18

10K 337 0
                                    

●●●

Alana menghempaskan badannya di bangku kelas seraya menghembuskan nafas pelan. Ketiga sahabatnya yang sibuk bergosip langsung menoleh ke arah gadis itu.

"Lo sakit, Al?" tanya Ara.

Alana menoleh, "sehat gue." jawabnya.

"Terus kenapa tuh muke? Kusut amat kayak air comberan," kata Stefa sambil menggaruk lehernya.

"Gak ada hubungannya, bego." sahut Jasmine menoyor kepala Stefa pelan.

"Berisik ya, gue mau bolos." ucap Alana bersiap untuk berdiri.

"Eits, gak bisa bolos sendiri aja dong. Kita sebagai sahabat karib, harus ikut." kata Jasmine menghadang langkah Alana.

"Bisa aja modus lo, nying." balas Alana lalu melangkahkan kaki keluar kelas dan diikuti ketiga sahabatnya.

Seperti biasa, mereka selalu berhasil membodohi pak Udin dengan berbagai cara hingga mereka sampai di salah satu cafe, keempat gadis itu masuk lalu duduk di sebuah tempat disana. Setelah memesan, keempatnya kembali mengobol. Namun, saat sedang mengobrol dahi Ara mengkerut saat melihat empat laki-laki yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Oh my god, gue gak salah liat kan ini?" celetuk Ara.

Jasmine mengernyit, "mata lo gak katarak kan?" decaknya kemudian.

"Gue serius ini, itu kan kak Riga sama temen-temennya," pekik Ara tertahan. Mata Jasmine dan Stefa mengikuti arah pandangan Ara, dan benar saja disana keempat laki-laki itu duduk tidak jauh dari mereka. Bahkan, Deno sempat mengedipkan satu matanya ke arah Jasmine yang membuat gadis itu bergidik jijik. Sedangkan Alana yang sibuk memainkan ponselnya, tidak menggubris apa yang dilakukan ketiga sahabatnya itu. Ia sama sekali tidak tertarik untuk membicarakan keempat laki-laki itu, terutama Riga. Tidak berfaedah, pikirnya.

Riga yang juga menyadari kehadiran keempat cewek itu, menatap Alana yang sibuk memainkan ponselnya. Ia terus menatap gadis itu dalam diam, tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya.
Merasa diperhatikan, Alana mendongak lalu mendapati Riga yang sedang menatapnya dalam. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, bukan salting tetapi risih yang ia rasakan ditatap seperti itu.

Karena risih, Alana beranjak ke toilet agar tidak terus diperhatikan lelaki itu. Ia mencuci mukanya sebentar, lalu kembali keluar. Baru saja keluar dari toilet, tangannya ditarik oleh Riga sehingga membuat gadis itu berhadapan dengan Riga.

"Ngapain disini?" tanya lelaki itu dingin.

"Emang kenapa kalo gue disini? Mau gue bolos, its not your business." ucap Alana.

"Masih pagi udah bolos. Mau jadi cewek nakal?"

Alana menaikkan sebelah alisnya, "emang gue udah nakal. Gak usah sok ngatur hidup gue, lo bukan siapa-siapa." balasnya tajam meninggalkan lelaki itu sendirian.

Gadis itu kemudian menghampiri ketiga sahabatnya lalu meraih tas sekolahnya, "gue duluan." ucapnya langsung pergi.

Sama hal nya dengan Riga, melihat Alana pergi, ia langsung bergegas. "Gue cabut." katanya. Melihat itu, mereka yang ditinggalkan merasa ada yang aneh antara Alana dan Riga.

Riga menancapkan gas mobil nya dengan cepat mengikuti mobil Alana dari belakang. Laki-laki itu tidak ingin kehilangan jejak Alana, entah mengapa dirinya sangat mengkhawatirkan gadis itu. Mobil Alana berhenti di sebuah bangunan kosong, gadis itu kemudian keluar dari mobilnya masuk ke dalam bangunan itu. Melihat Alana masuk, Riga langsung bergegas mengikuti diam-diam.

Riga mengalihkan pandangannya ke sekitar, bangunan itu tampaknya sudah lama ditinggalkan. Terlihat dari banyak sekali debu di dalamnya, dan juga suasananya yang terkesan angker. Melihat tangga yang merupakan jalan satu-satunya, Riga melangkahkan kakinya untuk ke atas karena ia yakin Alana ada disana. Laki-laki itu menghindar saat sebuah kayu jatuh tepat di sebelahnya. Lalu ia kembali melangkahkan kakinya.

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang