Sea sedang diam meminum secangkir cappucino. Bersantai sambil kakinya yang direndamkan ke kolam renang. Memang dia tidak bisa berenang, tapi apa salahnya jika dia hanya ingin mendinginkan kakinya yang terasa begitu panas dan pegal.
Selama Sea mengandung, dia selalu mudah lelah. Bahkan tidak jarang pingsan, apalagi jika berjalan rasanya kaki Sea kesemutan, panas, dan pegal. Di hadapan Sea ada sebuah tebing yang sangat tinggi, dan tidak mudah untuk dipanjat, pembatas mansion mereka. Namun, Sea merasakan ada seseorang yang sedang mengintipnya.
Mata Sea melihat ke segala arah dan tidak penemukannya, mungkin perasaannya saja. Sampai ada batu yang cukup besar dilemparkan ke kolam renang hingga dia terpekik kaget, Sea melihat ke atas tembok pembatas itu ada seseorang yang menatapnya begitu tajam.
Sea terkejut melihat sepasang mata hijau itu, menatapnya penuh amarah dan dendam. Perlahan Sea langsung bangkit dan meninggalkan halaman belakang, dengan degup jantung yang berdegup kencang. Helaan napas kasar terdengar dari mulutnya. Orang itu membuat Sea takut setengah mati.
"Sea apa yang terjadi? Mengapa wajahmu pucat sekali sayang," ucap Lina memegang bahu Sea.
Lina memperhatikan Sea yang selalu menatap kolam di luar halaman. Lina ingin melihat ada apa di kolam sampai menantunya ketakutan, tetapi Sea mencegahnya namun Lina tidak menghiraukan keinginan wanita hamil itu.
Perlahan Lina melihat halaman belakang, ternyata aman tidak ada sesuatu yang terjadi. Saat masuk ke dalam ada yang melemparkan gas asap, membuat Lina terkejut setengah mati.
"Sea menunduk jangan bernapas dan pejamkan matamu!" teriak Lina berjalan mendekati Sea dan menunduk. Mereka sama-sama memejamkan mata dengan napas mereka yang tertahan.
Pushhh....
. Banyak sekali asap di sini, dan bau yang tidak enak membuatnya sesak, matanya pun terasa begitu perih. Lina berjalan memegang tangan Sea meninggalkan tempat itu. Ada penyusup yang masuk ke dalam mansionnya.
"PENGAWAL TOLONG NYONYADALAM BAHAYA!"
***
Brian membuka pintunya melihat Sea yang sudah sadar, matanya menatap Brian terus. Brian mendekat dan mencium kening Sea dengan penuh kasih sayang.
"Jangan bertanya, aku akan pulih," kata Sea pelan dengan memegang kedua pipi Brian begitu lembut.
"Aku harus bertanya! Kau tahu, aku khawatir, padamu," kata Brian menyatukan kening mereka. Sea memejamkan mata merasakan hembusan napas Brian yang hangat di permukaan wajahnya.
"Aku tahu, kau sangat mencintaiku bukan?" tanya Sea, membuat Brian terdiam.
"Kau benar, jangan meragukan semuanya sayang." Brian mengecup lembut keningnya.
Sea hanya menikmati rasa kasih sayang dan sentuhan Brian memanjakan wajahnya. Namun, matanya tiba-tiba terbuka lebar, dia menatap Brian dengan cemas.
"Mom, dia tidak apa-apa?" tanya Sea, Brian hanya menggelengkan kepalanya.
"Dia baik-baik saja, kau jangan banyak bicara. Aku tahu kau masih sulit bernapas." Brian mencoba memperingati Sea. Wanita ini hanya diam menuruti Brian, memang benar jika dirinya masih sulit untuk bernapas. Mungkin akibat dari kejadian tadi.
Sea ingat kejadian itu, peristiwa yang menurutnya sangat menegangkan. Dia bisa melihat asap-asap yang tidak enak dicium dan saat membuka mata rasanya teramat perih. Terakhir dia melihat seseorang di atas benteng mansion. Sea curiga jika itu bukan pengawal Brian, atau mungkin dia pelaku dari semua kejadian ini?
Siapa dia? Kenapa harus Sea yang diserang. Sea tidak mengenalnya, atau ini teror? Ini sangat membingungkan.
"Mom akan ke sini, tetapi dia ada sedikit urusan dengan Mr. Geo."
"Brian kau mempunyai musuh?" tanya Sea tiba-tiba membuat Brian tertegun dengan pertanyaan Sea. Dia menatap wanita itu yang menatapnya dengan tatapan sayu. Jujur memang dia mempunyai musuh di mana-mana. Karena itulah resiko menjadi pembisnis.
"Aku melihat seseorang berpakaian hitam-hitam di benteng mansion kita, aku curiga dia yang melemparkan gas asap ke dalam mansion."
Sea menatap Brian yang masih terdiam, lebih baik dia jujur dari sekarang dari pada menunggu Brian bertanya. Dia takut ada ke salah pahaman antara dirinya dan Brian. Dan nampaknya Brian mendengar perkataan Sea terkejut.
Dia mengepalkan tangannya, Brian sempat berpikir siapa orang yang mencelakai Sea dan Lina. Otaknya berpikir keras, mungkin dia orang yang sama menerornya di kantor. Baru sekarang ini ada yang berani mengibarkan bendera perang pada Brian Axton.
Dia mengepalkan tangannya penuh amarah, sekarang orang itu bukan hanya mencelakai dirinya. Namun seluruh orang yang dia cintai, entah apa motif orang itu. Tidak mempunyai tujuan yang jelas.
"Aku akan menjaga kalian, tenang saja!" Brian mengepalkan tangannya. Hingga suara pintu berdecit terdengar, di sana ada Lina dengan Mr. Geo datang. Lina menghampiri Sea mencium keningnya.
"Maaf, Mom tidak bisa menjagamu. Sudah kesekian kali kau berada di sini," kata Lina dengan penuh penyelasan. Sea tersenyum dia mengerti keadaan Lina, karena situasi yang sangat tidak memungkinkan.
"Ada berita apa yang kau sampaikan Mr. Geo?" tanya Brian menatap pria tua itu memegang suatu berkas.
"Begini Tuan, kami mendapatkan kabar. Jika Leon musuh dari perusahaan Axton telah keluar dari penjara. Masa tahanannya telah habis." Mr. Geo menyerahkan tumpukan informasi kepada Brian.
Brian menerimanya membaca dengan berjalan mengarah ke sofa, duduk di sana. Dia tidak mengenal siapa Leon, bahkan dia baru mendengar namanya yang asing baginya.
"Siapa dia?" tanya Brian kepada Mr. Geo.
Sea yang di sana hanya bisa mendengar percakapan mereka. Dia sungguh tidak mengerti.
"Leon adalah musuh terbesar Daddymu, Axton," kata Lina di samping Sea berjalan mendekat ke arah Brian.
"Dia adalah musuh besar Harry, dia ingin menjatuhkan Axton Company. Dulu perusahan Leon dan Harry bekerja sama. Namun, Daddymu mencium bau kejahatan di dalam diri Leon. Hingga dia tahu rencana Leon bekerja sama ingin menjatuhkan perusahaan kita. Dengan mencuri data perusahaan pusat dan cabang. Namun usahanya gagal, dia langsung memutuskan kerja samanya, dan menarik semua saham di perusahaan Leon. Hingga perusahaan itu bangkrut.
Tidak sampai di sana, Leon melakukan kasus pembunuhan dan penipuan di mana-mana, hingga dia jadi DPO. Dia melakukan itu untuk menghidupi kedua anaknya, dengan cara yang salah. Hingga salah satu anak Leon meninggal. Di sanalah masalah memuncak, dia terus menerus menyalahkan Harry. Yang telah membuat hidupnya sengsara. Sampai Harry jengah dengan perilakunya, dia menjebloskan Leon ke jeruji besi."
Brian tercenung mendengar kisah Leon dengan Daddy-nya itu. Tidak menyangka jika orang yang baru Brian kenal begitu jahat kepadanya.
"Dia bersumpah, akan membalaskan dendamnya kepada keturunan Axton nantinya." Sea membekap mulutnya. Kini dia mengerti dengan masalah yang dia hadapi saat ini.
Brian mengepalkan tangannya, "Setelah Sea sembuh nanti, aku ingin kerahkan semua pengawalku. Menjaga mansion dengan ketat, jangan sampai ada penyusup masuk ke dalam mansionku." Mr. Geo mengangguk paham, dengan keinginan Brian. Brian tersenyum miring, yang namanya Leon tidak akan pernah bisa mencelakakan Lina dan Sea. Karena dia akan menjadi tameng untuk menjaga mereka walau nyawa taruhannya.
***
Jangan lupa komen dan vote
See u
Instagram: Desycahyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]
RomanceSea Glyora mendapatkan kesialan saat sedang berada di Culture Espresso. Dia bertemu dengan Brian Axton Dallen, CEO Axton Company. Dia tidak sengaja menumpahkan cappucino mengenai jas mahal Brian. Brian Axton Dallen, orang paling kaya raya di dunia...