"Maafkan aku, Brian. Ini semua salahku," kata Joshie menyesal, setelah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya dengan mereka semua.
Brian menghela napas kasar, wajahnya sedaritadi begitu menakutkan. Tatapan elangnya mengunus tajam ke arah Joshie yang mengalihkan pandangannya menghindari tatapan itu. Sea melihatnya mengusap dada bidang Brian dan memberi tatapan meneduhkan agar suaminya bisa berpikir jernih.
"Kau tahu ulah wanita yang kau cintai hampir membuat pernikahanku hancur?" tanya Brian tegas.
"Sayang, sudahlah. Ini bukan salah Joshie sepenuhnya, sekarang katakan saja apa yang harus Joshie lakukan saat ini," kata Sea, wanita ini tidak tega dengan Joshie yang terus menundukan kepalanya.
"Aku mempunyai rencana, jika kau mencintai wanita itu lakukan perintahku!" tegas Brian.
***
Adellia menunggu Brian dengan cemas bersama sang pendeta. Semua tamu menunggu kedatangan sang pria namun tidak juga datang. Para tamu undangan tidak menerima undangan pernikahan Adellia dan Brian, melainkan Adellia dan Joshie. Tentu saja undangan yang menuliskan nama Brian tidak dicetak oleh Lina, ibunya. Dia mengubah tulisan sang pengantin, saat Joshie datang mengakui fakta sesungguhnya, itu pun berkat Stefany yang membantu masalah ini. Tanpa sepengetahuan Sea juga Brian, ibunya telah menghubungi Amora jika putrinya menikah dengan Joshie.
Adellia cemas Brian akan pergi dan mempermalukan dirinya di depan umum. Hingga seorang pria berjas datang membuat Adellia melihatnya dengan tatapan nanar, Joshie. Hingga Joshie sudah ada di samping Adellia, para tamu menatap Joshie dengan takjub.
"Maaf saya terlambat," kata Joshie dengan senyuman manis ke arah pendeta dan wanita yang dia cintai. Adellia membulatkan mata. Lina dan Stefany hanya diam saja saling menatap satu sama lain dan tersenyum tipis. Rencana mereka ternyata berhasil.
"Apa yang kau lakukan? Aku akan menikah dengan Brian!" protes Adellia marah, bisa-bisanya Joshie membatalkan pernikahannya. Dan berkata seolah dialah pria yang akan menikahinya.
"Maaf apa kau mau menikah dengan Brian, disaat pria itu tahu. Janin yang kau kandung itu milikku," bisik Joshie membuat Adellia bungkam. Ternyata Brian sudah tahu kebohongan Adellia selama ini. Pantas saja Brian tidak datang-datang.
Adellia hanya bisa terdiam, dia takut acara pernikahannya itu batal. Sungguh jika terjadi Adellia akan malu setengah mati. Dia termasuk wanita mempunyai gengsi tinggi dan harga diri yang tidak ingin direndahkan di depan semua orang, tentu saja itu adalah salah satu kesempatan Joshie tampil di depannya. Karena Adellia tidak akan menolak dan bertingkah mempermalukan diri sendiri.
"Kau akan menikah denganku! Kau tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak mencintaimu, Adellia. Aku mencintai kamu dan bayiku."
Adellia terdiam dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi olehnya, akhirnya Joshie menerima bayinya membuat Adellia merasa haru.
"Lupakan dendammu, dan lupakan tentang gengsimu yang tinggi, Sayang. Menikahlah denganku Adellia Amora, aku janji akan membuat hidupmu bahagia."
Adellia menatap Joshie dengan tersenyum tipis, jika ini jalan hidup Adellia. Maka Adellia akan menerimanya. Dia melirik ke arah depan di sana ada Brian dengan Sea menatapnya menunggu jawaban, mungkin seharusnya dia tidak melakukan aksi dendamnya. Karena wajar saja Brian bersikap seperti itu, cinta yang dipaksakan akan membuat rasa tidak nyaman dan benci berkelanjutan.
Dengan pasti Adellia mengangguk menatap Joshie dengan penuh harap.
Masalah dan kebenaran ini membuat Brian dan Sea kembali menjadi seperti biasanya, semuanya sudah diatur sesuai takdir dan jalan hidupnya masing-masing. Tetapi ini bukan akhir cerita, masih ada perjalanan yang mereka tempuh menuju kehidupan yang lebih baik.
Brian bersyukur saat Tuhan masih memberi kesempatan dan menjaga hubungan ini disaat badai hebat menerjang keduanya.
"Aku bahagia Brian," kata Sea menatap Brian tersenyum. Brian merangkul Sea begitu erat, menyampaikan semua rasa bahagia mereka yang tidak pernah bisa terucap lewat kata.
***
"Selamat atas pernikahannya," kata Sea tersenyum manis kepada Joshie. Membuat Brian menatapnya tidak suka, senyuman istrinya sangat manis Brian tidak rela jika ada orang lain menikmati keindahan itu. Lalu Sea beralih pada Adellia memeluknya begitu erat, dia bisa merasakan ada getaran dalam tubuhnya. Rasanya begitu aneh saat mereka berpelukan, Adellia menatap Sea penuh penyesalan.
"Maaf aku sempat merebut kebahagianmu, Sea," kata Adellia dengan begitu erat. Sea mengusap punggung Adellia menenangkannya.
"Aku terlalu gelap dengan dendam."
"Aku memaafkanmu Adellia, kau tidak perlu menyesal seperti ini. Aku sudah bahagia dan kau pun begitu." Adellia memandang Sea tidak percaya, terbuat dari apa hati wanita di depannya ini. Setelah disakiti dengan kebohongan yang dia buat demi kepentingan diri sendiri, masih memaafkan dan sudi memeluknya. Adellia menyesal jika tahu Sea sebaik ini kepadanya, dia tidak akan berbuat jahat.
Brian tidak ingin berlama-lama di sana melihat Adellia. Rasanya muak, wanita itu hampir membuat pernikahnya hancur. Brian masih belum memaafkan perbuatan Adellia yang kelewatan batas. Dia membawa Sea pergi dari pernikahan itu, dia rindu dengan kekasih hatinya dan ingin menghabiskan waktu berdua saja.
Mungkin lebih tepatnya bertiga, dengan satu orang yang masih membentuk diri dalam rahim Sea.
"Kau tahu aku rindu padamu," kata Brian semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku tahu itu, karena aku juga merindukanmu," kata Sea menatap Brian dengan tatapan menggoda.
"Kau hutang cerita padaku tentang Galen," kata Brian mengingat sahabatnya yang telah meninggal itu.
Sea mengingat Galen kembali, ada rasa lega jika Galen sudah tidak mengganggunya. Sea tahu jika Galen telah meninggal karena saat itu dia melihat Brian menembak Galen begitu jelas.
"Aku menjadi lady escort, menemani Galen kencan dan menemaninya juga dipesta besar. Aku bekerja padanya karena, dia tahu dengan identitas asliku, orang tuaku mempunyai hutang padanya. hingga aku harus melunasi hutangku dengan bekerja jadi wanita pura-puranya," kata Sea menerawang semua tentang Galen saat bersamanya.
"Kau ingat aku menangis saat peresmian hotel, kau datang membawakan sapu tangan untukku. Di sanalah aku menemani Galen dipestanya."
"Kenapa kau tidak menolak saja permintaan Galen?" tanya Brian tidak habis pikir dengan hubungan Sea dan Galen.
"Aku pernah mencobanya, tetapi Galen mengancam membunuhku. Bahkan aku diperlakukan layaknya gadis murahan olehnya." Sea menatap Brian dengan nanar. Tangan Brian mengepal mendengar pengakuan Sea, Galen memang sudah gila. Dia ingin menghabisi pria itu, sayangnya di telah pergi ke neraka akibat tembakan yang tidak dia sengaja.
"Bagaimana dengan dirimu?" tanya Sea pada Brian.
"Galen sahabatku, kita pernah terlibat cinta segitiga; aku, Galen, dan juga Stefany. Galen sahabatku disaat susah dan senang. Tetapi aku tidak menyangka dia mempunyai maksud menghancurkanku, karena dia menyangka aku merebut Stefany. Dan puncaknya saat dia tahu kau menikah denganku."
"Kau menyesal menghabisinya?"
"Tidak ada kata menyesal mengahabisi bajingan itu, dia pantas mendapatkannya karena dia sudah keterlaluan."
"Setelah ini aku mohon jaga sikapmu, dan ucapanmu. Aku sedang hamil Brian, aku takut nanti karmanya berdampak pada anak kita." Brian mengusap wajah Sea, dan mencium bibirnya kilat.
"Aku akan berusaha untukmu sayang."
***
Kecup basah Author,
see you
Instagram; Desycahyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]
RomanceSea Glyora mendapatkan kesialan saat sedang berada di Culture Espresso. Dia bertemu dengan Brian Axton Dallen, CEO Axton Company. Dia tidak sengaja menumpahkan cappucino mengenai jas mahal Brian. Brian Axton Dallen, orang paling kaya raya di dunia...