Sea terbangun, dia mencium bau obat-obatan. Dia bisa menyimpulkan jika dia sedang berada di rumah sakit, hal yang Sea lihat adalah tembok yang bewarna putih gading. Begitu juga pantulan cahaya yang menyilaukan mata, Sea memejamkan mata sesaat untuk menyesuaikan intensitas cahaya.
"Kau harus bisa memilih Axton, mengertilah jika Adellia juga membutuhkanmu."
Sea mendengar sebuah percakapan matanya menyipit melihat Brian, Lina juga ada Stefany di sana. Duduk di sofa tidak jauh dari Sea berbaring.
"Tapi aku menyarankan, kenapa kita tidak tes DNA saja apa benar bayi yang Adellia kandung adalah anaknya," kata Stefany memberikan usul pada mereka berdua.
"Butuh waktu yang lama, kita harus menunggu bayi itu lahir." Stefany hanya diam. Dia mengusap punggung Brian, sungguh cobaan Brian sangatlah rumit. Stefany sangat sedih melihat Brian seperti ini.
"Aku tidak akan menikah bersama Adellia! Tanpa persetujuan dari Sea," kata Brian menatap Lina dengan tatapan dinginnya.
"Aku menyetujui pernikahanmu dengan Adellia," kata seseorang yang tidak lain adalah Sea. Sedang bersandar di brankar dengan santainya. Ketiganya melihat Sea tergejolak kaget.
"Kau sudah sadar?" Brian menatap Sea dengan khawatir, ternyata Sea sudah sadar dari tadi.
"Sudah, sejak kalian sibuk membicarakan kehamilan Adellia," kata Sea menatap Brian dengan tersenyum manis.
"Kau tidak apa-apakan? Bukannya kau tertembak oleh Galen?" tanya Sea menatap Brian khawatir, Brian tersenyum mengecup bibir Sea lembut tanpa sadar. Stefany dan Lina keluar ruangan memberikan waktu untuk mereka berdua berbicara.
"Aku baik-baik saja," kata Brian dengan sedikit canggung. Mengingat keadaan keduanya sedang dalam masalah besar. Sea terkekeh pelan menatap Brian dengan tatapan cemas sekali-kali wajahnya tertunduk.
"Kenapa kau, Brian?" tanya Sea. Berusaha menyembunyikan kesedihannya, Sea siap jika hari ini kehilangan Brian.
"Aku telah menyakitimu Sea," kata Brian dengan pelan.
"Iya, kau menyakitiku. Apa itu hobi barumu Brian?" tanya Sea membuat Brian makin bersalah saja.
"Jika membuat kau mencintaiku harus dengan cara menyakitiku, aku siap menyerahkan hatiku padamu. Kikislah sesuka hatimu hingga tidak berbentuk lagi Brian," kata Sea pelan menatap Brian dengan tatapan lelah. Sudah banyak sekali air mata yang Sea keluarkan hingga dia tidak mampu untuk menangis.
"Jangan berkata seperti itu, aku sangat mencintaimu, Sea. Lebih dari diriku sendiri," kata Brian meyakinkan. Sea hanya tersenyum dan mengangguk saja.
"Lebih baik kau menikah dengan Adellia, aku telah memberikan izin untukmu."
"Tidak akan pernah!" kata Brian dengan keras menatap Sea dengan tatapan tajamnya.
"Kau harus lakukan itu Brian, bayi yang dikandung oleh Adellia tidak berdosa. Itu semua kesalahan kalian."
"Aku tidak akan menikah dengan Adellia, aku tidak yakin bayi yang dikandungnya adalah bayiku," kata Brian mencoba memikirkan sesuatu. Ada yang ganjal dengan kehamilan Adellia, Brian tahu itu tapi dia tidak bisa mengungkapkannya secara jelas.
"Kau berpikir seperti itu karena Adellia wanita yang kau benci, menikahlah Brian, ku mohon." Brian menatap Sea dengan tatapan tajamnya. Dia tidak suka dengan kemauan Sea, seolah wanita itu memaksanya untuk menikah dengan Adellia. Tangan Brian terkepal dengan begitu erat.
"Jika kau suami baik maka turuti keinginan besarku," kata Sea pelan, padahal dalam hati dia menahan kesedihan dan membentuk benteng pertahanannya sendiri. Dia menekan rasa sakitnya, tidak ingin bersikap egois demi dirinya sendiri dengan tidak memperdulikan orang lain.
"Apa itu kemauanmu?" tanya Brian dengan tegas, tatapan lembutnya berubah menjadi dingin. Sea mengangguk saja dengan ragu. Brian menghela napas dengan panjang, ini keputusannya dan Brian akan siap menjalani hidup bersama Adellia. Hatinya begitu nyeri sekarang.
"Baiklah aku akan menikah dengan Adellia, minggu depan. Itu semua keinginanmu Sea," kata Brian pergi meninggalkan Sea sendirian.
Sea tidak menyesal mengatakan itu semua, mungkin ini keputusan yang benar diambil oleh Sea. Mulutnya berkata dia harus melakukannya tetapi hati menolak keinginan Sea. Dan dengan mudahnya Brian menyetujui keinginan Sea. Bahkan tidak ada niatan sekali pun Brian mempertahankan Sea dan bayinya.
***
Lina dan Stefany melihat Brian keluar dari kamar rawat Sea dengan penuh rasa marah. Mereka berdua yakin pasti sudah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.
"Kau kejar Axton, biar aku menenangkan Sea." Stefany mengangguk setuju mengikuti ke mana Brian pergi. Lina memasuki kamar rawat Sea, di sana Sea sedang terdiam dengan pandangan yang kosong. Tidak jarang air matanya menetes begitu saja.
Lina iba dengan keadaan Sea seperti orang depresi saja. Lina mendekat dengan mengelus kepala Sea dengan sayang.
"Jangan banyak pikiran, kasihan janinmu keadaannya sangat lemah sekali. Kau tidak inginkan dia pergi meninggalkanmu?" Lina mengusap rambut, Sea menggelengkan kepalanya. Dengan tatapan yang masih melihat ke arah luar jendela.
"Ceritakan sama Mom, kamu kenapa Sea?" tanya Lina berhati-hati.
"Sea salah yah Mom?" tanya Sea menatap Lina dengan sedih, Lina memeluk Sea dengan erat.
"Aku menyuruh Brian menikah dengan Adellia, Brian telah bersedia katanya menikah dengan Adellia. Tetapi rasanya ada yang mengganjal di hatiku, rasanya itu sangat menyakitkan."
Lina tercenung mendengar perkataan Sea. Wajar Brian marah, dia berusaha mempertahankan Sea dan pernikahannya. Tetapi dengan mudahnya Sea mengatakan dia harus menikah dengan Adellia, mungkin Brian kecewa pada Sea. Dan yang Lina takutkan adalah ucapan Brian yang tidak pernah main-main, ucapan Brian selalu terjadi dan akan menjadi kenyataan.
"Mereka akan menikah minggu depan, Mom."
***
Stefany mengikuti Brian hingga dia sampai di club, dia menemani Brian yang sedang asyik meminum wine di tangannya. Kini pria itu kembali ke sini untuk melepaskan penatnya. Entah habis berapa botol pria itu, yang jelas Brian tengah mabuk berat. Sungguh menyusahkan sekali, Stefany menatap Brian yang tengah tidak sadar dengan intens. Dia merasa kasihan akan masalah dan beban yang dialami Brian.
Dia mengelus pipi Brian dengan penuh kelembutan, dia sangat merindukan ini semua.
"Seandainya kau tahu Brian, kalau aku masih sangat mencintaimu. Andai saja aku berada di posisi Sea, aku akan menjadi wanita yang sangat beruntung. Tetapi kau berubah jadi pria brengsek yang menyakiti hati wanita. Maaf gara-gara aku, kau berubah menjadi seperti ini. Tapi aku bersyukur kau dipertemukan dengan Sea yang tulus mencintaimu. Aku berjanji akan membantumu untuk menyelesaikan masalahmu."
Stefany mengelus rambut Brian yang nampak acak-acakan.
"Sea aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku," gumam Brian setengah sadar. Stefany menangis melihat keadan Brian begitu buruk.
Dulu Brian terlihat gagah dan sangat berwibawa sekarang dia nampak sangat lemah sekali. Stefany merasakan jika Brian sangat mencintai Sea, rasa cintanya pada Sea begitu besar. Karena dia tahu Brian tidak pernah frustasi parah seperti ini. Brian waktu kehilangan Stefany tidak seburuk ini. Pengaruh Sea begitu besar terhadap Brian.
"Sudah cukup! Sekarang waktunya pulang Brian," kata Stefany menuntun Brian dibantu oleh anak buah Brian menuju mansionnya.
***
Jangan lupa vommentnya guys
See you :*
Instagram: Desycahyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]
RomanceSea Glyora mendapatkan kesialan saat sedang berada di Culture Espresso. Dia bertemu dengan Brian Axton Dallen, CEO Axton Company. Dia tidak sengaja menumpahkan cappucino mengenai jas mahal Brian. Brian Axton Dallen, orang paling kaya raya di dunia...