22

8.8K 299 0
                                    

●●●

Merasakan suatu benda berada di pipinya, Alana perlahan membuka matanya. Ia mengernyit saat benda itu mengusap-usap pelan pipi nya. Sedetik kemudian ia terlonjak kaget melihat wajah Riga yang begitu dekat, sontak gadis itu langsung menjauhkan wajahnya sambil menatap laki-laki itu.

"Ngapain lo?" kata Alana dengan parau. Ia mengedarkan pandangannya, ternyata ia masih di kamar Fiko.

"Kok tidurnya disini?" suara lembut Riga membuat Alana berdesir.

"Malah balik nanya! Lo ngapain liatin gue tidur?" balas Alana garang.

"Gak papa."

Alana mendengus lalu bangkit duduk sambil mengucek mata kirinya. "gue mau pulang." katanya lalu segera berdiri.

"Gue anter, ya?"

"Gue bawa mobil, gak usah." balas Alana masih sedikit ngantuk.

"Ayo keluar, disini bisa gue terkam lo." kata Riga menarik tangan Alana keluar dari kamar Fiko. Gadis itu mencibir pelan mendengar ucapan Riga.

Mereka berjalan beriringan menghampiri Fiko yang tertawa dengan ponselnya yang tertempel di telinganya. Alana berdecak malas, pasti lelaki itu sedang menelepon Trisa.

"Heh, pengantin baru. Ngapain aja lo berdua?" kata Fiko menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Gue sama Alana pulang dulu. Gue titip mobilnya," ucap Riga melempar kunci mobil Alana yang langsung ditangkap Fiko.

"Pulang lo sana, Trisa udah mau dateng." balas Fiko seraya menghampiri mereka berdua. "Udah bangun? Kok cepet banget tidurnya?" tanya nya pada Alana seraya merapikan rambut gadis itu.

"Gara-gara nih cowok. Gue jadi kebangun," balas Alana malas.

Fiko terkekeh, "nanti tidur lagi di rumah. Jelek banget mukanya kalau gitu," ucapnya mencubit pelan hidung Alana. Riga yang melihat itu berdecak kasar, bisa-bisa nya Fiko berlakuan seperti itu di depannya.

Alana mendengus, "gue pulang aja ya. Masih ngantuk," katanya.

Fiko mengangguk lalu mencium sekilas puncak kepala Alana. "Rig, lo bawa mobilnya hati-hati."

"Hm. Bacot."

Setelah itu Riga dan Alana bergegas pergi meninggalkan rumah Fiko. Keheningan menyelimuti kedua remaja itu. Sampai Riga memecah keheningan.

"Langsung pulang?" tanya laki-laki itu menoleh ke arah Alana yang sedang menggaruk dagu nya.

"Bosen di rumah. Tapi gue gak tau mau kemana," balas Alana.

"Ikut gue aja ya,"

Alana mengernyit, "kemana?"

"Rumah sakit." balas Riga membelokkan mobil nya ke rumah sakit.

"Siapa yang sakit?" tanya Alana yang tidak dijawab oleh laki-laki. Setelah mobil Riga terparkir, mereka keluar lalu beranjak masuk ke dalam rumah sakit.

Sampai di depan ruang inap, satu tangan Riga menggenggam tangan Alana dan satu tangannya lagi untuk membuka pintu. Saat masuk, Alana melihat Viola yang terbaring di brankar dengan seorang wanita paruh baya, yang Alana tebak usia nya sudah berkepala empat.

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang