24 - Uncovered (b)

87K 5.1K 135
                                    

DON'T COPY MY STORY

***

New York, Amerika Serikat.

Brian memutuskan membawa Sea ke New York, dengan keadaan Sea yang mengkhawatirkan. Kini mereka sudah sampai di rumah sakit. Tidak henti-hetinya Brian berdoa meminta kesembuhan untuk Sea. 

Brian menatap ruangan itu dengan penuh rasa cemas, sudah satu jam lamanya tetapi dokter Zelgra masih belum keluar juga.

"Brian," panggil orang itu memeluk Brian dan menangis. Dia khawatir dengan keadaan Sea sekarang ini, dia adalah Lina.

"Maafkan Mom tidak bisa menemanimu, tiba-tiba mom ada urusan mengharuskan mom pulang ke New York terlebih dahulu. Mom begitu terkejut mendengar kejadian ini, bagaimana keadaan Sea?" tanya Lina mengusap wajah Brian. 

Brian hanya diam dengan tatapan kosong, dia bukan saja menyakiti Sea tetapi hampir menghilangkan nyawanya.

Tentang Galen, Brian menembaknya ditempat hingga membuat Galen tewas waktu itu juga. Karena pelurunya sudah menembus jantung Galen, masih tidak percaya dengan kejadian itu. Brian tidak menyangka Galen sekejam itu lebih dari dirinya. Jujur Brian refleks menembak Galen untuk menyelamatkan nyawa Sea. 

Sahabatnya sejak kuliah dulu yang selalu ada dalam suka dan duka kini telah pergi.

Walau Galen mencelakainya dan istrinya, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Brian sangat menyayangi Galen seperti dulu. Dia sekarang menyesal, tatapan Brian melemah di depan Lina. Dia telah membunuh sahabatnya, dia merasa masalah tambah kacau.

"Mom Brian tidak menyangka, Galen sejahat itu," kata Brian dengan tatapan kosong.

 Lina hanya mampu terdiam, dia tahu dari Mr. Geo tentang kronologisnya seperti apa. Galen dan Sea mempunyai hubungan yang tidak diketahui Brian. Di balik sikap tenangnya Galen menyimpan rasa dendamnya terhadap Brian.

Galen menyangka Brian telah merebut Sea, Brian juga tidak tahu jika Galen menyukai Sea. Dia tidak pernah terbuka terhadap Brian, jadi jangan salahkan dirinya. Lalu dengan Stefany, hubungan mereka berakhir karena Stefany mengakhirinya dengan alasan masih mencintai Brian. Tapi entah kenyataannya itu benar atau tidak.

"Aku membunuh sahabatku sendiri mom," kata Brian lirih memeluk ibunya menumpahkan rasa sedihnya. 

Sekarang Brian sangat rapuh, dia telah kehilangan satu orang berharga yang mengecewakannya, dan dia harus menghadapi kenyataan tentang keadaan Sea dan kehamilan Adellia. Ibunya belum tahu jika Brian sedang memiliki masalah, dia pasti akan kecewa sekali.

"Kau tidak salah, Axton. Itu hanya gerakan refleks, kau menyelamatkan istrimu," kata Lina dengan air mata mengalir. 

Dia kecewa dengan Galen yang sudah dia anggap anaknya sendiri, berbuat jahat kepada dua orang dia sayangi. Namun tidak membuat Lina benci, dia sangat sedih kehilangan Galen.

Suara pintu berdecit membuat Brian dan Lina berdiri dengan kompak. Menatap wajah lelah dokter Zelgra.

"Bagaimana keadaan istriku dokter?" tanya Brian dengan tidak sabarnya.

"Mrs. Axton merasakan sesak napas akibat tekanan di lehernya, membuatnya sulit bernapas dikarenakan pasokan oksigen yang berkurang. Beliau mengalami shok, tapi kondisinya sudah membaik. Hanya saja dia harus bernapas dengan bantuan oksigen untuk sementara ini."

Brian menghela napas lega setidaknya Sea dalam kondisi yang baik-baik saja, tidak separah yang Brian bayangkan.

"Tuan, kesehatan nyonya ini harus diperhatikan lagi, karena janin yang dikandungnya sangat lemah. Tidak diperbolehkan melakukan aktivitas berat dan membuat beliau lelah."

Brian membulatkan matanya mendengar kata kandungan. Rasanya ada yang meledak dalam tubuh Brian, sungguh ini adalah sebuah karunia terindah yang Brian terima dari-Nya. Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ayah, tidak dapat dipercaya.

"Hamil? Sejak kapan, dokter?" tanya Brian tidak sabaran.

"Sudah dua minggu lamanya Tuan," kata dokter Zelgra. Brian tersenyum penuh arti.

Dokter Zelgra berpamitan pada keduanya. Menunggu suster yang sedang mengecek alat medisnya Sea.

"Kebahagianmu tak akan bertahan lama, Axton," kata Lina membuat Brian menatap Lina dengan bingung. Lina langsung memberikan sebuah surat yang sudah robek dan kusut.

"Mom menemukan ini, di teras waktu di Yunani, seorang pelayan menyerahkan ini padaku. Ini semua ulahmu, kau harus bertanggung jawab, Axton." Lina menatap Brian dengan kecewa. Tidak menyangka Brian berbuat hal menyakiti Sea dan dirinya.

"Mom kecewa padamu, Axton." Lina menangis dengan membekap mulutnya. Brian terdiam penyesalan itu datang kembali pada dirinya.

"Mom memberimu pilihan Axton, kau menikah dengan Adellia atau mom akan memisahkan kau dengan Sea." Dua pilihan yang sulit bagi Brian saat ini, seandainya waktu dapat berputar kembali. Brian tidak akan terpancing dengan emosinya, menahan diri untuk tidak melawan Adellia.

Tanpa disadari Adellia tengah menguping pembicaraan mereka berdua. Adellia sedang mengecek kandungannya dan tanpa sengaja dia melihat Brian dan Lina, lalu dia menguping pembicaraan mereka. Adellia tersenyum kecut. Bukan hanya Brian yang merasa berdosa tetapi dirinya juga, telah menyakiti Sea.

 Adellia juga tidak menginginkan semuanya seperti ini. Adellia pasti merasakan bagaimana hancurnya Sea mengetahui semua ini, dia juga wanita dan dapat merasakan apa yang Sea rasakan.

"Apa kau tega harus merusak hubungan orang lain Adellia?" tanya wanita di belakangnya. Adellia melihat jika wanita itu tersenyum licik padanya. Adellia tahu jika wanita itu adalah wanita yang pernah Brian cintai, dia Stefany.

"Jika kau mencintai Brian, lantas mengapa kau rusak kebahagiannya?" tanya Stefany sarkastis.

"Bukan urusanmu, lalu bagaimanakah dengan perasaanmu pada Brian?" tanya Adellia pada wanita itu.

"Yang jelas mencintai bukan berarti harus saling memiliki, cukup dengan melihatnya bahagia. Tanpa harus merusak kebahagiannya. Aku masih mencintai Brian, tapi rasa cintaku tidak akan merubah diriku menjadi jahat. Merusak kebahagian orang yang aku cintai, dengan aku berubah menjadi wanita ular. Rasanya bukan cara baik, aku masih mempunyai harga diri yang tinggi. Tidak akan memakai cara murahan, bukan cara mainku." 

Perkataan itu membuat Adellia tersudutkan. Stefany hanya tersenyum samar dan pergi meninggalkan Adellia terdiam mematung. Seakan tertampar oleh ucapannya yang menyakiti hati Adellia.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Adellia pelan.

***

Brian berjalan mendekati Sea yang masih terbaring lemah, kedua kalinya Sea dirawat di rumah sakit. Brian lebih baik tahu Sea marah padanya dan menjauhinya, dari pada Sea ada di sampingnya tetapi dengan keadaan yang sangat mengenaskan seperti ini.

Brian menggenggam tangan Sea, mengusapnya lembut tanpa mengalihkan pandangan matanya.

"Kau benar, orang yang mudah memaafkan lebih sulit dengan orang yang mengatakan permintaan maaf saja." Brian tersenyum samar mengecup pergelangan tangan Sea dengan mesra.

"Aku bersedia untuk menyerahkan nyawaku demi kamu, sayang. Maaf aku telah menyakitimu untuk kesekian kalinya. Sayang, tolong aku yang sedang kebingungan ini. Aku harus memilih kau atau Adellia. Aku tidak ingin memilih karena aku sudah mempunyai pilihan, yaitu kamu. Apalagi dengan adanya calon bayi kita yang tumbuh dalam perutmu membuatku tidak melepasmu begitu mudah." Brian mengusap perut datar Sea, dan berdiri mengangkat baju Sea. Mengecup perut Sea dengan sayang.

"Daddy menyayangi kalian, ingat itu. Kau dan Mommy-mu adalah berlian termahal yang tidak bisa ditukarkan dengan uang."


***

Btw jangan lupa vote dan komenternya

See u

Instagram; Desycahyaaa


The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang