05 - Agreement Aborted

148K 8.4K 20
                                    

Brian berjalan terburu-buru, menelusuri setiap koridor rumah sakit. Wajahnya terlihat panik saat dia diberi tahu Mr. Geo tangan kanannya, jika Ibunya pingsan di rumah dibawa ke rumah sakit. Hati Brian sudah tidak tenang dengan keadaan Lina, dia takut terjadi apa-apa dengan Ibunya. Pikiran buruk mulai menyerang otak Brian, namun Brian tetap berpikir dengan positif jika semuanya baik-baik saja.

Sea hanya mengikuti Brian dari belakang, bingung apa yang terjadi. Mereka tidak berdua saja, tetapi para pengawal masih bersama mereka. Memperhatikan gerak-gerik mereka dan mengawasi sekeliling, layaknya anggota FBI.

"Dokter apa Ibu saya baik-baik saja?" tanya Brian bertanya pada pria paruh baya itu.

"Nyonya baik-baik saja, hanya saja dia terkena dehidrasi ringan. Mungkin juga dia kurang istirahat tuan Brian, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya permisi," kata dokter itu lalau pergi meninggalkan Brian dan yang lain.

Terlihat Brian sedang menarik napas dengan panjang, dia bersandar pada tembok mengusap wajahnya. Lalu tatapannya beralih pada Sea, dia menatap Sea dengan lembut, dan wanita menyadari tatapan Brian. Jantungnya berdegup kencang, tentulah siapa yang tidak ingin ditatap oleh laki-laki tampan dengan tatapan teduhnya. Sea mengakui Brian tampan. Tatapannya berbeda dengan sebelum mereka kemari.

"Aku ingin pulang," kata Sea dengan pelan menatap Brian hingga pria itu berdiri tegap di depannya.

"Kau akan pulang diantarkan oleh Mr. Geo. Maaf aku tidak bisa menghantarkan kau pulang, Sea." Sea mengangguk dia juga mengerti keadaan Brian saat ini. Ibunya sangat penting dia sedang sakit, dan harus ada yang menemani. Mungkin Brian yang menemani Ibunya, karena hanya Brian yang dia punya.

Sea bisa berpikiran seperti itu karena hanya ada Brian di sini, tidak ada yang lain.

"Kalau begitu aku pulang, semoga Nyonya kembali sehat." Sea tersenyum tulus mendoakan Lina agar cepat pulih, Brian hanya menganggukan kepala saja dan tersenyum simpul.

"Hati-hati," kata Brian mendekat lalu mengusap pipinya. Sea hanya bisa terdiam membeku, lalu tersenyum kaku. Pergi meninggalkan Brian sendirian di sini, hanya ditemani anak buahnya.

***

Hari sudah malam, Lina sudah sadar. Sekarang dia sedang disuapi oleh Adellia, wanita itu lagi yang datang. Kadang Adellia mencuri pandang ke arah Brian membuat Brian muak dengan sikap Adellia. Sedangkan Lina tidak menyadari tatapan tajam Brian pada Adellia, dia hanya fokus pada wanita yang menyuapi dia makan.

Brian dari tadi siang hingga sekarang masih berada di sini, dia tidak pernah meninggalkan ruangan ini. Di depan pintu kamar rawat Lina ada beberapa pengawal untuk menjaganya. Ingatannya tertuju pada Sea, apakah wanita itu pulang dengan selamat? Mengapa dia menjadi sosok pria sedang mencintai gadisnya, Sea seolah candu pertama yang Brian temui.

Brian juga lupa untuk menanyakan nomor telepon Sea, untuk memberitahu Sea besok berkerja jam berapa. Brian bangkit dan memainkan ponsel, menghubungi Mr. Geo di sana.

'Halo ada apa tuan?'

"Cari tahu semua tentang wanita yang bernama Sea Glyora, secepatnya dan malam ini kau harus dapat informasi tentangnya."

Brian memutuskan sambungannya lalu berjalan menghampiri Lina.

"Mom aku pergi sebentar," kata Brian mengusap rambut Lina dan mencium keningnya.

"Ada apa Axton?" tanya Lina penasaran.

"Aku ada urusan sebentar, tidak lama." Brian berpamitan lalu keluar dari ruangan.

"Jaga Ibuku, jangan biarkan seseorang masuk. Kecuali dokter dan Galen, dan kau. Aku menyuruhmu untuk berjaga di dalam ruangan Ibuku. Jika ibuku menolak, jangan pernah kau turuti karena ini perintahku!" semua pengawal mengangguk patuh dan satu dari enam orang pengawal masuk ke dalam ruangan Lina. Menjaga Lina dari dalam.

Brian berjalan meninggalkan para pengawal, dia tidak didampingi oleh pengawal. Karena dua orang pengawal sedang berada di basement menunggu tuannya di sana. Mereka menyebar untuk menjaga Brian dan Lina. Jangan main-main terhadap Brian dia mempunyai ratusan pengawal untuk siap menjaganya dari serangan yang kapan saja akan datang.

Di koridor rumah sakit dia bertemu dengan Galen yang berjalan cepat menghampiri Brian.

"Bagaimana keadaan ibumu sekarang?" tanya Galen yang terlihat sedang terengah-engah.

"Dia baik-baik saja, terimakasih sudah mau datang." Brian menepuk bahu Galen. Walau Galen sangat menyebalkan dia adalah sahabat yang paling mengerti dan peduli pada Brian.

"Kau mau ke mana?" tanya Galen kebingungan.

"Aku sedang ada urusan penting dengan Mr. Geo."

"Jangan lama-lama kasihan ibumu, aku akan menjenguk ibumu. Tapi sebelumnya aku ingin bicara padamu, Brian. Besok siang aku akan pergi ke Milan untuk membuka cabang di sana. Kira-kira aku menghabiskan waktu di sana selama dua minggu," kata Galen. Brian hanya mengangguk saja, mendengarkan perkataan Galen.

"Baiklah hati-hati di sana, mungkin ini pertemuan kita untuk terakhir kalinya. Aku pergi dulu, sampai jumpa brengsek!" Brian memukul bahu Galen berjalan menjauh. Galen hanya terkekeh memberikan jari tengahnya kepada pria sialan itu, melihat perilaku Brian yang sudah dia duga. Percuma saja dia bicara seperti itu, karena dia tidak akan menangis dan sedih atas kepergian dia ke Milan, Italia.

***

Jangan lupa vote dan komennya yah,

See u

Instagram: Desycahyaaa

The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang