4

11.2K 423 20
                                    

●●●

Jam weker yang terus berbunyi dari tadi tidak juga membuat Alana terbangun. Ia masih menikmati dinginnya ruangan kamarnya itu.

'Ceklek'

"Ya ampun ini anak, jam wekernya udah bunyi gak juga bangun." Ucap Aldina heran pada anak perempuannya itu. Ia membuka gorden kamar Alana yang menyebabkan sinar matahari masuk dalam indra penglihatan Alana.

"Alana bangun! Kamu ini anak perempuan kok susah banget sih dibangunin," ujar Aldina sambil berusaha membangunkan Alana. Tetapi Alana tak kunjung juga membuka matanya, lalu Aldina masuk ke dalam kamar mandi kemudian mengambil air. Ia memercikkan air kepada wajah Alana.

"KAMAR GUE BOCOR!" Teriak Alana langsung bangun dari tidurnya. "Lah, Mama ngapain?" tanyanya bingung. Ia melirik Aldina yang sedang berkacak pinggang dengan tatapan horror.

Aldina melotot kepada Alana. "Udah dibangunin dari tadi juga, cepetan mandi nanti telat!" Aldina kemudian meninggalkan Alana.

Dengan malas ia bangkit dari duduknya lalu mencepol rambutnya asal. Ia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Duapuluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi lalu memakai seragam sekolahnya. Setelah itu, Alana memoleskan makeup naturalnya dan merapikan lagi rambutnya dengan jari-jarinya.

Selesai bersiap-siap, Alana keluar dari kamar menuju meja makan untuk sarapan. Ia mencium pipi kedua orangtuanya lalu duduk disamping Aldina. Alana segera meneguk susu, lalu berdiri. "Alana duluan," Ucapnya kepada Aldina dan Dika.

"Alana, kamu udah jarang sarapan bareng kita semua." ucap Dika.

"Iya, kamu sarapan disini aja ya." Ujar Aldina menyetujui perkataan Dika.

"Gak usah lebay," celetuk Dirga datar.

Alana mengabaikan perkataan Dirga lalu beralih menatap orangtuanya. "Aku ada urusan di sekolah." alibi Alana. Kedua orangtua Alana tau itu hanya alasan Alana untuk tidak makan bersama Dirga dan Tika. Mereka menghela nafas lelah karena ketidak-akuran anak mereka berdua.

Memang, selama ini mau sarapan, makan siang, maupun makan malam meja makan selalu tidak lengkap. Terkadang tidak ada Alana, kadang juga tidak ada Dirga. Bahkan, Aldina, Dika dan Tika pernah hanya makan bertiga saja di meja makan.

"Sampai kapan kalian harus begini?" Tanya Dika jengah.

Hening.

"Udahlah Pa, ngapain diurusin." Ujar Dirga santai.

Dika menatap Dirga dengan tajam. "Kamu gak capek kayak gini sama adik kamu Dirga?! Kamu sebagai anak yang lebih tua seharusnya mengerti, harusnya kamu peduli dengan adik kandungmu sendiri," balas Dika tegas.

"Ngapain peduli sama dia," Seru Dirga. Alana yang mendengar itu mengepalkan tangannya disamping tubuh.

'BRAKK'

"Alana itu adik kamu Dirga! Gak seharusnya kamu seperti ini sama Alana," teriak Dika emosi. Aldina yang menyadari itu mengusap punggung Dika dengan sabar.

Dirga berdecak, "Dirga capek bahas masalah ini terus, Pa. Yang salah itu Papa sama Mama karena membiarkan dia seenaknya aja. Bahkan dia gak minta maaf sama Dirga dan Tika, "

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang