34 - The Facts

79.7K 4.1K 45
                                    

"Sea," panggil seorang wanita yang tidak lain adalah Adellia, dia menatap Adellia dengan senyuman hangat.

"Hai Adellia, bagaimana keadaan Nyonya Amora?" tanya Sea, Adellia tersenyum lebih tepatnya senyum miris, mendengar Sea menyebut Amora dengan sebutan 'Nyonya' dalam hati dia berharap, Sea tahu jika wanita yang dia sebut adalah Ibunya.

"Sea ikut denganku, Mom ingin bertemu denganmu," pinta Adellia mengulurkan tangannya. Sea menerima uluran itu, dia berjalan beriringan dengan Adellia.

Sea telah sampai di depan pintu ruangan Amora dirawat, dia melihat jika Amora sedang duduk di ranjang. Dengan suster yang menyuapinya.

"Mom," panggil Adellia, Amora melihat Adellia di sana, dia tidak sendiri. 

Tatapan matanya beralih pada wanita yang berada di sebelahnya. Amora menatap haru dua wanita yang tidak lain adalah anak kandungnya; Sea dan Adellia.

Keduanya sama-sama mengandung, namun usia mereka terpaut dengan jauh. Adellia yang mengandung dalam usia duapuluh tujuh tahun, sedangkan adiknya duapuluh dua tahun

"Sea, Mommy pengen memelukmu," kata Amora merentangkan tangannya. 

Sea menatap Amora dengan bingung, dia juga melirik Adellia yang mengangguk saja. Perlahan Sea mendekat ke arah Amora, dan dengan gerakan cepat Amora memeluk Sea dengan erat.

Sea merasakan sebuah tangan yang lembut mengelus rambut halusnya. Dan tidak lama mendengar suara isakan yang membuat bajunya basah. Sea membalas memeluk Amora, dia bingung dengan apa yang terjadi.

"Nyonya, mengapa anda menangis?" Sea mengelus punggung Amora.

"Kau Sellyana anakku," kata Amora semakin membingungkan Sea, dengan arah pembicaraan yang Sea tidak mengerti.

"Kau Sea Greyaogra, bukan Glyora! Kau anak dari si brengsek Greya!"

"Jangan memaki Ayahku brengsek! Nyonya tidak tahu apa-apa," kata Sea melepaskan pelukannya. 

Menatap Amora dengan penuh amarah, dia tidak terima Ayahnya dikatakan brengsek. Walau memang kenyataannya seperti itu.

"Ayahmu memang seperti itu, dia egois namun aku menyayanginya," kata Amora membuat Sea terdiam membeku, sebenarnya ada apa ini?

"Dallien bukan Ibumu, memang kau pernah merasakan kasih sayang darinya?"

Pertanyaan Amora membuat Sea terdiam tidak berkutik. Memang benar selama ini orang yang Sea anggap Ibu tidak pernah memberikan kasih sayang, dia dingin dan sangat sinis. Bahkan Sea pernah berpikir jika Ibunya sendiri membenci dan tidak menginginkan kehadirannya.

"Greya Ayahmu dan aku adalah ibumu, kamu anakku bukan Dallien. Kami dulu saling mencintai, walau dengan cara yang salah. Tapi aku tidak pernah mengeluh mempunyai kamu, kalian berdua bersaudara. Kamu Sellyanaku, sekarang aku menemukanmu setelah dewasa. Dengan nama yang tidak kalah indah, Sea."

Adellia menangis mendengarkan itu semua, "Kau adikku Sea walau kita beda ayah, percayalah." 

Adellia mencoba meyakinkan Sea yang terdiam dengan air mata yang mengalir.

Jika benar dia anak Amora, Sea harusnya bahagia. Namun tidak ada pancaran yang Sea perlihatkan di hadapan mereka.

"Jika aku memang anakmu, mengapa kau tidak mencariku dari dulu? Aku tidak bodoh. Daddy dulu adalah pengusaha kaya, pasti kau tahu di mana dia tinggal." Sea menatap Amora dengan tatapan terluka. 

Hingga tatapan mata Sea berubah jadi dingin.

"Dallien yang mengancamku, jika aku datang. Dia akan membunuhmu," jawab Amora.

 Sea hanya tertawa, lucu sekali, rasanya hidup dia sedang dipermainkan oleh takdir yang jahat. Tidak pernah mmberikannya kesempatan untuk bahagia.

"Mengapa kau tidak bertindak untuk melapor, atau memberitahu Daddy diam-diam? Bilang saja kalian tidak ingin aku kembali."

"Sea percayalah, kami menyayangimu," kata Adellia dengan pengertian. Sea hanya terkekeh sinis, lalu menatap Adellia dengan sendu.

"Jika kau menyanyangiku, kau tidak akan pernah merebut Brian dariku dan membuatku menderita," kata Sea dengan air mata yang menetes, hatinya cukup perih menerima kenyataan ini. "Walau aku tahu, kau datang merebut Brian. Karena anak yang kau kandung tidak diakui oleh Joshie waktu dulu. Kau melakukan kesempatan dalam kesempitan."

Adellia menangis, menyesali perbuatan kejamnya waktu dulu. Sungguh membayangkan Sea menderita akibat ulahnya, dia tidak sanggup rasanya.

Sea menghapus air matanya dengan kasar, dia berjalan meninggalkan Adellia dan Amora. "Jika memang kalian adalah keluargaku, kalian adalah orang yang paling jahat yang aku kenal. Dan Nyonya Amora semoga kau lekas sembuh."

Sea menutup pintunya dengan pelan, meninggalkan rumah sakit. Dengan linangan air mata, sungguh nasibnya sangat ironis sekali. Hal yang Sea anggap baik, ternyata adalah seseorang yang berarti dalam hidupnya. 

Dia tidak berbohong, dia bersyukur dengan kenyataan ini. Namun dia masih belum menerimanya, Sea masih menyalahkan takdir.

"Harusnya jika sedang seperti ini Brian selalu ada. Sekarang aku sendirian." Sea membekap mulutnya. Sekarang dia benar-benar sendirian, seperti Sea yang dulu.


***

Jangan lupa vomment.

See you,



Instagram:  Desycahyaaa

The Possessive Bastard [AXTON'S SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang