Sea dengan panik, dia melihat pintu ruang operasi di sana, Adellia menenangkan Sea yang notabene adik kandungnya. 

Mengusap punggung Sea lembut untuk menenangkannya.

"Sabar, Brian masih di ruang operasi. Semua akan baik-baik saja," kata Adellia. 

Sea hanya diam menutup wajahnya dan duduk di kursi. Jujur hatinya sekarang tidak tenang, bahkan Sea masih sakit, dia melupakan rasa sakitnya demi Brian. Sea dalam hati berdoa agar Brian baik-baik saja.

Tiga jam lamanya dia menunggu, membuat Sea tidak patah semangat. Dia setia menunggu Brian di depan ruangan operasi.

"Sea!" panggil Lina di ujung sana berlari.

 Memeluk Sea dengan erat, Sea menumpahkan rasa sedihnya pada Lina. Mereka sama-sama berbagi kesedihan.

"Brian masih di dalam Mom, aku takut," kata Sea terisak. Lina hanya bisa mengusap rambutnya Sea. Dulu dia yang selalu menenangkan Sea, namun jika sekarang Lina juga tidak bisa melakukan itu. Karena dia juga tidak bisa bohong, Lina sangat cemas sama seperti Sea.

"Kita berdoa saja Sea," kata Lina dengan pelan.

 Tanpa mereka sadari lampu ruangan operasi berubah menjadi hijau, menandakan operasi selesai. Degup jantung Sea berdetak dengan cepat dia berharap oprasi itu berjalan lancar.

Pintu terbuka memperlihatkan seorang pria yang terbaring lemah dengan oksigen membantu pernapasannya. Begitu juga kabel yang menempel pada jantung Brian. Sea membekap mulutnya melihat Brian lemah seperti itu. 

Sea tidak mengenali Brian, yang dia tahu Brian adalah orang yang kuat.

Perban di kepala dan alat penyangga leher. Sea tidak kuasa melihatnya, Brian di bawa ke ICU. Dokter keluar dari ruangan melepaskan maskernya. Menatap Sea dan Lina.

"Operasinya berjalan dengan lancar, kami hanya mengeluarkan gumpalan yang ada di otot kepala yang menyumbut kinerja otak. Lukanya memang cukup serius tetapi keadaan Tuan sudah membaik, hanya saja dia mengalami patah leher, dan jaitan di pelipisnya. Namun keadaan Tuan masih dalam keadaan koma."

"Berapa lama?" tanya Sea dengan penasaran.

"Dalam jangka waktu yang tidak dapat dipastikan."



***

Jangan lupa vomment, kecup basah Author :*


Instagram: Desycahyaaa

The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang