●●●
Alana pulang ke rumah dengan keadaan sangat lelah. Berlatih cheerleader membuat energi nya sedikit terkuras. Ia masuk ke dalam rumah dan mendapati kedua orangtuanya bersama Dirga dan Tika sedang berada di ruangan keluarga. Mereka berempat hanya diam, tidak ada pembicaraan sama sekali. Itu membuat Alana mengernyit bingung. Gadis itu kemudian menghampiri orangtuanya lalu mencium pipi kedua orangtuanya.
"Alana, ada yang mau Papa bicarain. Kamu ganti baju dulu," ucap Dika. Alana hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamar. Setelah berganti baju, ia kemudian turun lagi menghampiri keluarganya.
Alana menghela nafas. "Kenapa?" Sebenarnya ia malas akan membahas masalah tadi pagi, apalagi dengan keadaannya yang sedang lelah.
"Kenapa kalian begini terus?" Tanya Dika tegas.
Alana jengah, "Alana capek. Alana udah berusaha nyelesain masalah ini, tapi gak di respon sama sekali sama mereka."
"Dirga, sekarang kamu bicara." Suruh Dika melirik anak sulungnya itu.
"Dirga gak tau Pa," balas Dirga.
Dika dan Aldina menghela nafas. "Tika, ada yang mau kamu sampaikan? Karena masalah ini menyangkut diri kamu juga," ucap Dika.
"Tika gak tau apa-apa om," ucap Tika pelan. Alana berdecak. Jelas-jelas yang membuat masalah ini semakin panjang adalah Tika.
"Udah jelas masalah ini karena lo bego, tapi lo nggak juga ngaku. Apa sih mau lo?" Ucapnya Alana kesal.
"Alana," tegur Aldina.
"Dia yang buat masalah ini semakin besar Ma, dan karena dia juga Dimas meninggal!" Ucap Alana mulai emosi.
Semua yang ada disitu terdiam.
"Dia udah buat Dimas pergi, dia juga udah ambil Dirga dari Alana." Ucapnya tajam. "Tapi sekarang dia santai aja seakan gak terjadi apa-apa. Padahal dia yang buat semua masalah ini muncul. DIA ITU PEMBUNUH!" Teriak Alana.
Plak
Semua yang berada disitu kembali terdiam. Dirga menampar Alana. Bahkan kedua orangtua Alana tidak pernah menamparnya.
"DIRGA!" Bentak Dika tidak menyangka terhadap anak laki-lakinya itu. Aldina menangis melihat kejadian itu, ia tak mampu berkata apa-apa lagi.
Air mata Alana lolos dari pelupuk matanya, "Lo bego tau gak! Lo lebih milih dia dibanding gue! Lo lebih milih cewek gak tau diri dibanding gue! Dimana otak lo bodoh?!" Teriak Alana sambil mengusap kasar air matanya.
Dirga yang menyadari bahwa ia baru saja menampar Alana, terdiam sebentar menyesali perbuatannya.
"Jaga omongan lo Alana!" Bentak Dirga.
"Apa yang perlu dijaga?! Semua omongan gue itu benar!" Ucapnya kembali emosi. "Mulai sekarang gak usah anggap gue sebagai adek lo lagi! Gue gak sudi punya abang bego kayak lo!" teriak Alana kembali lalu pergi meninggalkan mereka semua menuju luar rumah.
Ia kemudian menaiki mobilnya dengan kecepatan penuh menuju taman dekat rumahnya. Sesampainya disana, ia duduk di bangku yang biasa ditempatinya. Gadis itu menangis sekuat-kuatnya. Untungnya keadaan taman sedang sepi, jadi tidak ada yang melihat Alana.
Alana merasa bodoh karena harus menangis hanya karena masalah ini. Ia benci saat mengingat kenangan dimana ia dan Dirga masih akur. Dirga yang selalu menemani Alana tidur, Dirga yang suka menjahili Alana, Dirga yang selalu tidur disamping Alana apabila sedang sakit, dan Dirga yang selalu mengantar jemput Alana sekolah.
Tapi semenjak kejadian satu tahun yang lalu, semuanya berubah. Dirga sekarang menjadi cuek, dan dingin kepada Alana. Semua perlakuan Dirga berubah terhadap Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Love
Teen FictionAlana, bad girl yang memiliki segudang prestasi di sekolahnya. Oleh karena itu ia dijuluki sebagai good girl and bad girl SMA Angkasa. Namun, perlahan sifat bad girl yang ada di dalam dirinya menghilang sejak ia bertemu dengan Alriga, lelaki yang di...